Home / Urban / Pembalasan Dewa Perang / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Pembalasan Dewa Perang : Chapter 41 - Chapter 50

99 Chapters

Bab 41

"Sekali lagi, saya minta maaf karena membuat Anda semua menunggu." Mona duduk di kursi dengan perasaan tidak enak. Dia tak menyangka, kalau orang-orang di Candarana akan datang secepat ini."Santai saja. Kami semua juga baru datang," balas salah seorang yang hadir di sana.Mereka mulai berbincang-bincang mengenai proyek yang sudah mulai berjalan. Dan saat sudah mulai membicarakannya, barulah Mona merasa aman, karena sepertinya tidak ada tanda-tanda kalau Candarana Group akan membatalkan kerja sama mereka karena kasus Rio."Oh, ya, Bu Mona. Sebenarnya, kami memiliki sebuah hal penting lainnya yang ingin disampaikan kepada Anda." Jantung Mona berdebar keras saat kata-kata itu terdengar. Ia mulai berpikir jauh. Apakah Candarana benar-benar akan menarik lagi proyek yang sedang dikerjakannya? Kalau benar, dapat dipastikan Mona akan tidur di jalanan karena harus menanggung kerugian yang tak sedikit."Silakan saja, Pak. Ada sesuatu apa?" tanya Mona gugup."Mengenai Hartono Group ...." Jant
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 42

Ansel membawa Mona kedalam pelukannya. Dada Mona terasa sesak karena menahan rasa sakit. Mona benar-benar tidak pernah menyangka, kalau orang yang selama ini dia anggap sebagai paman, ternyata adalah orang yang mencelakai Dante, Papa Mona. "Aku ... dadaku sakit! Benar-benar sakit!" Mona terisak dengan napas terputus-putus. Ia benar-benar merasa sangat hancur sekarang. Benar-benar sangat menyakitkan mengetahui kebenaran ini. Ansel merasakan hatinya berdenyut sakit saat mendengar isakan tangis istrinya. Dia bisa merasakan, apa yang Mona rasakan. Karena dia juga pernah mengalaminya sendiri. Dan karena rasa sakit itulah, dia berada dititik ini sekarang. "Lepaskan saja semuanya. Ada aku disini! Aku tidak akan pernah meninggalkanmu!" Ansel menepuk pelan punggung Mona. Dia seperti sedang memberikan kekuatan untuk istrinya. Setelah menumpahkan sebagian rasa sakitnya, Mona kemudian mengangkat kepalanya. Dia melihat sekali lagi fakta menyakitkan yang diperlihatkan oleh Ansel padanya. "Ak
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 43

Saat sedang membaca tagline berita, ponsel Ansel berdering. Dan itu adalah panggilan dari Richard. "Ada apa?" Ansel bertanya langsung saat menjawab telepon. "Kami sudah mengawasi rumah Danu sesuai perintah Anda, Jenderal. Tapi sepertinya saat ini mereka ingin kabur ke luar negeri!" jelas Richard. Mendengar perkataan bawahannya itu, Ansel tertawa. "Mau kabur? Heh!" Ansel tersenyum meremehkan. "Blokir semua akses mereka, jangan biarkan mereka keluar dari gerbang rumah. Mereka harus tahu diri dengan status yang mereka punya sekarang!" Manik mata Ansel menatap tajam lurus ke depan. Ia tersenyum dengan mengerikan. Mau kabur? Tak akan bisa! Tidak ada yg bisa lolos saat berada dalam genggamannya. "Siap! Sesuai perintah Anda, Jenderal!" Setelahnya panggilan telepon terputus. Dan Ansel berjalan keluar menyusul Mona. "Ada apa?" Ansel bertanya, seperti orang yang tidak tahu apa-apa. Kemudian dia mendekat ke arah Mona yang menatapnya heran. "Dia pamanmu, kan?" Mona menunjuk ke arah
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 44

