All Chapters of Kebangkitan Naga Perang: Chapter 31 - Chapter 40

70 Chapters

31. Jenius Alkemis

Mata Renata menerawang jauh menatap pegunungan Andesia yang indah diterpa sinar mentari pagi. Dia belum memutuskan untuk segera ke Negera Khatulistiwa karena hatinya masih belum merelakan kepergian Naga Perang untuk menikah dengan Cindy Huang di masa lalu."Hanya karena pernah menyelamatkan nyawa Kak Rendy, wanita itu sudah mendapat kehormatan untuk dinikahi oleh Naga Perang?" pikirnya sambil duduk di balkon kamarnya, menatap indahnya pemandangan di sekitarnya.Beberapa bodyguard yang didatangkan ayahnya khusus untuk melindunginya tampak berjaga dengan serius di sekeliling rumah modernnya ini."Kalau ada Kak Rendy, aku tidak perlu bodyguard sebanyak ini untuk menjagaku! Sebenarnya Loksa saja sudah cukup untuk menjagaku tapi ayah tidak mau ambil resiko sejak nyawaku hampir melayang oleh organisasi The Shadow."Loksa yang mengerti kalau Renata ingin sendirian, meninggalkan kamar untuk mengatur para bodyguard agar lebih waspada karena The Shadow bisa saja mengincar Renata Zhang untuk mem
Read more

32. Serangan Tak Terduga

"Aku juga dijuluki Jenius Alkemis, tapi aku hanya mampu meramu obat-obatan dari tanaman obat yang banyak tersebar di duna ini serta kemampuan tusuk jarum untuk pengobatan." Naga Perang merasa senang bisa bertemu Jenius Alkemis lainnya, yang bahkan lebih hebat dari dirinya. "Senang bertemu denganmu, Renata!" ucap Rendy dengan tulus. "Kakak namanya siapa?" tanya Renata memberanikan diri. "Panggil saja Kak Rendy ... apa yang kamu temukan sampai banyak bos besar yang mengincar nyawamu?" tanya Rendy. "Rahasia, Kak! Kalau Kak Rendy penasaran, menginap di sini saja beberapa hari sekakigus melindungi Renata dari organisasi jahat The Shadow!" pinta Renata. "Aku tidak bisa membiarkan The Shadow menghilangkan Jenius Alkemis, apalagi masih tergolong anak-anak ... apa aku boleh menginap di sini?" tanya Rendy kepada Loksa yang menjadi penanggung jawab Renata Zhang. "Kalau Tuan Putri mengizinkan, aku ikut saja!' jawab Loksa singkat sambil tatapannya tetap waspada. "Aku yang meminta Kak Rendy
Read more

33. Rencana Licik Sang Ilahi

Dalam satu gerakan cepat, Naga Perang berputar dan menjepit ketiga pisau terbang di antara jari-jarinya, seolah-olah waktu berhenti sesaat. Pisau-pisau itu berkilau tajam, siap untuk menebas apa saja yang menghalangi, namun tidak sedikit pun melukai tangan Rendy. Teknik ini sangat berbahaya—salah sedikit saja, jari-jari Rendy bisa putus. Dengan gerakan halus namun penuh tenaga, Naga Perang melemparkan kembali pisau-pisau itu ke arah pemiliknya, seorang wanita yang menyamar sebagai pelayan. Wanita itu tersentak, segera menghindar, dan pisau-pisau itu menancap dalam di pintu kamar, menciptakan suara dentingan yang memecah keheningan. “Siapa kau? Kenapa ingin membunuhku?” suara Rendy terdengar dingin, matanya menyipit menatap wanita itu. “Hihihi… ternyata Naga Perang memang sepadan dengan ceritanya,” jawab wanita itu, menanggalkan pakaian pelayannya. Saat itulah, wajah aslinya terungkap—cantik dan mempesona, terbungkus pakaian ketat berwarna hitam yang menonjolkan setiap lekuk tubuhny
Read more

