“Uh … ugh!” Dave membelalak saat melihat Lewis datang.Pria itu berlutut dengan kedua tangan terikat rantai besar di tengah dua pilar. Mulutnya tersumpal kain hingga membuatnya tak bisa bicara. Ya, Dave sudah mendekam di ruang bawah tanah itu sejak Logan membongkar perselingkuhannya dengan Grace.Grace pun sudah menduga bahwa Logan menghukum adiknya di sini. Tapi Grace tak ada kesempatan untuk menengoknya karena para bawahan Logan mengawasinya dengan ketat. Bahkan tak membiarkan Grace mendekati Pavilun.“Apa kabar, Paman?” Lewis bertanya saat menghentikan langkah tepat di hadapan Dave.Sepasang manik tajamnya memindai wajah Dave yang kusut, lalu turun ke dadanya yang telanjang. Bahkan di sana ada bekas cambukan.‘Daddy tidak berubah,’ batin Lewis yang bisa menerka apa saja hukuman Dave.Benar, seb
“Ternyata Anda mengenali suara saya?” ujar Velos dari seberang. “Aneh sekali, kenapa Nona menghubungi kakak saya, bukannya Dan Theo?” Mendengar itu, Annelies langsung mendapukkan alisnya. Dia ingat Dan Theo tidak terlihat di penthouse sejak pagi. Bahkan mungkin semalam tidak pulang. Dengan ragu, wanita itu bertanya, “jadi Dan Theo bersama kalian?” “Wah … apa ini? Bukankah kalian pasangan suami-istri? Kenapa tidak tahu keberadaan satu sama lain?” sahut Velos terdengar mengembuskan napas panjang. “Tolong jangan bertengar lama-lama dan cepat selesaikan masalah kalian. Dan Theo benar-benar membuat saya pusing.” Annelies berdehem. Dia jadi merasa tak enak hati karena egonya, orang lain jadi repot. “Maaf mengenai itu. Aku akan bicara dengan Dan Theo nanti. Tapi, di mana Kaelus sekarang? Aku harus bicara padanya,” tutur Annelies kemudian. Velos tak langsung menjawab. Dan itu membuat Annelies jadi bertanya-tanya. “Velos?” Annelies bahkan memanggil namanya, curiga lawan bincangnya tak la
Cloe perlahan menegakkan tubuhnya. Sepasang manik wanita itu langsung berubah seluas cakram saat melihat lelaki paruh baya dengan rambut ikal itu.‘Hah! Ti-tidak, bukankah dia ada di penjara? Bagaimana … bagaimana mungkin dia bebas sekarang?’ batin Cloe kesulitan menelan saliva.Dirinya yang berhasil melepas ikatan semua tali, diam-diam melirik pintu. Sialnya lelaki di hadapannya lebih dulu maju dan langsung menarik dagu Cloe agar menatapnya.“Putriku, kau tidak memberi salam pada ayahmu?” ujar lelaki itu seiring alisnya yang naik sebelah.Ya, dia memanglah ayah Cloe-Jacob Peralta!Lelaki itu harusnya mendekam dipenjara setelah melenyapkan istrinya sendiri. Dia kabur keluar pulau dan membuat polisi sulit melacaknya. Namun, setelah Cloe lulus dari perguruan tinggi dan bertemu ayahnya yang kecanduan judi, dia langsung melaporkannya ke polisi. Karena kesaksiannya, Jacob berhasil ditangkap, tapi Aegon malah menyiksa Cloe habis-habisan karena mendorong ayahnya sendiri ke dalam bui.Sejak s
Kaelus mengangkat telepon, tapi dia tak mendengar suara dari seberang. Dia curiga kalau nomor yang menghubungi adalah orang yang menculik Cloe.Namun, detik berikutnya malah terdengar suara berat lelaki yang berkata, “kau harus membayar perbuatanmu!”Kaelus mengernyit, tapi belum sampai menimpali, panggilan itu sudah terputus.“Kakak, apa yang terjadi?” Velos pun menyidik karena Kaelus memampangkan wajah kesal.Tak langsung menjawab, Kaelus justru mengirimkan nomor asing tadi pada adiknya.“Lacak nomor itu untukku!” titah Kaelus kemudian.Velos merogoh ponselnya dan menerima nomor tadi. Dia tahu Kaelus-lah yang paling ahli dalam melacak sesuatu. Tapi karena keadaan darurat, Velos pun bersedia membantu.“Tentang Sekretaris Annelies, aku mendapat rekaman CCTV wajah pria yang menculiknya. Ternyata dia kakaknya sendiri. Tapi dari data yang aku dapat, wanita itu sudah memutuskan hubungan keluarga dengannya,” ujar Velos menjelaskan.Tangan Kaelus mengepal geram. Padahal dia sudah menghajar
