All Chapters of Kebangkitan Pendekar Utusan Surga: Chapter 31 - Chapter 40

55 Chapters

Eps 31 : Pergolakan Internal

Selesai menjarah karavan milik Wuyan, batu Gogonit berhasil diamankan. Mereka semua memutuskan untuk kembali ke dalam goa dan pulang. Melalui rute yang sama, mereka tiba di pemukiman Ner’iatu dalam waktu setengah jam. Enlai masih merasakan tatapan tidak senang dari anggota kelompoknya akibat peristiwa hari ini. Dwei, Zhenwu, Xiao, dan Tangfei masih bingung mengapa Yuan bersikeras membawa Enlai, yang tidak pernah bertarung sebelumnya, dalam misi berbahaya ini.Begitu tiba di depan pintu masuk, mereka mendapati pemandangan yang mencengangkan. Seorang wanita menangis meronta-ronta dipegangi oleh Fengyin dan Wang Jing di depan ruangan Bunda Ketua. Tangan kanan wanita itu nampak terluka oleh sesuatu.“Ayolah Da Qiao, jangan seperti anak kecil begini,” Fengyin mencoba menarik tubuh wanita itu, tetapi kesulitan karena tenaga Da Qiao yang melawan.“Tidak mau! Lihatlah, aku terluka!” Da Qiao terus merintih, menunjukkan telunjuknya yang masih mengeluarkan darah sedikit.“Apa yang terjadi di sin
Read more

Eps 32 : Jejak Hawa Keberadaan

Pedang pria itu terhunus mengarah ke semak tempat Yuan bersembunyi. Adrenalin membuat jantung Yuan berdegup kencang. Dia harus bertindak cepat untuk menghindari kemungkinan terburuk.Plang!Pria itu menebas semak dengan amarah. Yuan berhasil menangkis dengan pisaunya, mencegah tebasan pedang tersebut menyayat dari leher. Keringat dingin membasahi wajah Yuan. Belum pernah dia merasa setakut ini.Tak ada pilihan lain, dia memutuskan untuk kabur secepat mungkin dari sana. Sebisa mungkin dia tidak ingin berhadapan langsung dengan seorang ahli pedang sekelas pria itu. Mendengar semak yang dia tebas berbunyi seperti besi, pria itu melompat ke dalam sana.Untungnya, Yuan sudah menjauh sebelum pria itu bisa menangkapnya. Dia berlari mendaki bukit menuju pintu masuk goa, satu-satunya tempat yang dianggapnya aman.Setibanya di bibir goa, Yuan kehabisan napas. Cahaya bulan memantul cerah dari keringat dingin di wajahnya. “Ini suasana yang menakutkan, pria itu jelas bukan orang sembarangan,” pik
Read more

Eps 33 : Kehadiran yang Tak Terduga

Sebelas prajurit maju secara serentak, siap menghadapi Yuan sendirian. Keenam orang yang sedang bersembunyi menunggu sinyal dari bocah itu untuk bertindak.“Ingat, Enlai, jangan sampai kau merusak rencana ini,” kata Tangfei dengan nada tegas, matanya menatap tajam.“Benar, Enlai. Fokuslah pada satu musuh, setelah itu biar kami yang mengurus sisanya,” tambah Hongli, berusaha menenangkan anak itu.Enlai mengangguk, meski masih tampak cemas. Tangan kecilnya gemetar memegang pisau, dan ia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan detak jantungnya. “Aku akan melakukan yang terbaik,” katanya, suaranya bergetar tetapi matanya menunjukkan tekad.Tak lama kemudian, saat posisi musuh yang hendak menyerang Yuan sampai pada titik yang diinginkan, bocah yang menjadi umpan hidup itu tersenyum penuh kemenangan melihat rencananya berjalan dengan mulus. Dia mengangkat tangan tinggi memberikan aba-aba pada rekan di atas sana. “Sekarang!”Hongli, Zhenwu, Dwei, Xiao, Tangfei, terjun bebas dari atas b
Read more

