Home / Urban / Pembalasan Dewa Perang / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Pembalasan Dewa Perang : Chapter 71 - Chapter 80

99 Chapters

Bab 71

Telinga Ansel berdengung saat mendengar cemoohan yang ditujukan padanya. Tapi dia tidak merasa tersinggung sedikitpun. Lagi pula, Ansel bukanlah pria miskin seperti yang mereka sebutkan. Bahkan tempat ini saja merupakan miliknya.Melihat Ansel mengabaikannya, pria berjas biru dongker itu semakin kesal. "Sialan, benar-benar tidak tahu malu!" Saat pria itu seperti sudah mulai kehilangan kendali, dan berniat untuk memukul Ansel, beberapa orang menahan tangannya."Jangan buat keributan sebelum acara. Nanti saja saat akan pulang, kita permalukan dia!" Seorang wanita bergaun V neck berbisik di telinga pria itu. Dia sudah memikirkan rencana untuk mempermalukan Ansel.Kening pria yang ternyata bernama Rehan itu berkerut. Setelah mendengar garis besar dari rencana wanita tersebut, akhirnya dia tersenyum. "Sudahlah! Buang-buang waktu saja jika aku meladenimu!" Rehan berjalan meninggalkan Ansel. Mereka menikmati acara itu tanpa memperdulikan Ansel yang duduk di pojok ruangan.Ansel tahu kena
last updateLast Updated : 2024-08-14
Read more

Bab 72

Rehan sangat ingin mempermalukan Ansel. Dia harus membalaskan rasa sakit hatinya selama ini. Dan kini lah kesempatannya."Cepat panggil manager hotel ini! Dia harus mengganti rugi anggur yang terbuang itu!" Rehan menyuruh salah seorang dari peserta reuni untuk pergi keluar, melaporkan pada penjaga agar segera memanggil manager hotel.Ansel tidak takut sedikitpun. Lagipula ini bukan salahnya. Dia pasti akan membuat Intan mendapatkan akibat dari perbuatannya. Jadi, Ansel perlu bermain sedikit dalam drama ini.Rehan memandang Ansel dengan remeh. Dia sangat yakin kalau Ansel akan dipermalukan lagi malam ini. Dalam pikiran Rehan, sepertinya hidup Ansel memang untuk dipermalukan terus.Ansel mengeluarkan ponselnya, dan mengirimkan pesan singkat pada Richard. Isinya tak banyak kata, hanya bertuliskan: Tampilkan rekaman video CCTV ballroom hotel ini di layar proyektor. Richard yang memandang dari pintu masuk langsung mengerti maksud tujuan Ansel. Tadi dia bersiaga saat penjaga depan pintu di
last updateLast Updated : 2024-08-15
Read more

Bab 73

Kali ini, mata Intan benar-benar membulat dengan sempurna. Ansel berjongkok di depannya, seperti sedang mengejek dirinya. Dan Intan sangat jengkel karena itu. Terlebih, saat ini jantungnya masih berdebar dengan keras saat mengetahui harga botol berisi anggur yang kini sudah pecah tersebut. Ansel berdiri tegak setelah melihat wajah pias Intan. Dia tak merasa iba sedikitpun. Lagi pula, bukan dirinya yang memulai kekacauan ini, jadi Ansel tak akan bersimpati pada orang yang berniat mempermalukannya. Tubuh Intan berkeringat dingin. Dia menggigit bibirnya, berusaha memikirkan jalan keluar terbaik dari masalahnya. Tapi Intan tidak mendapatkan solusi apapun. Bahkan saat dia ingin meminta tolong Rehan saja, pria itu malah memalingkan wajahnya. "Jadi bagaimana? Apa Anda akan langsung melakukan ganti rugi sekarang?" Manager hotel itu bertanya saat dia tidak melihat tanda-tanda pergerakan dari Intan. Dia tidak bisa menunggu lama, karena ada banyak hal yang harus diurusnya karena masa
last updateLast Updated : 2024-08-16
Read more

