Frans tersenyum. Kedua matanya berubah seperti bulan sabit dan itu terlihat menggemaskan. Namun, bagi Dan Theo ekspresi tersebut seolah menantangnya. “Biarkan saya memperkenalkan diri dengan formal. Saya Frans Lenon. Kita pernah bertemu di acara resepsi pernikahan putri Tuan Logan. Dari situ saya tau, Anda suami yang siaga menjaga Annelies, Tuan Dan Theo,” tutur Frans tenang. Lawan bincangnya menyeringai. “Kau mengingatku? Tapi maaf, aku bukan tipe orang yang mengingat hal-hal tidak penting.”Frans kembali menaikkan sudut-sudut bibirnya. Tapi belum sampai menimpali, Dan Theo kembali berujar, “katakan tujuanmu yang sebenarnya. Mustahil seorang Presdir sampai turun tangan untuk pekerjaan seperti ini!”“Ya, itu memang mustahil. Saya memang sengaja datang karena merindukan Annelies!” sahut Frans yang sontak memicu Annelies membelalak. Apalagi Dan Theo. Pria obsesif itu tentunya tak bisa diam saja saat lelaki lain mengincar istrinya!“Hah … kau tau? Jika ada seseorang yang mencoba mere
Velos melirik Kaelus yang terus menunduk di sebelahnya. Dia menarik napas panjang dan malah meraih botol alkohol, lalu menuangkannya ke gelas. “Dia tidak mau bicara sejak tadi,” katanya. Dirinya mengangkat gelas itu dan menyodorkannya ke depan. “Duduklah, Dan Theo. Abaikan saja Kakak.”Dan Theo mengernyit. Dirinya tak pernah melihat Kaelus frustasi seperti itu setelah bertahun-tahun. Bahkan saat Velos menghilang, kaelus tak menunjukan rasa tertekannya secara terbuka. Pria itu duduk, lalu berkata, “Velos, kita semua tau tidak ada hal yang bisa membuat Kaelus seperti ini kecuali insiden itu.”“Kau benar. Tapi aku pikir Kakak sudah melupakan kejadian itu. Jadi mustahil Kakak sampai minum-minum karena mengingatnya lagi,” sahut Velos menyatukan alisnya. Kaelus yang sejak tadi bungkam, tiba-tiba menjulurkan tangan dan menyambar botol alkohol. “Ehei, apa yang Kakak lakukan? Berhenti minum sekarang!” Velos coba menghentikannya.Namun, Kaelus yang pikirannya kacau, langsung menampik tanga
“Aku bilang pergi!” Cloe berusaha menendang pria bermasker hitam yang hendak berjongkok di depannya.Namun, sial sekali karena tubuhnya belum pulih benar, gerakan Cloe sangat mudah terbaca. Pria itu mencekal sebelah kaki Cloe dan menyeretnya keluar toilet.“Argh!” Wanita itu menjerit. “Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku! Lepas sekarang!”Dia memberontak, tapi pria itu kalah kuat. Apalagi luka Cloe belum sembuh dan tenaganya sudah terkuras karena menahan pintu tadi.Namun, belum sampai keluar toilet, Cloe langsung memegang kusen pintu dengan kuat.“Lepaskan aku. Siapa kau sebenarnya, hah?!” dengusnya menatap tegang.“Aish, sialan! Jalang ini sangat merepotkan!” sambar sang pria kesal.Mendengar suara itu, Cloe langsung mengenalinya. Amukannya pun naik ke mercu kepala.“Aegon?!” ujarnya menerka dengan sorot tajam.Benar saja, pria itu membuka masker hitam yang semula menampakkan mata dan bibirnya. Wajah Aegon Peralta terpampang nyata di sana.“Hah! Kau mau apa lagi? Kau tidak puas sebel