Ansel berjalan keluar menyusul Mona. Ia melihat istrinya itu sudah berada di luar kantor polisi. Dengan langkah lebar, ia semakin mempercepat langkahnya. "Sudah merasa jauh lebih baik?" Ansel bertanya saat sudah berada di depan istrinya. Mona mengangguk dan tersenyum. "Aku bahagia, karena dia sudah ada di penjara," ujar Mona, senyumannya lega dan tampak puas. Walaupun masih tampak sisa-sisa kesedihan di sana. Ansel diam mendengarkan lalu melangkahkan kaki pergi dari kantor polisi tersebut menuju mobil dengan menggenggam tangan istrinya. "Menurut kamu, kenapa Om Hendrik melakukan itu? Apa ada sesuatu yang tidak kita tahu tentang keluarga ini?" Mona bertanya, memecah keheningan yang terjadi di dalam mobil. Kening Mona berkerut dalam. Mengingat perlakuan seluruh keluarganya, Mona yakin kalau ada sesuatu yang salah dalam keluarga Hartono selama ini. Kenapa hanya kepada Dante saja mereka bersikap seperti itu? "Kita akan mencari tahu itu nanti!" Ansel tak mengatakan kalau sebenarn
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 45

Lama Ansel termenung melihat gundukan tanah tempat ibunya dimakamkan. Dia membayangkan masa-masa saat mereka masih bersama. Kenangan-kenangan itu membuat Ansel merasa sedikit emosional. Setelah selesai menaburkan bunga, Ansel kemudian berdiri dan berjalan pergi. Ia menghampiri Tuan Salim yang sudah menunggunya di dalam mobil. "Sudah merasa lebih baik?" Tuan Salim bertanya. Ansel duduk di sampingnya, dan menerima sebuah iPad yang disodorkan oleh tuan Salim. Mata Ansel menyipit saat membaca berita itu, kemudian dia tertawa. "Mencoba membela diri?" Dalam berita itu tertulis kalau Danu membantah semua tuduhan yang mengarah padanya saat turun dari mobil KPK yang menjemputnya. "Kamu menyiapkan bukti yang sangat memberatkannya. Dia tidak akan bisa lolos." Tuan Salim menerima kembali iPad yang diserahkan oleh Ansel padanya. "Aku menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengumpulkannya. Jadi ... dia harus hancur dalam serangan kali ini." Meskipun sudah berkecimpung sangat lama di dunia
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 46

Mila berteriak-teriak seperti orang gila. Dia mencoba untuk memberontak, tapi usahanya gagal sebab Ansel menahan lengannya dengan kuat. "Simpan tenagamu untuk pulang ke rumah!" tegas Ansel dengan nada yang tak bisa dibantah. Setelah mengatakan itu, Ansel menutup hidungnya, dan memandang Mila dengan jijik. "Bau pesingmu membuatku ingin muntah!" Mila semakin marah mendengar kata-kata Ansel, harga dirinya habis tak bersisa. Ia melihat kembali celananya yang basah karena air kencingnya. Mila tak menyangka, dia bisa setakut itu sampai pipis di celana. Padahal dulu dia termasuk orang yang suka sekali mengolok-olok Ansel. Mila tak kuasa menahan malu karena kejadian ini. Lalu ia mencoba untuk melepaskan cengkraman Ansel dari lengannya. Melihat Mila yang tampak kesulitan, Mona lalu memegang lengan Ansel dan menatap suaminya. Ansel yang paham langsung melepaskan Mila. Pergelangan tangan Mila terasa sakit dan memerah. Kekuatan Ansel tak main-main. Suaminya saja bisa tumbang, apalagi Mil
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 47

Ansel terdiam kaget ketika mendengar laporan yang disampaikan oleh Richard. Tak ada dalam bayangannya kalau Hendrik akan berakhir seperti ini. Padahal, Ansel belum melakukan sesuatu yang pantas untuk membalas semua kejahatan paman dari istrinya tersebut."Baiklah, saya akan mengurus masalah ini secepatnya," ujar Ansel. Richard terdiam sebentar saat mendengar jawaban Ansel, lalu ia paham kalau saat ini bossnya itu sedang berada di dekat Mona. Ansel menutup telepon dengan pikiran yang melayang kemana-mana. Ia tidak pernah memikirkan kemungkinan ini. Kenapa Hendrik sampai berani mengakhiri hidupnya sendiri seperti ini? Apakah ada sesuatu yang masih belum terpecahkan?"Ada apa?" Mona bertanya saat melihat Ansel termenung dengan tatapan dalam. Lalu ia memegang tangan suaminya. Ansel membalas pertanyaan Mona dengan senyuman. Ansel lalu membawa istrinya itu untuk duduk di ranjang. "Kamu baik-baik saja?" Mona bertanya lagi ketika melihat Ansel masih belum fokus. Sadar dengan sikapnya b
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 48