“Kita bertemu lagi, bajingan! Kenapa? Kau terkejut?” ujar pria tinggi besar yang baru melepas masker hitamnya.Bukan terkejut, tapi Kaelus sangat kesal. Pria dengan rambut gondrong itu menggertakkan giginya, mengingat lawan bincangnya adalah rekan anggota Pavel yang dia lenyapkan di Laphileon Hall.“Brengsek! Aku baru tahu ternyata para Pavel semuanya pecundang. Kau tidak berani menantangku sendiri, jadi kau membawa pasukan sebanyak ini?!” Kaelus berkata dengan tatapan sinis.Alih-alih tersinggung, pria tinggi besar tadi malah tertawa. Dia kian terbahak-bahak saat mengamati sorot tajam Kaelus.“Hah! Kau takut?!” sambarnya mengejek. “Aku dengar Caligo organisasi paling besar di Sociolla, tapi ternyata hanya berisi tikus-tikus pengecut!”Kaelus menarik seringai miring. Diam-diam tangannya meraih senjata api dari selipan pinggangnya dan langsung mengacungkannya pada pria tadi.‘Enyahlah, sialan!’ batinnya memicing berang.Namun, sialnya anggota geng Pavel lainnya malah melucutkan peluru
“Ayo pergi, biarkan bajingan ini merasakan kematian paling menyakitkan sendirian!” dengus pria anggota geng Pavel yang memegang pentungan besi. Dia dan para anggota pun menjauhi mobil Kaelus. Mereka sengaja meninggalkan Kaelus karena tahu pria itu pasti terbakar hangus dengan api sebesar ini. Jika pun orang lain menemukannya, mungkin dia akan mengira ini kecelakaan.‘Sialan! Aku harus cepat keluar!’ batin Kaelus yang berada di tengah kobaran api.Dirinya berusaha keras melepas ikatan, tapi sialnya simpul tali itu berada di tengah punggung. Agaknya para anggota Pavel sengaja melakukannya agar Kaelus tak mudah kabur.“Brengsek!” Kaelus kembali mengumpat saat upayanya sia-sia. Ya, mungkin api akan melahap tubuhnya lebih dulu sebelum tali itu terlepas. “Aish, sial. Ini percuma saja. Aku harus keluar sebelum mobil ini meledak!’ batin Kaelus memutar otak. Dia mengubah taktik. Kakinya yang juga terikat tali, berusaha mendorong pintu mobil. Saat itulah dia mendengar dering telepon. Itu
“Dia mati?” Jacob bertanya saat melihat ekspresi tegang sang putra.Aegon masih bungkam. Rongga dadanya serasa hampa saat merasakan nadi adiknya amat lemah. Bahkan wajah Cloe semakin pucat seperti mayat hidup.“Apa saja yang Ayah lakukan padanya? Kenapa dia tidak bernapas?!” sahut Aegon memicing pada Ayahnya.Alis Jacob berkedut. Dia mematikan rokoknya ke asbak dengan kasar, lalu bangkit menghampiri putranya.“Dasar bodoh, kau pasti tidak mengeceknya dengan benar!” sentaknya menarik bahu Aegon agar menjauh.Jacob menekuk kakinya. Sebelah tangan menjulur memeriksa napas dari hidung Cloe.‘Sial!’ batinnya dalam hati.Dia beralih memeriksa nadi di pergelangan tangan dan leher putrinya. Denyutnya sangat lemah, bahkan nyaris tidak terasa.“Hah! Dia memang ringkih seperti ibunya!” Jacob mencecar kesal.Lelaki paruh baya itu melirik Aegon cukup tajam seraya melanjutkan. “Tenang saja, dia tidak mati. Sebentar lagi juga bangun. Bersihkan saja tubuhnya sebelum orang-orang itu menjemputnya.”“Ay