Eps 34 : Kehadiran yang Menyegarkan

"Pangeran Yuan Qiancheng, apakah itu benar dirimu?" Wajah samurai itu menampilkan campuran antara haru dan ketidakpercayaan."Paman Xueyi!" Yuan segera memberikan pelukan hangat kepada sang paman."Oh, Yuan, aku tidak percaya bisa bertemu denganmu," jawab Xueyi sambil mengusap kepala ponakannya dengan air mata. "Aku kira hanya aku satu-satunya yang selamat dari kerajaan kita."Hongli dan Enlai saling berpandangan, tidak mengerti. Mereka tidak menduga bahwa Yuan dan pria ini ternyata saling kenal, padahal seminit yang lalu Yuan tampak sangat ketakutan hingga tidak bisa bergerak."Jadi, kalian berdua saling kenal?" tanya Hongli."Ya, kenalkan dia ini adalah pamanku, Xueyi Qiancheng.""Bagaimana kau bisa selamat dari penyerangan itu?""Ketika hari ulang tahun pangeran yang ke lima belas, aku ditugaskan oleh raja sebagai duta perdagangan di Bing Qing. Ketika aku kembali ke Qingce, semuanya sudah hancur. Ayahmu, ibumu, Yuan, seluruh keluarga kita tidak ada yang tersisa.""Aku tahu, ini sem
Read more

Eps 35 : Latihan Membunuh Diri

Setelah pesta penyambutan Xueyi, janji untuk melatih Yuan dalam mengendalikan hawa keberadaan di keesokan harinya segera ditepati. Kegembiraan membara di hati Yuan, bersemangat untuk bertemu kembali dengan gurunya setelah sekian lama. Kedua pisau hitam dan hijau siap di tangan, siap untuk digunakan. Namun, saat dia melangkah masuk ke arena latihan bersama pamannya, sesuatu yang tak terduga menanti.Xueyi, bukannya mempersiapkan pedangnya, malah duduk bersila dengan tenang di tengah arena. Matanya terpejam penuh kedamaian. Yuan, terkejut dan bingung, menggaruk kepalanya, tidak mengerti apa yang sedang dia pikirkan.“Aku kira kita akan berlatih,” cibir Yuan, mendekatinya dengan rasa tidak sabar.“Tentu saja, kemarilah, duduk bersamaku,” jawab Xueyi dengan suara lembut namun tegas.“Bukankah kita akan bertarung atau semacamnya?”“Aku tidak pernah mengatakan kita akan bertarung. Masalahmu tidak akan terselesaikan dengan kekerasan, melainkan dengan seni berkamuflase dan menyatu dengan alam
Read more

Eps 36 : Kemarahan di Kerajaan Bing Qing

Di siang hari yang cerah, Yuan, Hongli, dan Xueyi menuju pintu gerbang utama di barat. Di depan gerbang, banyak tamu dari kerajaan lain mengantri untuk membayar administrasi perpajakan. Masing-masing tampak menyerahkan dua puluh koin emas sebagai upeti agar bisa melewati gerbang dengan barang bawaan mereka.“Apa kita juga harus membayar koin emas?” tanya Hongli dengan nada panik.“Tentu saja,” jawab Xueyi. “Di tanah kerajaan korup ini, tidak ada yang bisa masuk tanpa membayar. Untuk satu orang, biayanya sepuluh keping koin emas. Kalau ada barang bawaan, biayanya bisa dua kali lipat.”“Gawat, aku tidak punya satu keping pun,” kata Yuan, panik sambil meraba semua kantongnya mencari uang koin.“Jangan khawatir, kemarin lusa aku dapat banyak koin emas dari Wuyan. Kita bisa pakai ini.”Setelah membayar tiga puluh keping koin emas, mereka bertiga berhasil memasuki kerajaan tanpa masalah. Di dalam kerajaan Bing Qing, suasananya sangat ramai, hampir seperti pasar. Jalan-jalan dipenuhi berbaga
Read more

Eps 37 : Kejutan Dari Tuan Rumah

Yuan naik pitam mendengar semua ucapan tak bermoral yang keluar dari sekelompok orang di belakangnya. Ia sudah mencoba untuk tetap tenang, tetapi semakin ia mendengar hinaan-hinaan tentang keluarganya, semakin amarahnya tidak tertahan. Dengan geram, ia mencabut pisaunya dan berjalan mendekati mereka. Semua orang di sekitar tiba-tiba terdiam seketika. Gosip hangat yang mereka ucapkan bagaikan ditelan oleh angin.Sebelum keadaan semakin memburuk, Xueyi dan Hongli segera menyadari situasi yang berbahaya ini. Mereka tidak ingin Yuan melakukan tindakan nekat yang bisa berujung fatal.“Maaf soal itu semuanya,” Xueyi tersenyum masam menenangkan semua orang yang mulai tegang. Hongli mengarahkan Yuan keluar dari kedai dengan langkah yang cepat dan hati-hati.“Kendalikan dirimu, Yuan! Bukankah ini tujuan kita datang ke Bing Qing?”“Setelah mendengar semua keluargaku yang dihina oleh mulut kotor mereka, aku tidak bisa tinggal diam!”“Tetap saja, kita tidak bisa memulai keributan dengan penduduk
Read more

