Di siang hari yang cerah, Yuan, Hongli, dan Xueyi menuju pintu gerbang utama di barat. Di depan gerbang, banyak tamu dari kerajaan lain mengantri untuk membayar administrasi perpajakan. Masing-masing tampak menyerahkan dua puluh koin emas sebagai upeti agar bisa melewati gerbang dengan barang bawaan mereka.“Apa kita juga harus membayar koin emas?” tanya Hongli dengan nada panik.“Tentu saja,” jawab Xueyi. “Di tanah kerajaan korup ini, tidak ada yang bisa masuk tanpa membayar. Untuk satu orang, biayanya sepuluh keping koin emas. Kalau ada barang bawaan, biayanya bisa dua kali lipat.”“Gawat, aku tidak punya satu keping pun,” kata Yuan, panik sambil meraba semua kantongnya mencari uang koin.“Jangan khawatir, kemarin lusa aku dapat banyak koin emas dari Wuyan. Kita bisa pakai ini.”Setelah membayar tiga puluh keping koin emas, mereka bertiga berhasil memasuki kerajaan tanpa masalah. Di dalam kerajaan Bing Qing, suasananya sangat ramai, hampir seperti pasar. Jalan-jalan dipenuhi berbaga
Yuan naik pitam mendengar semua ucapan tak bermoral yang keluar dari sekelompok orang di belakangnya. Ia sudah mencoba untuk tetap tenang, tetapi semakin ia mendengar hinaan-hinaan tentang keluarganya, semakin amarahnya tidak tertahan. Dengan geram, ia mencabut pisaunya dan berjalan mendekati mereka. Semua orang di sekitar tiba-tiba terdiam seketika. Gosip hangat yang mereka ucapkan bagaikan ditelan oleh angin.Sebelum keadaan semakin memburuk, Xueyi dan Hongli segera menyadari situasi yang berbahaya ini. Mereka tidak ingin Yuan melakukan tindakan nekat yang bisa berujung fatal.“Maaf soal itu semuanya,” Xueyi tersenyum masam menenangkan semua orang yang mulai tegang. Hongli mengarahkan Yuan keluar dari kedai dengan langkah yang cepat dan hati-hati.“Kendalikan dirimu, Yuan! Bukankah ini tujuan kita datang ke Bing Qing?”“Setelah mendengar semua keluargaku yang dihina oleh mulut kotor mereka, aku tidak bisa tinggal diam!”“Tetap saja, kita tidak bisa memulai keributan dengan penduduk
“Nah, silakan dinikmati,” jawab ramah sang raja kepada Yuan dan kawan-kawan.Di meja makan kerajaan Bing Qing yang mewah, berbagai hidangan lezat terhampar. Yuan, Hongli, dan Tangfei duduk dengan wajah cemberut, berjarak jauh dari dua tamu dari Wuyan yang duduk di ujung meja.“Silakan bergabung dengan kami. Kuharap lidah batu kalian bisa menikmati makanan kelas tinggi seperti ini,” sindir sang pahlawan perang kepada mereka.Hongli dan Xueyi hanya menatap sinis.“Apa yang kedua keparat itu lakukan di sini?” umpat Hongli.“Lebih tepatnya, apa yang kita lakukan di sini? Raja Bing Qing terkenal dengan sifat antisocial-nya. Hanya tamu yang menawarkan uang atau hadiah yang mau dia temui, atau orang-orang yang ingin dihukum,” jelas Xueyi.“Ini pasti ulah kedua tikus itu.”Raja dan beberapa anggota kerajaan mulai bergabung ke meja makan. Putra dan istrinya yang menawan sangat bertolak belakang dengan penampilan sang raja yang nampak seperti babi gendut dengan kumis lancip dan topi yang panjang
Setelah selesai dengan Yenn dan Guozhi, Raja Bao beralih fokus ke Yuan dan kawan-kawan. Ketiga tamu dari luar Bing Qing ini masih belum jelas menemukan makna dari undangan mendadak yang mereka terima. Yuan, khususnya, merasakan ketegangan yang semakin membara antara Wuyan dan Bing Qing, dan ia tahu, permasalahan ini tinggal menunggu waktu sebelum menjadi api yang membakar.“Maaf soal ini semua, perdebatan di meja makan bukanlah sesuatu yang baik,” Raja Bao kembali pada sikap tenangnya. “Dari dulu aku tidak terlalu suka dengan orang-orang dari Wuyan, sama sepertimu, Pangeran Yuan.”Yuan tidak membalas sepatah kata pun. Dia hanya memandang dingin, mencoba menebak arah permainan Raja Bao. Senar yang keluar dari tubuhnya bergerak liar di udara. Yuan merasa sulit membaca pikiran Raja Bao yang terlalu tidak terduga.“Bisakah kami pergi sekarang?” pinta Yuan dengan tegas.“Kalian sudah mau pergi? Kalian bahkan belum menyentuh makanan di piring itu. Ayolah, coba cicipi hidangan telur yang ter