34. Teknik Jarum Sembilan Naga Sakti

Rendy berdiri di ambang pintu kamar Renata, tubuhnya terpaku di tempat. Di hadapannya, gadis remaja itu tertidur dengan damai, tidak menyadari ancaman yang bersembunyi di balik keheningan. Wajahnya tampak begitu rapuh di bawah cahaya remang-remang, seolah hanya seutas benang yang menahan hidupnya dari kehancuran. Napas Rendy terjebak di tenggorokannya .... waktu terasa seperti berjalan terlalu cepat, setiap detik yang berlalu membawa mereka semakin dekat pada kehancuran.Dengan langkah yang tenang namun tegang, Rendy mendekati tempat tidur Renata. Tangannya gemetar saat menyentuh pergelangan tangan gadis itu, merasakan denyut nadinya yang lemah namun stabil. Namun, di bawah permukaan kulit yang halus itu, dia bisa merasakan energi asing yang berbahaya, seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja."Renata..." bisiknya pelan, meskipun dia tahu gadis itu tidak bisa mendengarnya. "Maafkan aku, tapi aku harus melakukan ini."Jarum-jarum perak yang tersimpan di balik jubahnya terasa ding
Read more

35. Janji Masa Lalu

Renata memandangi hamparan Pegunungan Andesia yang hijau membentang di depan matanya. Udara sejuk berembus pelan, membawa aroma segar dari pinus yang tumbuh subur di lereng-lereng bukit. Di kejauhan, puncak-puncak gunung berdiri kokoh, diselimuti kabut tipis yang mengapung seperti selendang sutra. Suara gemericik air sungai yang mengalir di lembah menambah kesyahduan suasana, seolah alam sendiri tengah berbisik menenangkannya.Namun, keindahan alam yang menenangkan itu tak mampu meredakan gejolak di hati Renata. Di tengah ketenangan yang ditawarkan oleh Pegunungan Andesia, pikirannya dipenuhi dengan kenangan tentang Naga Perang. Janji yang diucapkannya bertahun-tahun lalu kini terasa begitu jauh, bagai gema dari masa lalu yang tak bisa lagi disentuh.Loksa berdiri di dekatnya, memandangi Renata dengan khawatir. Dia tahu betapa pentingnya masa lalu itu bagi Renata, dan bagaimana janji yang dulu diucapkan Naga Perang masih menghantui pikirannya.“Nona Zhang!” Suara Loksa memecah kehenin
Read more

36. Elemental Naga Keempat

Kepulauan Tropis di sisi timur Khatulistiwa merupakan pulau yang sangat strategis dan merupakan jantung pertahanan yang sangat penting bagi Khatulistiwa. Uniknya setengah pulau ini berada di Negeri Cakrawala yang merupakan negeri adi daya yang selalu mengancam kedaulatan Khatulistiwa.Negeri Cakrawala sudah berulang kali berusaha memiliki Kepulauan Tropis seutuhnya karena di pulau ini terkandung tambang yang bernilai tinggi dan akan bertahan untuk ratusan tahun apabila diolah dengan baik dan benar. Justru tambang yang bernilai tinggi berada di bagian Negeri Khatulistiwa sehingga penjagaan terhadap perbatasan ini sangat penting untuk melindungi hasil tambang yang bisa digunakan untuk kesejahteraan rakyat.Pemimpin di Kepulauan Tropis ini merupakan pemimpin yang berdedikasi tinggi karena harus membawahi armada kapal perang yang menjaga perairan perbatasan ini selain armada darat seperti Tank dan ribuan prajurit.Kristin Chen berdiri tegak di garis depan pertahanan Negeri Khatulistiwa di
Read more

37. Perbatasan Mengerikan

Perbatasan Selatan Khatulistiwa berbatasan dengan Negeri Malam karena negeri ini selalu dilanda kegelapan. Tidak ada matahari yang bersinar di negeri ini sehingga penduduk di Negeri Malam rata-rata berwajah pucat pasi dan bermata merah menyala. Sosok mereka mirip vampir atau dracula yang sering dipertontonkan di televisi maupun bioskop, bahkan kekejaman penduduk Negeri Malam jauh lebih mengerikan karena mereka tidak segan-segan melenyapkan pendatang yang berani memasuki wilayah mereka.Presiden Negeri Khatulistiwa menganggap Negeri Malam sebagai ancaman besar bagi Negeri Khatulistiwa sehingga merasa perlu untuk menjaga perbatasan darat yang penuh dengan berbagai jebakan ini. Namun, yang tidak diketahui presiden adalah kalau rakyat Negeri Malam tidak mampu menyeberang ke Khatulistiwa saat matahari terik karena kulit mereka akan mengelupas dan terbakar oleh sengatan sinar matahari.Presiden Sebastian Zhu merasakan bahaya dengan munculnya anak muda berbakat seperti Rendy Wang yang begitu
Read more