“Uh … ugh!” Dave membelalak saat melihat Lewis datang.Pria itu berlutut dengan kedua tangan terikat rantai besar di tengah dua pilar. Mulutnya tersumpal kain hingga membuatnya tak bisa bicara. Ya, Dave sudah mendekam di ruang bawah tanah itu sejak Logan membongkar perselingkuhannya dengan Grace.Grace pun sudah menduga bahwa Logan menghukum adiknya di sini. Tapi Grace tak ada kesempatan untuk menengoknya karena para bawahan Logan mengawasinya dengan ketat. Bahkan tak membiarkan Grace mendekati Pavilun.“Apa kabar, Paman?” Lewis bertanya saat menghentikan langkah tepat di hadapan Dave.Sepasang manik tajamnya memindai wajah Dave yang kusut, lalu turun ke dadanya yang telanjang. Bahkan di sana ada bekas cambukan.‘Daddy tidak berubah,’ batin Lewis yang bisa menerka apa saja hukuman Dave.Benar, seb
“Ternyata Anda mengenali suara saya?” ujar Velos dari seberang. “Aneh sekali, kenapa Nona menghubungi kakak saya, bukannya Dan Theo?” Mendengar itu, Annelies langsung mendapukkan alisnya. Dia ingat Dan Theo tidak terlihat di penthouse sejak pagi. Bahkan mungkin semalam tidak pulang. Dengan ragu, wanita itu bertanya, “jadi Dan Theo bersama kalian?” “Wah … apa ini? Bukankah kalian pasangan suami-istri? Kenapa tidak tahu keberadaan satu sama lain?” sahut Velos terdengar mengembuskan napas panjang. “Tolong jangan bertengar lama-lama dan cepat selesaikan masalah kalian. Dan Theo benar-benar membuat saya pusing.” Annelies berdehem. Dia jadi merasa tak enak hati karena egonya, orang lain jadi repot. “Maaf mengenai itu. Aku akan bicara dengan Dan Theo nanti. Tapi, di mana Kaelus sekarang? Aku harus bicara padanya,” tutur Annelies kemudian. Velos tak langsung menjawab. Dan itu membuat Annelies jadi bertanya-tanya. “Velos?” Annelies bahkan memanggil namanya, curiga lawan bincangnya tak la
Cloe perlahan menegakkan tubuhnya. Sepasang manik wanita itu langsung berubah seluas cakram saat melihat lelaki paruh baya dengan rambut ikal itu.‘Hah! Ti-tidak, bukankah dia ada di penjara? Bagaimana … bagaimana mungkin dia bebas sekarang?’ batin Cloe kesulitan menelan saliva.Dirinya yang berhasil melepas ikatan semua tali, diam-diam melirik pintu. Sialnya lelaki di hadapannya lebih dulu maju dan langsung menarik dagu Cloe agar menatapnya.“Putriku, kau tidak memberi salam pada ayahmu?” ujar lelaki itu seiring alisnya yang naik sebelah.Ya, dia memanglah ayah Cloe-Jacob Peralta!Lelaki itu harusnya mendekam dipenjara setelah melenyapkan istrinya sendiri. Dia kabur keluar pulau dan membuat polisi sulit melacaknya. Namun, setelah Cloe lulus dari perguruan tinggi dan bertemu ayahnya yang kecanduan judi, dia langsung melaporkannya ke polisi. Karena kesaksiannya, Jacob berhasil ditangkap, tapi Aegon malah menyiksa Cloe habis-habisan karena mendorong ayahnya sendiri ke dalam bui.Sejak s
Kaelus mengangkat telepon, tapi dia tak mendengar suara dari seberang. Dia curiga kalau nomor yang menghubungi adalah orang yang menculik Cloe.Namun, detik berikutnya malah terdengar suara berat lelaki yang berkata, “kau harus membayar perbuatanmu!”Kaelus mengernyit, tapi belum sampai menimpali, panggilan itu sudah terputus.“Kakak, apa yang terjadi?” Velos pun menyidik karena Kaelus memampangkan wajah kesal.Tak langsung menjawab, Kaelus justru mengirimkan nomor asing tadi pada adiknya.“Lacak nomor itu untukku!” titah Kaelus kemudian.Velos merogoh ponselnya dan menerima nomor tadi. Dia tahu Kaelus-lah yang paling ahli dalam melacak sesuatu. Tapi karena keadaan darurat, Velos pun bersedia membantu.“Tentang Sekretaris Annelies, aku mendapat rekaman CCTV wajah pria yang menculiknya. Ternyata dia kakaknya sendiri. Tapi dari data yang aku dapat, wanita itu sudah memutuskan hubungan keluarga dengannya,” ujar Velos menjelaskan.Tangan Kaelus mengepal geram. Padahal dia sudah menghajar