“Brengsek! Dia pasti sudah tidak waras!” Aegon memaki kasar.Dia bergegas lari ke arah balkon. Tangannya berpegangan pagar pembatas dan menilik ke bawah.“Ayah, bagaimana ini?!” Aegon sangat cemas jika Cloe jatuh dan kepalanya menghantam beton atau benda keras lainnya. Apalagi wanita itu melompat dari lantai sembilan. Cederanya pasti cukup parah. Bahkan jika kepala belakangnya menatap beton, bisa-bisa hidupnya berakhir saat itu juga.Namun, saat melihat ke bawah, rupanya Cloe tercebur ke kolam renang.“Aish! Cloe benar-benar membuatku gila. Bagaimana dia bisa melompat begitu saja?!” cecar Aegon memukul pagar dengan tangan kirinya.Jacob pun menyusul Aegon dengan kaki terseret. Lelaki paruh baya itu melirik ke bawah juga dengan raut wajah dinginnya.“Dia tidak akan mati,” tuturnya kemudian.“Ayah yakin?” Aegon menyahut dengan alis bertaut.Jacob pun berpaling ke sebelah seraya berkata, “cepat turun dan periksalah. Bisa gawat jika orang lain menemukannya lebih dulu.”Aegon mengangguk.
“Jika seseorang tidak mau aku bergabung, maka aku tidak akan ikut, Kak Annelies. Terima kasih sudah menawariku.” Blair berujar penuh sindiran untuk Velos. “Kalau begitu permisi, kalian harus menikmati liburan di sini.”Wanita itu hendak mangkir, tapi Annelies langsung menahan tangannya.“Kenapa buru-buru? Lagi pula tidak ada yang menolakmu bergabung,” katanya.“Ya, kecuali satu orang, Kak!” sahut Blair yang terang-terangan menatap Velos.Pria tersebut malah menaikkan sebelah alisnya. Meski raut wajahnya datar, tapi seperti meremehkan Blair. Dan itu membuat sang wanita amat kesal.Annelies yang mengikuti arah tatapan Blair, lantas bertanya, “maksudmu Velos?”“Apa kau keberatan kalau Nona Blair bergabung?” tanya istri Dan Theo itu terang-terangan.Sebelum Velos menimpali, dia bisa merasakan tekanan dari Annelies. Bahkan saat dirinya melirik Dan Theo, Kaelus dan juga Cloe, semuanya seakan memintanya berkata tidak.“Aish, kalian benar-benar!” desis Velos yang lantas membuang pandangan. “K
“Oh? Bukankah Anda … adik Tuan Frans dari Cosmo Group?” ujar Annelies sambil merapatkan alisnya.Lawan bincangnya bangkit dengan senyum binar. “Ya, aku Blair. Senangnya, ternyata Kak Annelies masih mengingatku!”Annelies balas tersenyum.“Tentu saja saya ingat. Anda dan Tuan Frans sangat membantu saya saat itu. Terima kasih, Nona Blair,” katanya.Ya, pertama kali Annelies bertemu Blair ketika Frans membawanya ke rumah. Itu saat seseorang menyerang Annelies di penthousenya dan sang suami sedang sekarat di markas Ratz.“Ehei, tolong jangan bicara terlalu formal padaku. Aku ingin lebih dekat dengan Kak Annelies,” balas adik Frans tersebut.Maniknya bergulir pada Dan Theo di sebelah Annelies, lalu melanjutkan. “Omong-omong, siapa pria di samping Kak Annelies?”“Dia suamiku, Dan Theo,” sahut Annelies yang lantas menggandeng lengan pria itu.Dia tahu raut wajah Dan Theo berubah masam saat dirinya menyebut nama Frans tadi. Jadi Annelies berusaha meredam rasa cemburu suaminya tersebut.“Ah …