Bab 74

Ansel menatap Intan dengan serius. Tak ada lagi seringaian di wajahnya. Hanya ada pandangan lurus dengan aura yang penuh otoritas dan sangat dominan. "Bagaimana kamu akan mengganti anggurku?" Suara Ansel terdengar sangat berwibawa. Hawa dalam ruangan itu semakin terasa dingin. Bahkan mereka yang berdiri tak jauh dari Ansel merasa merinding dengan sekujur tubuh berkeringat dingin. Jika sebelumnya Intan masih punya sedikit keberanian untuk menantang Ansel, tapi sekarang, dia bahkan lupa bagaimana caranya bernapas. Tatapan dan aura Ansel yang mendominasi membuat Intan tak sanggup untuk menghirup udara. Saat tubuh Intan kehabisan oksigen, barulah dia menghirup udara dengan rakus hingga terbatuk-batuk. "Aku sedang bertanya padamu! Bagaimana kamu akan mengganti minuman anggurku?" Kali ini, aura Ansel berkali-kali lipat lebih mendominasi dari sebelumnya. "A-aku ... aku tidak tahu!" Intan menjawab dengan terbata-bata. Kemudian dia menunjuk ke arah Rehan yang tampak sedang berusaha u
last updateLast Updated : 2024-08-16
Read more

Bab 75

Ansel tidak memikirkan alasan apapun yang perlu dia katakan pada pamannya. Lagi pula, dia tidak mengenal keluarga ibunya tersebut, karena memang tidak pernah diceritakan padanya tentang mereka. Ansel terus memandangi ponselnya dan melihat Mona yang sudah kembali tidur setelah terbangun karena mimpi buruk. Ansel benar-benar ingin menghabisi Oman sekarang juga. Trauma karena insiden waktu itu membuat Mona jadi sulit tidur sekarang. Mobil yang Ansel tumpangi berhenti tepat di depan tangga menuju pintu utama. Dia lalu keluar dengan tergesa-gesa. Tak ada pelayan yang menunggu Ansel karena sekarang hari sudah larut, dan dia sudah menyuruh Richard untuk mempersilakan mereka istirahat. Richard pergi ke paviliun samping tempat dimana kamarnya berada. Jika hari sudah terlalu larut, maka Ansel akan menyuruhnya untuk tidur di sana. Lagipula, rumah ini memiliki puluhan kamar. Yang tersebar dari beberapa bangunan. Ansel membuka pintu kamar setelah menekan beberapa angka untuk memasukkan kod
last updateLast Updated : 2024-08-17
Read more

Bab 76

Ansel menatap Oman yang terbaring kaku. Luka-luka di tubuh Oman menjadi saksi, bagaimana kejamnya Ansel membalaskan dendamnya. Bahkan Ansel tak merasa takut sedikitpun saat memikirkan tentang Owen yang memiliki status kekuasaan di negeri seberang. Ansel berjalan keluar dari ruangan itu tanpa beban. Dendamnya terbalas. Dan dia tidak merasa menyesal sedikitpun. Sama seperti Oman yang tidak merasa menyesal karena sudah mencelakai istrinya. "Dia sudah mati!" Ansel berkata pada Richard yang terlihat bertanya-tanya. Semua orang yang mendengar perkataan Ansel langsung saling tatap satu sama lain. "Je-jenderal?" Baru kali ini Richard merasa gugup dengan tindakan Ansel. Dia memikirkan status Oman dan juga Owen kakaknya. Terlebih lagi mereka berdua sepertinya berhubungan baik dengan salah seorang orang penting di kota ini. "Jangan risaukan apapun! Cukup bersihkan dia dan kirim kepada kakaknya! Dari awal, mereka sudah menabuh genderang perang, jadi dari pada tanggung-tanggung basah, le
last updateLast Updated : 2024-08-18
Read more

Bab 77

"Aku akan datang untuk menemui nenek, tapi bersama dengan istriku!" Ansel menghubungi Salim saat dia memikirkan tentang keselamatan Mona. Bahkan jika dia tidak melakukan apapun pada Oman, tapi tetap saja Owen akan mencari masalah dengannya. Maka sekalian saja mencari perlindungan dari pamannya yang kekayaannya bahkan tak terhitung oleh kalkulator sekalipun. "Baiklah!" Salim menjawab singkat perkataan Ansel. "Tunggu dulu! Aku belum selesai bicara!" Ansel dan pamannya, Salim, masih membicarakan tentang rencana keberangkatan Ansel ke rumah keluarga ibunya. Mereka juga membahas tentang orang yang akan menghandle perusahaan selama Ansel pergi ke sana.Dan setelah selesai membahas semuanya, akhirnya panggilan telepon itu dimatikan. Salim juga sudah mengirimkan data tentang anggota keluarga ke email Ansel. Yang jelas, data tersebut sangat rahasia. Selesai menelepon, Ansel mendatangi Mona."Aku akan mandi sebentar, kamu bersiaplah, kita akan makan malam bersama di bawah!"Setelah menden
last updateLast Updated : 2024-08-19
Read more