“Kita bertemu lagi, bajingan! Kenapa? Kau terkejut?” ujar pria tinggi besar yang baru melepas masker hitamnya.Bukan terkejut, tapi Kaelus sangat kesal. Pria dengan rambut gondrong itu menggertakkan giginya, mengingat lawan bincangnya adalah rekan anggota Pavel yang dia lenyapkan di Laphileon Hall.“Brengsek! Aku baru tahu ternyata para Pavel semuanya pecundang. Kau tidak berani menantangku sendiri, jadi kau membawa pasukan sebanyak ini?!” Kaelus berkata dengan tatapan sinis.Alih-alih tersinggung, pria tinggi besar tadi malah tertawa. Dia kian terbahak-bahak saat mengamati sorot tajam Kaelus.“Hah! Kau takut?!” sambarnya mengejek. “Aku dengar Caligo organisasi paling besar di Sociolla, tapi ternyata hanya berisi tikus-tikus pengecut!”Kaelus menarik seringai miring. Diam-diam tangannya meraih senjata api dari selipan pinggangnya dan langsung mengacungkannya pada pria tadi.‘Enyahlah, sialan!’ batinnya memicing berang.Namun, sialnya anggota geng Pavel lainnya malah melucutkan peluru
“Apa itu untuk kasus Ayah?” Logan bertanya dengan sorot tajamnya.“Benar, Tuan. Sesuai dugaan Anda,” sahut Casper dengan ekspresi seriusnya. “Sepertinya Nona Annelies sudah membuat laporan sejak kemarin.”Ya, Logan tak tahu saja bahwa Annelies sudah memperhitungan kejadian ini. Wanita itu memutuskan menyerahkan bukti pembunuhan mendiang Feanton melalui Cloe. Annelies mengubah rencananya. Dia meminta sekretarisnya menyerahkan bukti video rekaman itu sebelum Logan bertindak. Dan sesuai prediksi Annelies. Logan Langford memang tak menyerah mengirim pembunuh untuk menyingkirkannya!‘Sialan! Jalang itu sudah mulai berani!’ batin Logan geram.Raut mukanya berubah lebih beringas seiring tangannya yang mengepal penuh amukan. Casper sangat was-was tuannya itu akan meledak. Dan detik berikutnya, Logan langsung melempar gelas mojito kristal berisi alkohol yang tadi tenggaknya. Benda itu melayang hingga menghantam dinding ruangan dengan keras.“Brengsek!” umpatnya mengamuk kasar.Logan meninju me
“Si-siapa kau? Lepaskan aku!” pekik Annelies yang tak mengenali wajah lelaki itu di kegelapan.Annelies berupaya memberontak di tengah sensasi pening dan menyakitkan tumitnya.Akan tetapi, pria tinggi besar itu malah mendekapnya semakin erat. Tenaga Annelies pun tak cukup kuat untuk mendorongnya mundur. Wanita tersebut berpikir pria ini komplotan lelaki bermasker yang menabraknya tadi.Namun, tanpa diduga, pria tinggi besar itu malah mengacungkan pistol dan tak ragu melesatkan peluru pada lelaki bermasker tadi. Anak timahnya tepat mengenai kaki lelaki tersebut. Tapi pria tadi tak cukup puas, hingga menembak lengan lelaki itu.“Argh, sialan!” Umpatan berang terdengar dari antek Logan tersebut.Annelies yang mendapati situasi itu seketika tertegun. Napasnya seperti tercekat, tapi sialnya pandangan wanita itu semakin kabur hingga perlahan membuat kesadarannya lenyap.Pria tinggi besar tadi langsung membopong Annelies dan berbalik membawanya menuju mobil di tengah terowongan.“Nyonya, say