“Dasar mesum! Cepat pergi atau aku akan memanggil petugas keamanan!” Wanita itu mengancam tegas.Velos yang masih berdiri di dekat pintu seketika mengernyit heran.Tanpa mau mengalah, dia justru berkata, “harusnya Anda yang keluar. Ini kamar saya. Kenapa Anda bisa masuk ke sini?”Sang wanita mengerjap dengan manik lebar.“Apa kau gila? Sejak kapan ini jadi kamarmu, hah?!” decaknya yang lantas menyugar rambut basahnya dengan frustasi. “Hei, dengarlah bajingan mesum!”“Apa? Bajingan mesum?!” Velos menyatukan alisnya. “Nona—”“Kau pikir aku tidak bisa menghadapimu? Brengsek sepertimu harus diberi pelajaran agar tahu batasan. Jangan kau kira aku wanita lemah yang akan ketakutan dan tunduk padamu!” sambar wanita tersebut seraya mengangkat dagunya angkuh. “Aku akan hitung sampai tiga. Jika kau tidak keluar, maka kau akan menyesal!”Sorot matanya terpampang tajam, tapi entah mengapa malah serasa menantang Velos.“Menarik. Saya jadi penasaran, apa yang akan Anda lakukan, Nona?” tukas Velos kem
“Bagaimana bisa semuanya ada di sini?” Annelies bertanya dengan manik binar.Ya, di luar gedung L&F Company, Butler bersaudara sudah ada di sana. Bahkan Cloe juga. “Selamat atas pengangkatan Anda, Direktur. Ah, tunggu. Harusnya sekarang saya memanggil Anda, Nyonya Komisaris,” tutur Cloe seiring kedua alisnya yang naik ke atas. Annelies seketika tersenyum, lalu menimpali, “panggil senyamannya Anda, Nona Cloe.”“Tapi, kenapa semuanya berkumpul di sini?” Annelies bergantian melirik Kaelus dan Velos. Dan Theo yang berada di sebelahnya pun merengkuh pinggangnya dan lantas menjawab, “ke depannya kau pasti sibuk mengurus perusahaan. Sebelum itu, mari kita nikmati waktu bersantai dengan liburan bersama, istriku.”“Ah … jadi ini rencanamu?” sahut Annelies yang memicu sebelah alis suaminya terangkat. Dan Theo pun mendekati wajah sang istri sambil berbisik, “bukankah aku hebat dalam menyiapkan kejutan?”“Kau yang terbaik!” balas Annelies yang tak ragu mengecup pipinya.“Kenapa hanya di pipi?
Ekspresi binar di wajah Annelies seketika lenyap setelah menerima telepon. Jelas sekali ada sesuatu yang mengusiknya.Dan Theo yang penasaran pun bertanya, “ada masalah apa, istriku?”“Aku harus pergi. Tolong temani aku, Dan Theo,” sahut Annelies saat berpaling pada suaminya. Usai bersiap-siap, mereka lantas menuju L&F Hotel. Sudah lama Annelies tak mengunjungi hotel keluarganya tersebut. Hotel itu hampir bangkrut, tapi beberapa minggu terakhir managementnya telah diperbarui Lewis sebelum pemuda tersebut masuk penjara.Ya, jika saja Lewis menekuninya, mungkin L&F Hotel akan kembali berjaya. Sayangnya dia harus menjadi korban keserakahan Logan dan berakhir meregang nyawa.Begitu tiba di hotel tersebut, Annelies pun masuk sambil menggandeng lengan Dan Theo.“Selamat datang, Nyonya, Tuan,” tutur seorang Resepsionis menyapa. “Tuan Dave sudah menunggu di ruang VIP.”Benar, orang yang membuat Annelies datang ke hotel ini memang Dave. Padahal sebelumnya Annelies memutuskan tak ingin berhubu
“Katakan, Dan Theo! Apa maksudmu sebenarnya?!” Annelies menuntut penjelasan seiring nadanya yang kian menekan.Telinganya jelas mendengar bahwa Dan Theo ingin mengakhiri hubungan, tapi wanita itu tak mau berasumsi tanpa tau alasan di balik semua ini.Dengan wajah tegang, dia kembali berkata, “kau akan tetap diam?!”Tangannya meraih lembaran dokumen di meja. Sepasang alisnya seketika mendapuk saat membaca isinya.“Hah … ini?”“Robeklah!” Dan Theo menyahut tegas.Annelies kembali menatapnya. Ekspresi muramnya berangsur binar saat mendapati titah itu. Hingga tanpa ragu, Annelies pun merobek lembaran dokumen tersebut tepat di hadapan Dan Theo.“Hubungan kontrak kita resmi berakhir, Dan Theo. Mari kita mulai hubungan baru tanpa batas waktu!” tutur wanita itu memandang lekat.Ya, itu memang dokumen perjanjian satu tahun pernikahan mereka. Jika sesuai kontrak, maka harusnya Dan Theo dan Annelies akan berpisah. Tapi keduanya tak menyangka, dalam waktu sesingkat itu hubungan mereka jadi tak te
