Home / Urban / Pembalasan Dewa Perang / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Pembalasan Dewa Perang : Chapter 81 - Chapter 90

99 Chapters

Bab 81

Sudah beberapa hari berlalu, sejak Ansel mendengar alasan yang dijelaskan oleh Paman Salim padanya tentang perusahaan.Dan di sinilah Ansel sekarang, duduk diam di kamarnya sembari menunggu Mona keluar dari dalam kamar mandi. Istrinya itu sedang membersihkan diri.Saat itu juga, ponsel Ansel berdering, dan itu adalah panggilan telepon dari Richard. "Ada apa?" Ansel langsung bertanya saat panggilan teleponnya tersambung. "Jenderal, gawat jenderal!" Di seberang sana, Richard berteriak panik pada Ansel. Dan itu terdengar jelas dari nada suaranya. Ansel tahu, kalau sudah terjadi masalah besar."Ada? Katakan padaku dengan jelas!" "Pasukan Owen! Pasukan Owen sedang bergerak menuju perbatasan! Dia membawa sepuluh ribu pasukan untuk menyerang perbatasan!""Apa?!!"Ansel sangat terkejut saat mendengar berita ini. Dia tidak menduga kalau Owen akan membawa pasukan yang cukup banyak untuk menyerangnya. Jika Ansel berada dalam situasi berbeda seperti sebelumnya, maka tanpa pikir panjang, dia
last updateLast Updated : 2024-08-24
Read more

Bab 82

Ansel menatap lama ke arah Mona yang memandanginya sembari menangis. Ansel tak sampai hati untuk melihat kondisi istrinya yang terlihat buruk. "Jenderal?" Richard mengingatkan Ansel sekali lagi. Waktu mereka tidak banyak, dan keduanya harus segera tiba di perbatasan secepatnya. Ansel menghela napas berat. Untuk terakhir kalinya, dia memandang istrinya yang mengantar kepergiannya di depan pintu rumah. Dengan tangisan yang membuat Ansel goyah. Setelah memantapkan hati, Ansel kemudian masuk ke dalam mobil. Mereka harus sampai di bandara secepatnya. Perjalanan panjang Ansel sudah dimulai. Tapi, baru setengah perjalanan, dia sudah merindukan istri dan calon anaknya. Ansel ingin segera menyelesaikan urusannya secepat mungkin. Jangan sampai dia terjebak di perbatasan hingga berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun seperti sebelumnya. Kini, Ansel memiliki seseorang yang menunggu kepulangannya. Pesawat jet khusus yang Ansel naiki perlahan meninggalkan bandara. Mereka melakukannya dengan c
last updateLast Updated : 2024-08-26
Read more

Bab 83

Dengan menunggangi kuda hitam miliknya, Ansel memacu kuda tersebut ke lokasi perang. Tanah tandus itu tampak berkabut di kejauhan. Hanya ada beberapa rumpun pohon yang hidup di sana. Semakin dekat, Ansel bisa mendengar bunyi pedang yang beradu. Dia semakin memacu kudanya agar segera sampai di sana. Dan kini, di depan matanya, Ansel melihat ada ribuan orang yang sedang bertarung untuk sebuah kemenangan. Tak terhitung jumlah prajurit yang terluka. Luka kecil tak membuat mereka menyerah. Mereka semakin bergerak maju, untuk menentukan siapa yang berhak pulang sebagai pemenang. Bunyi tapal kuda yang datang dari kejauhan membuat orang-orang itu menoleh dalam sekejap. Mereka ingin tahu, siapa yang datang ke tanah penuh darah ini. Ketika mereka melihat seekor kuda hitam yang terlihat sangat gagah dan berani, mendekat dengan membawa seorang pria yang paling ditakuti di dunia kemiliteran, semuanya langsung merasa gemetar. Semangat Prajurit yang melihat kedatangan Ansel langsung menyala. R
last updateLast Updated : 2024-08-26
Read more