“Tidak!” Annelies memekik sambil membanting setirnya ke kiri.Dia berusaha menguasai kemudi, tapi jalanan yang licin membuat mobilnya sulit terkendali. Apalagi pandangan Annelies juga terhalang hujan yang lumayan deras. Wanita itu mati-matian menginjak rem, hingga sambil mencengkeram setir dengan kuat.Namun, sialnya mobil dari arah berlawanan tadi malah mengarah pada Annelies dan seolah sengaja menabrak bemper sampingnya.“Hah, sial!” Annelies memaki tajam saat kendaraannya menghantam pembatas jalan.Gubrakan terdengar keras seiring kening Annelies yang menghantam setir mobilnya. Sensasi menyakitkan menyerang kepalanya. Tapi saat Annelies mengangkat pandangan, maniknya sontak meluas selebar cakram.Ya, di hadapannya ternyata jurang. Jika saja mobil tak dikenal tadi menghantam lebih keras, mungkin Annelies sudah jatuh ke jurang tersebut.Tatapan wanita itu gemetaran. Pun juga lehernya menegang dan sulit menelan saliva. Namun, detik berikutnya Annelies dikejutkan oleh ketukan di jendel
“Maaf, Nona Cloe. Saya harus mengangkat telepon dulu,” tutur Annelies yang lantas beranjak keluar kamar.Cloe yang mengamati punggung wanita itu menjauh, seketika merasa was-was. Dia melihat sendiri banyak orang yang berniat mencelakai Annelies, termasuk keluarganya sendiri. Sungguh tidak berbeda dengan dirinya. Jadi Cloe seakan tahu betapa sesaknya hidup Annelies.‘Aku harap Direktur selalu baik-baik saja,’ batin Cloe dalam hati.Sementara di luar, Annelies sempat ragu menerima telepon itu. Akan tetapi dirinya tetap mengangkatnya dengan waspada.“Kau menelepon untuk memastikan aku mati atau tidak?!” tukas Annelies sebelum lawan bincangnya angkat suara.Dari seberang terdengar geraman seorang lelaki yang menahan amukan.“Apa yang kau bicarakan? Di dunia ini, mana ada seorang Ayah yang mengharapkan kematian putrinya?” sahut Logan pelan, tapi setiap katanya seperti mencekik Annelies.Ya, orang menghubungi wanita itu memanglah Logan Langford.“Sejak kapan kau menganggapku putrimu?” samba
“Apa saya bisa meminjam baju ganti. Pakaian saja basah, jadi ….”Annelies meredam ucapannya saat melihat Kaelus terhuyung menatap lemari pending, sedangkan Cloe tampak kaku sambil mencengkeram celemeknya. Ya, begitu mendengar Annelies tadi memanggil namanya, Cloe buru-buru mendorong Kaelus menjauh darinya, tanpa peduli sang pria mungkin jatuh. “Tunggu, apa yang sedang terjadi di sini?” tanya Annelies mulai menyidik. Alisnya mendapuk saat melihat gelagat Cloe yang kikuk, apalagi Kaelus yang kini menegakkan tubuhnya sambil berdehem canggung. “Ah, Anda bertanya tentang baju kering? Mari, Direktur. Saya akan memberikan Anda baju ganti.” Cloe sengaja beralih ke topik awal.Dia melirik Kaelus seraya berkata, “Tuan Kaelus, tolong urus pastanya sebentar. Saya akan segera kembali.”“Sebelah sini, Direktur.” Dengan senyum kaku, Cloe pun mengarahkan Annelies ke kamarnya di lantai atas. Annelies yang masih curiga dengan insiden sebelum dirinya datang, kini menahan seringai tipis dan lantas
Cloe buru-buru mendorong Annelies ke belakang, hingga kedua wanita itu ambruk tersungkur. “Brengsek!” Seorang pria bermasker hitam yang mengemudikan kendaraan itu mengumpat tajam.Dia memukul kemudi saat gagal menabrak Annelies. “Hah, sial! Kenapa harus muncul jalang lainnya dan membuat misiku gagal?!”Sepasang maniknya seketika melebar saat melirik spion. Dari belakang, rupanya Kaelus berusaha mengejarnya. “Bajingan itu lagi. Kenapa dia sangat merepotkan?!” cibirnya kesal. Detik berikutnya pria bermasker hitam itu dikejutkan oleh deruan pistol yang terarah ke mobilnya. Ya, Kaelus rupanya melesatkan peluru dan berniat menghentikan pria tersebut. Sayangnya, pria masker hitam itu semakin menancap gas hingga mobilnya berhasil keluar dari basement. ‘Hah, sial!’ batin Kaelus penuh umpatan. Iris tajamnya menatap penuh amukan seraya melanjutkan. ‘Apa bajingan itu ada kaitannya dengan orang yang menyerang Dan Theo?’“Tuan Kaelus!” Fokus pria itu teralihkan saat Cloe memanggilnya. Kael