38. Negeri Malam

Rendy menghela napas panjang, mencoba menenangkan detak jantung yang masih menggila setelah pertempuran tadi. Kegelapan di sekelilingnya masih terasa padat, seperti kabut hitam yang menyesakkan. Namun, mereka tidak bisa berhenti. Di depan, jauh di tengah Negeri Malam, masih banyak yang menunggu—bahaya yang bahkan lebih besar dari makhluk yang baru saja mereka hadapi."Kita bergerak sekarang," ujarnya datar, suara tegas itu menggelegar di antara pasukannya yang sudah kelelahan. "Kita belum keluar dari neraka ini."Prajurit yang masih tersisa berdiri, meski terlihat ringkih, mereka tidak punya pilihan selain mengikuti Rendy. Langkah demi langkah, mereka memasuki bagian terdalam Negeri Malam. Udara di sini lebih dingin, begitu menusuk hingga terasa seperti tangan-tangan es yang mencengkeram kulit mereka."Sesuatu mengawasi kita," gumam salah seorang prajurit di belakang. Matanya terus melirik ke arah bayang-bayang yang tampaknya bergerak dalam kegelapan.Rendy mengangkat tangan, menghent
Read more

39. Makhluk Kegelapan

Rendy tidak menjawab, tetapi isyaratkan agar mereka tetap waspada. Di kejauhan, samar-samar terlihat bangunan besar, seperti kastil tua yang menjulang di tengah-tengah Negeri Malam. Dinding-dindingnya retak, dihiasi lumut hitam dan tanaman merambat yang menyerupai urat nadi yang berdenyut. Seolah kastil itu hidup, menanti tamu tak diundang dengan tawa jahat."Kita harus cari jalan masuk," gumam Rendy lebih pada dirinya sendiri. Senapan bayonetnya terasa lebih berat dari biasanya, tetapi dia tetap menggenggamnya erat. "Ayo, kita maju."Mereka merapat ke kastil, langkah mereka pelan dan berhati-hati. Di sekeliling, suara erangan samar-samar terdengar, seperti angin yang berbisik atau makhluk yang menggeram dari sudut-sudut gelap.“Berhenti!” suara tajam terdengar dari samping, membuat Rendy dan pasukannya berhenti mendadak.Dari kegelapan, muncul sosok tinggi, kurus dengan jubah hitam lusuh yang menyeret di tanah. Matanya merah menyala seperti bara api, wajahnya pucat seperti mayat hidu
Read more

40. Makhluk Bersayap

Makhluk itu mendarat di hadapan mereka, sayapnya mengembang seperti jaring hitam yang menghalangi jalan keluar. Tingginya hampir tiga meter, tubuhnya dipenuhi sisik-sisik keras yang mengilap di bawah cahaya redup. Mata merahnya bersinar ganas, dan taring panjangnya menyeringai, memperlihatkan niat pembunuhan yang jelas.“Kalian datang ke tempat yang salah, manusia!” raungnya, suaranya bergemuruh di seluruh lorong.Rendy tidak menunggu lebih lama. Dia menarik pelatuk, peluru melesat menembus udara dan mengenai sayap makhluk itu, tetapi seperti sebelumnya, tidak banyak efek. Bayonetnya bersiap di tangan, senjata itu kini menjadi pilihan terbaik untuk bertarung jarak dekat.Makhluk itu melompat ke depan dengan kecepatan yang tak terduga. Rendy berlari ke samping, menghindari cengkeraman besar yang mencoba menghantamnya. Dia menyerang balik dengan bayonet, memotong sisi tubuh makhluk itu, tetapi seperti batu, sisik-sisiknya begitu keras hingga hanya menimbulkan percikan.“Kita butuh cara
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status