Mona menepuk-nepuk pelan lengan Lidia. Kini mereka berdua sudah berada di kamar Lidia. Tangis Lidia masih belum surut. Air matanya seperti tak bisa ditahan. "Semuanya akan baik-baik saja, Ma. Selama ini kita sudah hidup tanpa mereka. Kita tidak akan rugi apapun kalau sudah tidak memiliki hubungan dengan mereka!" "Tapi ... tapi mereka keluarga Papa kamu, Mona." Mona masih terus berusaha untuk menenangkan Lidia, sedangkan Ansel kini sudah selesai mandi. Setelahnya dia membuka ponsel mungkin ada pesan dari Richard, dan ternyata benar. "Dokter forensik akan melakukan autopsi pada jasad Hendrik pagi ini." Ansel membaca pesan tersebut, lama dia terdiam hingga menuliskan balasannya. "Pastikan hasilnya jelas tanpa ada yang ditutup-tutupi. Dan juga, periksa panggilan terakhir Hendrik saat di penjara. Jika ada sesuatu yang mencurigakan, langsung selidiki!" Setelah menuliskan kalimat itu, Ansel mengirimkan pesannya. Sebenarnya, Ansel sudah terganggu dari tadi malam karena masalah i
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 49

Danu langsung emosi saat mendengar kata-kata Ansel. Dia bingung kenapa keponakannya itu bisa dengan mudah menemuinya. Bahkan penjaga di depan tampak sangat takut pada Ansel. "Kenapa kamu bisa masuk ke sini? Siapa yang mengizinkanmu?" Danu memandang Ansel dengan tatapan kebencian. Ia tidak menyangka kalau orang yang pertama datang menemuinya adalah keponakan yang dia perlakukan dengan jahat semasa dulu. "Siapa peduli pada itu sekarang, Paman! Aku bisa melakukan apapun untuk membuatmu hancur! Datang melihatmu kemari, tidak sulit bagiku!" Mata Danu melotot lebar saat mendengar kata-kata Ansel. Entah kenapa, dia merasa tertekan, terlebih Ansel menatapnya dengan pandangan ingin menghabisinya saat ini juga.Danu merasa sangat terintimidasi. Otaknya berpikir cepat, kalau berlama-lama satu ruangan dengan Ansel, tak baik baginya nanti. "Keluar dari sini sekarang! Aku tidak ingin bicara denganmu!" Danu bangkit dari kursinya dan mengusir Ansel. Dia juga berjalan ke pintu untuk memanggil
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 50

Napas Danu tercekat. Rasa sakit di pipinya membuat wajah Danu terasa kebas. Benar-benar sakit sampai Danu kesulitan menggerakkan wajahnya. Ansel sedikit menjauh dari Danu. Ia memandang pamannya itu dengan tatapan menghina. Harga diri Danu benar-benar hancur. Ia merasa tidak terima karena diperlakukan seperti ini oleh Ansel, keponakan yang sudah dia hancurkan sedemikian rupa dulunya. Danu merebut perusahaannya, dia pisahkan Ansel dengan orangtuanya, dan dia hina keponakannya itu seperti seekor anjing. Dan kini anjing tersebut telah menggigit kakinya. "Kenapa kamu bisa percaya diri seperti ini? Aku pasti akan keluar dari penjara. Aku akan mendapatkan pengacara dan keluar dari tempat ini. Ku hancurkan kamu saat keluar dari sini!" Danu bicara dengan susah payah. Tulang rahangnya terasa sakit saat digerakkan. Mendengar kata-kata Danu, Ansel menyeringai. Posisi Danu jadi semakin hina di matanya. Ansel mendekat lagi, dan tubuh Danu bergetar hebat. Ia merasa takut, kalau Ansel a
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status