“Kau pikir bisa kabur, jalang sialan?!” bisik pria bermasker hitam itu yang lantas menarik Annelies dengan kuat.“Argh!” Sang wanita memekik seiring tubuhnya yang tersungkur ke lantai.Sikunya yang tadi menatap meja, sekarang mungkin memar karena menghantam kerasnya ubin. Dia menyeret raganya mundur saat pria tadi mengeluarkan belatinya lagi.“Kesempatan ketiga sudah habis. Percuma kau lari karena ke mana pun kau pergi, aku akan menemukanmu!” tukasnya menatap tajam di tengah remangnya lampu.Pria itu berjongkok di hadapan Annelies. Dia menyeringai sengit dan lantas menudingkan ujung belatinya di bawah dagu Annelies.“Ini saatnya membayar harga benda itu dengan nyawamu!” sambung pria tadi yang semakin menekan ujung belatinya.Darah segar tampak menggelenyar ke leher Annelies. Namun, sensasi tegang yang mendominasi justru menyamarkan rasa sakit di bawah dagunya.“Bunuh! Cepat bunuh aku jika kau mampu!” cecar Annelies memprovokasi.“Hah! Sialan!” Pria tadi mengumpat berang.Dirinya berni
‘Hah ….’ Napas Annelies tercekat melihat rekaman video tersebut.Maniknya berubah seluas cakram saat seorang pria tinggi besar, menghantamkan emas batangan pada kepala Feanton. Lelaki tua itu tak sempat menghindar, hingga seketika ambruk ke lantai dengan gelenyar darah yang mengalir deras dari kepala.Annelies yang menyaksikan aksi pria itu sontak membeku. Irisnya terpaku pada sang ayah yang kehilangan banyak darah, tapi pria didekatnya hanya terdiam seolah tak melakukan kesalahan.“Ayah ….” Bulu mata Annelies gemetar seiring eluhnya yang mengalir ke pipi.Sensasi tegang bercampur amarah membengkak dalam dadanya, ketika menilik arloji khusus yang dikenakan pria dalam video. Ya, meski pria itu menutupi wajahnya dengan masker, tapi Annelies sangat mengenali jam tangan yang dia pakai.“Kak Logan, kenapa kau tega membunuh Ayah?! Ke-kenapa … kenapa kau melakukannya?!” tutur Annelies kebak dendam.Tubuhnya lemas. Bahkan sensasi empedu terus naik ke tenggorokannya hingga membuatnya mual.Sem
“Siapa yang datang?” Annelies bertanya pelan, tapi nadanya menyimpan rasa was-was.“Putra Pimpinan, Direktur. Beliau datang bersama Tuan Casper,” sahut Cloe dari seberang.Annelies terdiam. Jika itu putra pimpinan, maka berarti Lewis Langford. Perasaan tak nyaman semakin mendominasi Annelies. Pasalnya Lewis baru saja mengunjungi kediamannya. Lalu untuk apa pemuda itu mencarinya sampai ke L&F Cosmetic?“Nona Cloe, pastikan mereka tidak masuk ke ruangan saya dan katakan bahwa saya tidak bisa ke kantor hari ini,” tukas Annelies.“Mo-mohon maaf, Direktur. Mereka sedang menunggu di ruangan Anda. Saya benar-benar mohon maaf karena sembarangan membawa mereka masuk,” sahut Cloe terdengar penuh sesal.Ya, biasanya Annelies memang meminta tamu penting menunggu di ruangannya. Jadi Cloe juga melakukan hal yang sama kali ini. Namun, situasinya agak riskan karena sebelumnya Lewis memasang kamera pengintai di penthousenya.“Baiklah, tidak masalah. Tolong sampaikan kalau saya akan menemui mereka ke k