Eps 38 : Konflik di Meja Makan

“Nah, silakan dinikmati,” jawab ramah sang raja kepada Yuan dan kawan-kawan.Di meja makan kerajaan Bing Qing yang mewah, berbagai hidangan lezat terhampar. Yuan, Hongli, dan Tangfei duduk dengan wajah cemberut, berjarak jauh dari dua tamu dari Wuyan yang duduk di ujung meja.“Silakan bergabung dengan kami. Kuharap lidah batu kalian bisa menikmati makanan kelas tinggi seperti ini,” sindir sang pahlawan perang kepada mereka.Hongli dan Xueyi hanya menatap sinis.“Apa yang kedua keparat itu lakukan di sini?” umpat Hongli.“Lebih tepatnya, apa yang kita lakukan di sini? Raja Bing Qing terkenal dengan sifat antisocial-nya. Hanya tamu yang menawarkan uang atau hadiah yang mau dia temui, atau orang-orang yang ingin dihukum,” jelas Xueyi.“Ini pasti ulah kedua tikus itu.”Raja dan beberapa anggota kerajaan mulai bergabung ke meja makan. Putra dan istrinya yang menawan sangat bertolak belakang dengan penampilan sang raja yang nampak seperti babi gendut dengan kumis lancip dan topi yang panjang
Read more

Eps 39 : Tuntutan di Meja Makan

Setelah selesai dengan Yenn dan Guozhi, Raja Bao beralih fokus ke Yuan dan kawan-kawan. Ketiga tamu dari luar Bing Qing ini masih belum jelas menemukan makna dari undangan mendadak yang mereka terima. Yuan, khususnya, merasakan ketegangan yang semakin membara antara Wuyan dan Bing Qing, dan ia tahu, permasalahan ini tinggal menunggu waktu sebelum menjadi api yang membakar.“Maaf soal ini semua, perdebatan di meja makan bukanlah sesuatu yang baik,” Raja Bao kembali pada sikap tenangnya. “Dari dulu aku tidak terlalu suka dengan orang-orang dari Wuyan, sama sepertimu, Pangeran Yuan.”Yuan tidak membalas sepatah kata pun. Dia hanya memandang dingin, mencoba menebak arah permainan Raja Bao. Senar yang keluar dari tubuhnya bergerak liar di udara. Yuan merasa sulit membaca pikiran Raja Bao yang terlalu tidak terduga.“Bisakah kami pergi sekarang?” pinta Yuan dengan tegas.“Kalian sudah mau pergi? Kalian bahkan belum menyentuh makanan di piring itu. Ayolah, coba cicipi hidangan telur yang ter
Read more

Eps 40 : Pertaruhan di Istana Bing Qing

Mata Yuan terbuka lebar melihat kekasihnya diseret masuk ke dalam istana dengan borgol yang membelenggu tangannya. Raja Bao tertawa penuh kemenangan, suaranya bergema di ruang istana yang megah.“Yuan!” Fengyin mencoba berlari ke arah kekasihnya, namun borgol yang membelenggu tangannya menghalangi langkahnya.“Apa yang sebenarnya kau rencanakan? Kenapa Fengyin ada di sini?” tanya Yuan dengan suara bergetar penuh kemarahan.Raja Bao mendekati Fengyin dengan langkah lambat, seolah menikmati setiap detik penderitaan yang terjadi. “Yenn memberikan semua informasi kepadaku, termasuk tempat persembunyian kalian di bawah tanah. Selama kita makan, aku menyuruh anak buahku untuk melakukan kunjungan. Ternyata, selir Kaisar Wuyan tidak berbohong; kau punya pacar yang sangat cantik. Aku merasa iri sekali denganmu.” Raja Bao mengelus pipi Fengyin dengan lembut, menilai setiap inci kecantikannya dengan mata penuh nafsu.”“Sejujurnya, aku selalu membayangkan memiliki selir seindah dirimu,” tambah Ra
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status