Sial, air mata Cloe jatuh saat mendengar ucapan Kaelus. Dia segera berpaling, tak mau menunjukan wajah bodohnya pada pria tersebut.“Baiklah, saya mengerti. Anda boleh pergi,” katanya berusaha menata nada suara tetap stabil.Kaelus tak langsung menjawab. Dia mengamati tangan Cloe yang mencengkeram gelas minumannya amat erat, sampai tak sadar bahwa airnya nyaris tumpah.“Hati-hati, minumanmu—”Kaelus berniat menahan gelas itu, tapi Cloe dengan kasarnya menampik tangan pria tersebut.Dengan leher tegang, wanita itu kembali berujar, “pergilah, Tuan. Saya mohon!”Sensasi pening menyerang kepala Cloe, matanya pun berkunang-kunang. Semakin dia menahan, semakin dia mual. Rasa tak nyaman bercampur jadi satu dan amat menyiksanya usai mendengar langsung isi hati Kaelus.Namun, pria itu dengan egoisnya masih ingin menjaga Cloe.“Aku akan di sini hanya untuk malam ini. Aku akan bertanggungjawab sebagai walimu,” katanya.Seringai sinis melenggang di bibir Cloe. Dia merasa seperti keledai dungu jik
Last Updated : 2024-11-17 Read more