Alih-alih menjawab dengan ucapan, Dan Theo malah menawarkan lengannya agar digandeng sang istri.“Kalau kau sangat ingin tahu, ayo kita berangkat sekarang,” tuturnya dengan nada rendah.“Cih!” Annelies membalas dengan desisan. “Kau sangaja membuatku semakin penasaran, ya? Dasar kekanakan!”Meski mengejeknya, tapi tak bisa disangkal Annelies malah kian tertarik. Dia lantas merengkuh lengan sang suami dan berjalan mengikuti langkah panjangnya.Mereka pun menyusuri jalanan Linberg dengan mobil Dan Theo. Setelah cukup lama berkendara, pria itu menghentikan mobilnya di depan PeterSoul. Ya sebelumnya Dan Theo sudah membuat reservasi di restoran bintang michelin tersebut.Annelies yang semula melihat keluar jendela, kini berpaling pada Dan Theo lagi.“Di sini sangat sulit mendapat meja. Kapan kau memesan tempat?” tanyanya. “Tidak sesulit itu, karena ini diriku,” sahut Dan Theo seiring sebelah alisnya yang naik ke atas.Lawan bincangnya menyeringai tipis. Dia mengamati Dan Theo mengitari dep
***Esok harinya, Annelies mendatangi rumah tahanan Linberg untuk menemui Logan. Dia sengaja datang sendiri dan tidak memberitahu Dan Theo. Jelas sekali sang suami akan melarang jika tahu Annelies pergi ke sana. Namun, Annelies harus memastikan sesuatu.Begitu Logan muncul, Annelies hanya menatapnya dengan sorot dingin.‘Dunia sudah mulai menghukumnya, ya?’ batin Annelies mengamati wajah Logan yang babak belur.Ya, agaknya para narapidana telah menghajarnya habis-habisan.“Hah … sial! Apa kau datang untuk menertawakanku?!” Logan berkata dengan sorot tajamnya. “Jangan pikir kau sudah menang. Aku tidak akan lama berada di sini!”Alih-alih menjawab, Annelies malah memamerkan seringai tipis.“Sepertinya kau masih tidak sadar dengan kenyataan. Kau sudah tamat. Kau akan membusuk di penjara ini!” Annelies bicara dengan ekspresi penuh dendam.“Tutup mulutmu, jalang sialan!” Logan mengumpat seiring tangannya yang memukul kaca pembatas.Annelies yang berada di sisi seberang, malah semakin terse
Annelies mengikuti Grace ke taman di area gedung pengadilan. Mereka duduk bersebelahan, sementara Dan Theo menunggu tak jauh dari sana. Ya, pria itu sengaja memberi privasi agar kedua wanita tadi bisa bicara leluasa.“Katakan, aku hanya punya waktu sepuluh menit untukmu!” Annelies berkata dengan ketusnya.“Aku tahu kau pasti marah padaku karena—”“Marah? Siapa yang bilang aku marah?” Annelies menyambar ucapan Grace sebelum tuntas.Wanita itu berpaling pada Grace dengan ekspresi dinginnya. “Aku tidak marah, tapi lebih tepatnya aku membencimu!”Benar, meski Grace punya andil besar dalam penuntutan Logan, tapi Annelies juga membencinya karena dia sengaja menyembunyikan fakta.“Kau tau Ayah dibunuh, bahkan tinggal dengan pembunuhnya. Kau yang hanya diam, tidak ada bedanya dengan Kak Logan!” pungkas Annelies dengan leher tegang. Wajah Grace berangsur pucat, kata-katanya pun seperti tersangkut di tenggorokan saat melihat tatapan Annelies yang penuh dendam.Dia perlahan menundukkan pandang