Bab 78

Ansel berjalan mendekati ranjang besar itu. Dalam kepalanya berputar-putar pertanyaan tentang hubungan ibunya dengan keluarga ini. Apa alasan terbesar Shintia meninggalkan keluarganya?"Kamu putra Shintia?" Wanita tua yang bersandar di tepi ranjang itu memerhatikan Ansel dengan mata menyipit. Penyakit rabun yang dialaminya, membuat dia kesulitan dalam mengenali orang."Ya ... nama ibuku Shintia!" Ansel merasa canggung saat diperhatikan sedemikan rupa. Hingga akhirnya nenek tua tersebut bersorak gembira."Kamu ... kamu benar-benar mirip dengannya!" Nenek tua itu berusaha untuk menggapai tangan Ansel. Ketika Ansel melihat hal itu, dengan gerakan perlahan dia mendekati neneknya.Ansel sebenarnya ingin menanyakan banyak hal, tapi ketika dia melihat kondisi neneknya yang sepertinya tidak terlalu baik, maka dia mengurungkan niatnya.Lebih baik membahas ini nanti saja, bersama pamannya.Setelah membahas beberapa hal, Salim membawa Ansel menuju kamar yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Da
last updateLast Updated : 2024-08-20
Read more

Bab 79

"Mustahil! Apa-apaan ini? Paman sudah gila? Kalian semua sudah gila?" Ansel berteriak marah. Dia tidak mengira kalau pamannya akan mengatakan omong kosong seperti itu. "Tapi kamu hanya bisa memilih salah satunya!" "Paman gila? Apa Paman buta? Aku membawa istriku kemari, jadi untuk apa membuat pilihan seperti ini?" Rasanya Ansel ingin sekali membalikkan meja sekarang. Menghancurkan isi ruangan itu, andai saja dia tidak memiliki sedikit rasa hormat pada pamannya, seseorang yang sudah menolongnya lima tahun lalu. Ketika Ansel teringat tentang kejadian lima tahun lalu, rasanya mustahil kalau Pamannya tersebut hanya sekadar lewat saja di jalan itu. Dan kemudian berinisiatif menolongnya, padahal mereka tidak saling mengenal. Ansel menebak, kalau sebenarnya pamannya itu mengetahui tentang dia sebelumnya. "Kamu bisa memiliki satu orang istri lagi!" Perkataan Tuan Salim memecahkan lamunan Ansel yang sedang memikirkan masa lalu. "Jangan bicara omong kosong lagi paman! Kamu be
last updateLast Updated : 2024-08-21
Read more

Bab 80

Ansel kembali membawa Mona ke dalam pelukannya. Mengusap pelan rambut istrinya itu, menuangkan semua rasa sayangnya.Mona merasa sangat tersentuh saat mendengar perkataan Ansel. Sangat jarang suaminya itu mengatakan hal seperti tadi. Terasa sangat manis dan juga menenangkan. Mona sangat bahagia sekarang.Ansel melepaskan pelukannya dan menuntun Mona menuju ranjang."Aku ingin mengatakan sesuatu padamu," Ansel menatap mata Mona dengan sangat dalam. "Aku akan mendengarkan!"Mona memperhatikan setiap pergantian ekspresi Ansel. Dia tahu, kalau suaminya itu memiliki banyak hal yang harus dipikirkannya."Tadi, Paman Salim memanggilku untuk datang menemuinya. Dia mengatakan sesuatu padaku."Mona menjadi pendengar yang baik untuk Ansel. Dia tidak menyela untuk sekadar bertanya. Dia tetap diam dengan wajah yang terus menantikan kata-kata Ansel selanjutnya."Dia memintaku untuk menjadi pemimpin perusahaan keluarga!" Dalam pandangan Ansel, dia melihat kening Mona yang berkerut. Tapi istrinya i
last updateLast Updated : 2024-08-22
Read more
PREV
1
...
5678910
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status