Semua Bab Benih Haram Sahabatku: Bab 91 - Bab 100

108 Bab

Dua Sisi

Ada yang berbeda pagi ini. Suara denting sendok dan garpu di meja makan masih seperti biasa, tapi entah mengapa terasa hambar.Andra beberapa kali melirik ke arah istrinya. Juga Inah yang sedari tadi terdiam menyiapkan sarapan pagi ini. Biasanya suara mereka riuh sekali, berisik saling bersahutan. Kali ini diam membisu, sibuk masing-masing dan tak saling menyapa. Andra tahu, ada sesuatu yang tak beres di rumah ini. Kemarin masih baik-baik saja. Hanya terasa berbeda saat malam ketik Reisa mendiamkannya. Andra juga tahu, hanya memilih untuk menunggu. Istrinya tak pernah marah terlalu lama. Biasanya hanya sebentar. Setelah itu mereka berbaikan."Bik Nah. Nasi goreng masih ada, nggak?"Andra bertanya. Setelah dia mengucapkan itu, tiba-tiba saja Reisa meletakkan sendok dan langsung berjalan ke dalam tanpa berucap kata.Aneh. Jika Reisa memang marah kepadanya, kenapa dia juga mendiamkan Inah. Andra memilih untuk tetap melanjutkan makan.Masakan Bik Inah sudah menjadi candu bagi Andra. Seh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-19
Baca selengkapnya

Kabur

"Den. Non Rei pergi."Andra tersentak saat Inah mengatakan itu di telepon, disertai dengan isak tangis. Hari ini ada rapat penting di hotel, jadi dia tidak mungkin meninggalkannya.Berbagai macam prasangka sempat terlintas di benak Andra. Hanya saja, dia berusaha tetap tenang dan mengendalikan diri. Istrinya tidak mungkin melakukan hal aneh di luar sana."Tadi bibik ke pasar sama si Nok. Pas pulang Non Reisa udah nggak ada. Rendra juga dibawa."Kali ini, Andra berusaha menenangkan Inah dengan mengucapkan kata-kata penghiburan. Dia meminta wanita paruh baya itu untuk tetap tenang karena sejak tadi terdengar panik.Setelah Inah tenang, Andra menutup telepon dan menarik napas panjang. Lalu dia menghubungi beberapa nomor untuk memastikan dimana keberadaan istri dan anaknya."Reisa ada di rumah papa, Ndra. Katanya mau di sini dulu sementara waktu." Andra bernapas lega saat mendengar jawaban Wisnu. Dia meminta disambungkan dengan Reisa, tetapi mertunya menolak. "Reisa belum mau ngomong sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-20
Baca selengkapnya

Nasihat Orang Tua

Reisa terbangun saat mendengar suara tangis putranya. Rendra tengah duduk sambil menarik bajunya. Matanya melihat sekeliling, ternyata hari sudah siang.Jarum jam di dinding menunjukkan angka sembilan. Cahaya matahari pun sudah mulai menyusup dari balik jendela. Reisa benar-benar kelelahan. Tidurnya nyenyak semalaman. "Sayang mama." Reisa menggendong Rendra dan memeriksa penyebab dia menangis. Ternyata diapers-nya penuh. Dengan cekatan wanita itu membawa putranya ke kamar mandi, lalu menggantikan popok. Reisa memencet tombol air hangat lalu memandikan putranya. Sekalipun ada yang membantu, tetap saja dia harus turun tangan langsung.Setelah selesai menyabuni dan memakaikan handuk, Reisa meletakkan Reindra di ranjang. Ritual pun dimulai. Dari memberikan sunscreen anak, minyak rambut juga lotion supaya kulit putranya tidak kering. Reisa membawa Rendra keluar dan menuju dapur. Mereka kelaparan. Begitu masuk, aroma harum masakan langsung terhirup. Bau omlet yang baru diangkat dari waj
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-20
Baca selengkapnya