Mata Yuan terbuka lebar melihat kekasihnya diseret masuk ke dalam istana dengan borgol yang membelenggu tangannya. Raja Bao tertawa penuh kemenangan, suaranya bergema di ruang istana yang megah.“Yuan!” Fengyin mencoba berlari ke arah kekasihnya, namun borgol yang membelenggu tangannya menghalangi langkahnya.“Apa yang sebenarnya kau rencanakan? Kenapa Fengyin ada di sini?” tanya Yuan dengan suara bergetar penuh kemarahan.Raja Bao mendekati Fengyin dengan langkah lambat, seolah menikmati setiap detik penderitaan yang terjadi. “Yenn memberikan semua informasi kepadaku, termasuk tempat persembunyian kalian di bawah tanah. Selama kita makan, aku menyuruh anak buahku untuk melakukan kunjungan. Ternyata, selir Kaisar Wuyan tidak berbohong; kau punya pacar yang sangat cantik. Aku merasa iri sekali denganmu.” Raja Bao mengelus pipi Fengyin dengan lembut, menilai setiap inci kecantikannya dengan mata penuh nafsu.”“Sejujurnya, aku selalu membayangkan memiliki selir seindah dirimu,” tambah Ra
Yuan, Hongli, dan Xueyi berjalan pulang menuju pemukiman bawah tanah. Sepanjang perjalanan, suasana mencekam menyelimuti mereka, mengunci kata-kata dalam kerongkongan. Aura kejam dari Yuan membungkam mereka semua.Xueyi tidak pernah membayangkan keponakannya memiliki kekuatan dan kemarahan yang begitu mengerikan, seolah-olah aura itu bisa membunuh seseorang jika tidak dikendalikan.“Apa yang sebenarnya terjadi dengan Yuan? Dia jelas bukan keponakanku yang dulu aku kenal,” tanya Xueyi dengan nada penuh kekhawatiran.“Siapapun Yuan di masa lalunya, jelas dia sudah bukan orang yang sama. Dia kini menjelma menjadi utusan kami sebagai nabi yang telah diramalkan.”“Aku rasa begitu. Sekarang aku mengerti kenapa dia kesulitan mengatur hawa keb
Hening.Semua orang terdiam di dalam ruangan batu yang dingin, dengan meja batu hijau sebagai pusat perhatian. Yuan duduk di situ, mencoba menenangkan emosinya setelah apa yang terjadi sebelumnya. Di sekelilingnya ada Hongli, Xueyi, Zhenwu, Dwei, Xiao, dan Tangfei, yang juga hadir untuk rapat penting ini. Mereka menunggu sang pemimpin yang dari tadi bungkam untuk berbicara.“Silakan bicara, Hongli,” kata Yuan, membaca pikiran pria besar itu. “Aku tahu kau sudah tidak sabar ingin mengungkapkan sesuatu.”Hongli maju, membenarkan posisi berdirinya, dan mulai berbicara. “Baiklah, aku akan menjelaskan situasi kita saat ini. Sekarang Fengyin sedang menjadi tawanan dari Raja Bing Qing, dia meminta empat ton batu Gogonit sebagai tebusan.”“Empat ton?!” Teriak Xiao tak percaya.“Kenapa tiba-tiba Bing Qing ikut campur masalah kita? Padahal urusan kita dengan Wuyan saja masih belum selesai. Sekarang ditambah satu lagi kerajaan yang kurang ajar bertindak sewenang-wenang.”“Itu semua karena Yenn.”
“Maaf Saniyala, kau seharusnya tahu bagaimana tradisi Ner’iatu. Setiap orang menempa senjata mereka sendiri,” ujar Doanghai kepada Yuan dengan nada sopan.“Dengar, Doanghai, kau masih terjebak pada tradisi yang membatasi kalian. Ini benar-benar konyol. Aku sekarang yang memimpin kalian, dan aku perintahkan kau untuk membuat pedang baru untuk pamanku. Paham?” desak Yuan dengan nada tegas.“Ba-baik, Saniyala. Akan segera aku laksanakan,” jawab Doanghai, sedikit gemetar.Setelah memerintah tukang besi bekerja, Yuan, Hongli, dan Xueyi meninggalkan tempat tersebut dan menuju ke permukaan, menyusul rombongan Tangfei yang sudah lebih dulu pergi.Mereka menyusuri goa yang mengarah ke gerbang kerajaan Bing Qing di barat. Malam itu tampak lebih sepi dari biasanya; gerbang yang biasanya dipenuhi aktivitas administrasi kini tertutup rapat, menyegel segala kegiatan kerajaan di baliknya. Lampu-lampu dari perumahan warga tampak menembus celah-celah gerbang raksasa, menciptakan bayangan-bayangan yang