Bab 84

Bunyi dentingan besi dan juga patahan kayu terdengar nyaring. Ansel meratakan semua anak panah yang tertuju ke arahnya dengan menggunakan pedangnya. Namun, jumlah itu terlalu banyak, dia sedikit kewalahan. Dan secara tak sengaja, salah satu anak panah menggores tipis wajah Ansel.Desingan anak panah itu berakhir. Ada beberapa prajurit Ansel yang terluka karena panah tersebut. Juga, sepertinya Richard mendapatkan luka gores di lengannya.Ansel mengangkat kepalanya, mengusap pelan pipinya yang mengeluarkan darah. Setelahnya, pandangan Ansel tertuju lurus ke arah Owen yang kini sudah memacu kudanya untuk berlari jauh di tengah-tengah pasukannya.Owen tak peduli jika kuda itu bahkan menginjak prajuritnya sendiri. Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah, dia harus pergi secepatnya dari medan perang tersebut.Tapi semakin keras Owen melecut kudanya, semakin ketakutan dia. Sebab Ansel kini berlari mengejar dengan kuda hitamnya.Lagipula, pandangan Owen terbatas karena hari yang sudah meng
last updateLast Updated : 2024-08-27
Read more

Bab 85

Tebasan pedang diayunkan. Ada banyak nyawa yang melayang karena perang ini. Tak sedikit darah yang tumpah membasahi bumi. Dan ... akhir dari perang yang melelahkan itu akan tiba. Dengan keadaan yang menyedihkan, Owen memacu langkahnya untuk berlari semakin jauh. Owen saat ini sedang menjadi target Ansel. Tepat saat dia semakin mempercepat langkahnya, sebuah timah panas bersarang di dadanya. Ya ... Ansel menembak Owen dengan senjata yang disiapkan waktu itu. Owen tumbang menghantam tanah. Darah segar mengalir membasahi tanah gersang tersebut. Dengan perlahan, Owen membuka mata. Dia melihat dengan jelas, bagaimana Ansel datang dengan langkah arogan, menodongkan ujung senjata api itu ke arah kepalanya. Kemarahan itu terlihat jelas. Setelah perang yang berlarut-larut selama beberapa lama, hari ini adalah puncak kemarahan Ansel. Dengan matanya sendiri, Ansel melihat Richard tumbang tepat di depannya. Dan itu semua karena senjata api yang Owen gunakan untuk menembaknya. Ansel t
last updateLast Updated : 2024-08-28
Read more

Bab 86

Ansel mempercepat langkahnya, saat dia hampir tiba di dalam sebuah ruangan yang ada di ruang tahanan perbatasan. Dibelakangnya, ada kapten Beni yang mengikuti Ansel dengan langkah bergetar. Pria itu ... pria yang disebut sebagai Dewa Perang tersebut, kini sedang berada di puncak amarahnya.Sipir penjara membukakan pintu besi saat melihat kedatangan Ansel. Tak ada suara apapun selain suara langkah kaki yang beradu dengan tanah. "Ansel ...."Ketua Beni memanggil Ansel saat dia tiba di pintu terakhir. Dengan pandangan tajam, Ansel berbalik untuk melihat ketua Beni. "Katakan!" Ansel tahu, ketua Beni ingin mengatakan sesuatu. Pasti itu tentang orang yang ada di dalam."Kamu tahu, dia petinggi negara, kan?" Ansel menyeringai saat mendengar perkataan kapten Beni. Ya ... dia tahu!"Jangan melakukan sesuatu yang akan membuatmu menyesali ini, Ansel!"Manik mata Ansel yang gelap menatap kapten Beni dengan pandangan berani. Tak ada rasa gentar dalam hatinya, meski pria yang ada di dalam itu a
last updateLast Updated : 2024-08-30
Read more

Bab 87

Pukulan-pukulan itu terus Ansel tahan dengan sekuat tenaga. Salahnya karena tidak mempertimbangkan soal ini, tapi Ansel yakin, kalau dia bisa mengalahkan mereka semua. Orang-orang berpakaian serba hitam mulai mengeluarkan senjata api dari balik tubuh mereka. Kali ini tak terlihat main-main, karena semuanya menodongkan senjata itu ke arah Ansel. Dan pria itu memandang Ansel dengan remeh. Dia tahu, di tempat yang sempit dan juga apek ini, akan menjadi tempat Ansel menghembuskan napas terakhirnya.Ansel menyeringai saat orang-orang itu mulai menyerangnya lagi. Tapi semuanya terpental jatuh ke tanah. Dan di saat yang sama, Ansel juga merebut senjata api yang ada disalah satu pria berbaju hitam. Dan dalam sekejap, Ansel sudah berada tepat di samping si penghianat negara. Semua orang menahan napas ketika Ansel menodongkan senjata tepat di samping kepala pria itu. Keringat dingin menetes di dahi mereka semua, dengan napas yang memburu."K-kau?" "Sudah kubilang, jangan main-main denganku!
last updateLast Updated : 2024-09-01
Read more