Curahan Hati

Wisnu mendengarkan dengan seksama apa yang baru saja diungkapkan oleh putrinya. Mereka duduk di taman belakang. Nita memilih untuk membawa Rendra jalan-jalan, membiarkan ayah dan anak itu saling bertukar cerita."Lalu, kenapa kamu malah sedih?" tanya Wisnu sambil mengusap kepala Reisa. Wanita itu masih terisak lalu mengambil beberapa helai tissue untuk menghapus air mata. "Kenapa Bik Nah nggak ngomong dari awal, Pa?" Matanya sayunya menatap wajah tua yang sedang menghela napas panjang. "Kamu waktu itu depresi. Mau gugurkan kandungan. Kalau Inah ngomong saat itu juga, mungkin kamu bisa lakuin hal-hal yang nggak semestinya," jawab Wisnu tenang."Tapi, Pa--""Kamu berharap apa, Nak? Inah ngehalangin malam itu terus kamu tetap nikah sama Dimas?" Pertanyaan Wisnu menusuk hatinya. Reisa kembali terisak. Hal itu sempat terlintas di benaknya beberapa hari ini. Andaikan malam itu semua perbuatan Andra bisa dicegah, mungkin dia akan hidup bahagia bersama sang kekasih hati."Astagfirullah." B
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-20
Baca selengkapnya

Ketegasan

Wajah Helena tersenyum saat mendapati siapa yang datang berkunjung hari ini. Setelah berhari-hari menunggu, akhirnya Andra datang juga. Sang pangeran impian kini muncul di hadapannya. "Lu sehat?' tanya Andra saat melihat wanita itu muncul dari dalam. Seperti biasa, Helena masih duduk di kursi roda dengan si perawat yang masih setia menemani. Andra membayar mahal untuk fasilitas ini. Semua kebutuhan wanita ini dia yang menganggung, entah sampai kapan. "Kayak yang lu liat. Lumpuh, nggak bisa jalan," lirih Helena. Sengaja, padahal mencari perhatian supaya sang pujaan hati merasa iba melihat kondisinya sekarang. Andra tersenyum mendengarnya. Perasaan bersalah itu tak bisa hilang begitu saja, sekalipun dia tidak sengaja. Menurut saksi mata, saat itu Helena sendiri tergesa-gesa sewaktu ingin menyebrang. Jadi, Andra tak sepenuhnya bersalah."Lu udah segeran sekarang." Andra mencoba berbasa-basi untuk mencairkan suasana yang sedikit canggung. "Ya, gini saja. Nggak bisa kayak dulu. Jalan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-20
Baca selengkapnya

Malam yang Indah

Nun jauh disana. Malam ini Helena juga mersakan hal yang sama."Awal terapi memang sakit. Bertahap nanti lama-lama akan terbiasa. Nyerinya akan berkurang. Hasil pemeriksaan sejauh ini bagus."Begitulah Andreas menjelaskan secara singkat mengenai kondisi Helena saat pemeriksaan berlangsung. Wanita itu bernapas lega. Harapannya untuk sembuh kini hidup lagi. Dia ingin kembali seperti dulu, bisa hidup normal seperti orang lain. "Ada peluang sembuh?" tanya Helena dengan ragu. Ada harap-harap cemas di dadanya."Kecil, tapi bisa saja terjadi. Asal kamu semangat. Jangan lemes kayak gini. Saya siap mendampingi."Andreas mengucapkan itu dengan yakin. Sudah saatnya dia bersikap sedikit agresif untuk mendekati Helena, karena momen mereka untuk bertemu semakin jarang. Helena terpana mendengar ucapan lelaki itu, tak menyangka bawa dokter yang merawatnya ini sangat baik hati. Dia masih tak mengerti bahwa Andreas memilik perasaan lain. Mata dan hatinya telah tertutup oleh pesona Andra."Maksudnya?"
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-21
Baca selengkapnya

Niat Baik

Suasana pagi itu tenang. Setelah semalaman Andra berhasil menaklukan istrinya, kini semua kembali damai. Mereka makan pagi dengan santai sambil bercerita. "Bumil makan yang banyak."Andra mengambilkan tambahan lauk ke piring Reisa. Selama di Surabaya, istrinya sedikit rewel. Mungkin itu bawaan bayi walaupun tidak separah kehamilah Reindra dulu. Reisa tersenyum dan menatap suaminya mesra. Hal itu membuat Nita dan Wisnu merasa senang. Benar sesuai dugaan, mereka kembali akur dalam sekejap. Sejak dulu selalu bersama, berselisih paham juga mana bisa berpisah lama. "Bik Nah mana?" tanya Reisa karena sejak tadi tak menadapi wanita tua itu di dapur. Reisa ingin meminta maaf atas perlakuannya selama ini. Setelah mendengarkan nasihat Andra tadi pagi saat terbangun tidur, dia jadi mengerti dimana letak kesalahannya.Wajar jika Reisa merasa kecewa dan sakit hati. Itu manusiawi. Namun sejatinya manusia harus saling memaafkan. Tak ada yang perlu disesalkan.Sekalipun cara berjodoh mereka diawa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-21
Baca selengkapnya

Pernikahan

Dua bulan kemudian.Dua orang itu bergandengan tangan saat memasuki gedung resepsi. Pernikahan mewah yang tentunya memakan biaya yang tidak sedikit. Sang pengantin tampak bahagia bersanding di pelaminan. "Helena cantik ya, Ndra," bisik Reisa di antara suara bising orang-orang yang bercakap juga suara musik yang mengalun mengiringi acara."Akhirnya dia dapat jodoh yang cocok. Gue nggak nyangka Dokter Andreas suka sama dia."Mata Andra tak lepas menatap panggung megah di hadapannya. Sementara itu tangannya sibuk memasukkan makanan ke dalam mulut. "Jodoh setiap orang udah tertulis Lauhul Mahfuz. Kita gak tau dipertemukan dengan siapa. Gimana awal bermulanya. apakah baik atau enggak," kata Reisa bijak."Sama kayak lu sama gue. Sahabat jadi cinta." Andra mengedipkan mata menggoda istrinya. Reisa tertawa geli kemudian memukul lengan suaminya. Untung saja makanan tidak ada yang tumpah. Mereka sengaja memilih meja yang paling ujung, agar lebih bebas dan tak terlalu mencolok dilihat tamu ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-22
Baca selengkapnya

Ending

Sedari tadi Andra merasa gelisah, mondar mandir di depan ruang tunggu. Entah apa yang terjadi di dalam sana, dia hanya berpasrah diri kepada Tuhan.Andra Ingin mendampingi, tetapi dilarang masuk. Berulang kali dia menggosokkan kedua tangan, lalu mengusap wajah. Lelaki itu juga sesekali meremas rambut, mirip seperti seseorang yang sedang frustasi. Sudah satu jam Andra menunggu bersama Wisnu. Jika posisinya begini, serba tidak enak rasanya. Sesekali terdengar suara teriakan kesakitan dari dalam ruangan itu. Membuat jantung Andra berdetak kencang dan ingin melompat keluar. "Duduk." Wisnu menegur Andra karena melihat tingkah menantunya yang resah dan gelisah sedari tadi."Andra, duduk!" tegurnya sekali lagi. Andra menoleh tanpa berucap, lalu dia mengambil tempat di sebelah papa mertuanya. Lelaki itu hanya terdiam dan tak sanggup bicara. Entah kenapa dia dilanda kepanikan luar biasa."Tenang." Wisnu menepuk bahunya. "Doakan, dia sedang berjuang.""Paaa ..."Andra merengek. Ini kedua kal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-22
Baca selengkapnya

Extra Part: Pertemuan Pertama

Brugh!"Auw!"Seorang gadis berteriak saat tubuh mungilnya terbentur sesuatu yang keras, sehingga membuatnya terjatuh. Darah mengucur dari lutut yang mulus itu. Sementara itu, sang lawan masih tetap berdiri kokoh bahkan tak bergoyang sedikit pun. "Kamu gak apa-apa?""Perih ...."Gadis itu meringis kesakitan. Lututnya menghantam tembok sekolah. Keras dan masih terasa denyutnya. Tak lama lagi sepertinya akan menimbulkan luka lebam yang kebiru-biruan."Sini, gue bantuin."Gadis itu menyambut uluran tangan yang diarahkan kepadanya."Maaf ya, gue ga sengaja." Anak lelaki itu tersenyum. Ada rasa bersalah di dalam hatinya. "Iya, engga apa-apa, kok." Senyumnya terukir, membalas senyuman anak lelaki itu. "Wah berdarah gitu. Ayo kita ke UKS. Minta diobatin lukanya. Kasian lu."Anak lelaki itu menarik tangannya, tetapi ditepiskan. Gadis itu tidak mau bersentuhan karena masih malu. "Gak usah. Biarin aja, cuma luka kecil kok. Nanti aku bersihin di toilet juga bisa."Gadis itu tidak mau merepot
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status