Bab 88

Ansel menoleh ke arah orang yang kini berdiri tegak sembari mengarahkan senjata kearah pria yang kini sudah tak bernyawa itu."A-anda ...." "Dia pantas mendapatkannya karena sudah berani menyinggung Anda, Jenderal!" Pria itu kemudian membungkuk di depan Ansel. Badannya yang kekar serta segaris bekas luka di wajahnya, membuat pria itu terlihat sangar.Ansel menghela napas berat, dia tidak menyangka kalau tugasnya dirampas begitu saja. Kenapa pria itu menembak sebelum dirinya? Padahal tadi Ansel sudah bersiap untuk menarik pelatuk senjatanya."Bereskan semuanya!" Pria itu memberikan perintah pada beberapa petugas yang dibawanya. Dan orang-orang yang sebelumnya bertarung dengan Ansel juga sudah diangkut pergi. Hanya tersisa hening setelah keributan itu. Kapten Beni juga sudah mendapatkan pertolongan pertama. Ansel melangkah keluar dari sana setelah dipersilakan. Dia memandang nanar kearah pria yang digotong pergi dalam keadaan yang mengenaskan.Tapi ... Ansel tahu, kalau pria itu pant
last updateLast Updated : 2024-09-02
Read more

Bab 89

Ansel menutup pintu kamar dengan perlahan. Dia menatap lurus ke arah istrinya yang tengah duduk di ranjang. Dengan tatapan teduh, Ansel melangkah sembari membawa senyuman di sudut bibirnya. "Ada apa?" Mona bertanya dengan heran, sebab tingkah suaminya itu tidak seperti biasanya. "Aku hanya merasa bahagia, karena bisa melihat senyum indahmu lagi," ujar Ansel, sembari mengambil posisi di samping Mona. Kini, dia membawa istrinya itu kedalam pelukannya. Ansel memeluk Mona dengan perasaan penuh rindu. Tangannya juga mengusap perut istrinya yang sudah membuncit. Tinggal beberapa bulan lagi, anaknya akan lahir. "Terima kasih karena sudah menungguku! Terima kasih karena tidak pernah menyerah!" Ansel mencium kening Mona, perlahan hingga kemudian ciuman itu pindah ke tengkuknya. Di dalam pelukan Ansel, Mona hanya tersenyum sembari menikmati sentuhan suaminya. Dia rindu saat-saat menghabiskan waktu bersama Ansel.Ansel dan juga Mona menghabiskan waktu bersama di dalam kamar. Sembari memba
last updateLast Updated : 2024-09-05
Read more

Bab 90

"Bibi ... kamu terlalu banyak bicara! Sudah bosan hidup, ya? Mau menyusul suamimu ke Neraka?" Ansel bertanya dengan wajah tanpa ekspresi. Tapi dengan auranya saja, bisa membuat semua orang merinding ketakutan. Ansel tak suka saat orangtuanya disebut-sebut! Apalagi itu hinaan yang keluar dari mulut wanita tua ini!Wanita paruh baya yang Ansel panggil dengan sebutan bibi itu, langsung terdiam kaku saat mendengar perkataan Ansel. Terlebih aura yang Ansel pancarkan membuatnya gemetar tanpa bisa dikendalikan. Dia menggeleng dengan kuat. Tidak! Dia masih ingin hidup! Dia masih memiliki banyak rencana dalam hidupnya.Ansel mendecih sinis. Dia benci wanita ini. Gara-gara keserakahan dan juga hasutannya, Danu berkhianat pada keluarganya sendiri. Dan disaat suaminya berada di dalam penjara, tak sekalipun dia datang menjenguk. Ansel mengetahuinya karena dia memiliki banyak sekali mata-mata di tempat itu."Bibi ... Sudah berbulan-bulan Paman ada di penjara, tapi aku dengar, bibi tidak pernah
last updateLast Updated : 2024-09-06
Read more
PREV
1
...
5678910
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status