Beranda / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 37. Perbatasan Mengerikan

Share

37. Perbatasan Mengerikan

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-04 23:28:20

Perbatasan Selatan Khatulistiwa berbatasan dengan Negeri Malam karena negeri ini selalu dilanda kegelapan. Tidak ada matahari yang bersinar di negeri ini sehingga penduduk di Negeri Malam rata-rata berwajah pucat pasi dan bermata merah menyala. Sosok mereka mirip vampir atau dracula yang sering dipertontonkan di televisi maupun bioskop, bahkan kekejaman penduduk Negeri Malam jauh lebih mengerikan karena mereka tidak segan-segan melenyapkan pendatang yang berani memasuki wilayah mereka.

Presiden Negeri Khatulistiwa menganggap Negeri Malam sebagai ancaman besar bagi Negeri Khatulistiwa sehingga merasa perlu untuk menjaga perbatasan darat yang penuh dengan berbagai jebakan ini. Namun, yang tidak diketahui presiden adalah kalau rakyat Negeri Malam tidak mampu menyeberang ke Khatulistiwa saat matahari terik karena kulit mereka akan mengelupas dan terbakar oleh sengatan sinar matahari.

Presiden Sebastian Zhu merasakan bahaya dengan munculnya anak muda berbakat seperti Rendy Wang yang begitu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
MISTERIOUS
mantap....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kebangkitan Naga Perang   38. Negeri Malam

    Rendy menghela napas panjang, mencoba menenangkan detak jantung yang masih menggila setelah pertempuran tadi. Kegelapan di sekelilingnya masih terasa padat, seperti kabut hitam yang menyesakkan. Namun, mereka tidak bisa berhenti. Di depan, jauh di tengah Negeri Malam, masih banyak yang menunggu—bahaya yang bahkan lebih besar dari makhluk yang baru saja mereka hadapi."Kita bergerak sekarang," ujarnya datar, suara tegas itu menggelegar di antara pasukannya yang sudah kelelahan. "Kita belum keluar dari neraka ini."Prajurit yang masih tersisa berdiri, meski terlihat ringkih, mereka tidak punya pilihan selain mengikuti Rendy. Langkah demi langkah, mereka memasuki bagian terdalam Negeri Malam. Udara di sini lebih dingin, begitu menusuk hingga terasa seperti tangan-tangan es yang mencengkeram kulit mereka."Sesuatu mengawasi kita," gumam salah seorang prajurit di belakang. Matanya terus melirik ke arah bayang-bayang yang tampaknya bergerak dalam kegelapan.Rendy mengangkat tangan, menghent

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Kebangkitan Naga Perang   39. Makhluk Kegelapan

    Rendy tidak menjawab, tetapi isyaratkan agar mereka tetap waspada. Di kejauhan, samar-samar terlihat bangunan besar, seperti kastil tua yang menjulang di tengah-tengah Negeri Malam. Dinding-dindingnya retak, dihiasi lumut hitam dan tanaman merambat yang menyerupai urat nadi yang berdenyut. Seolah kastil itu hidup, menanti tamu tak diundang dengan tawa jahat."Kita harus cari jalan masuk," gumam Rendy lebih pada dirinya sendiri. Senapan bayonetnya terasa lebih berat dari biasanya, tetapi dia tetap menggenggamnya erat. "Ayo, kita maju."Mereka merapat ke kastil, langkah mereka pelan dan berhati-hati. Di sekeliling, suara erangan samar-samar terdengar, seperti angin yang berbisik atau makhluk yang menggeram dari sudut-sudut gelap.“Berhenti!” suara tajam terdengar dari samping, membuat Rendy dan pasukannya berhenti mendadak.Dari kegelapan, muncul sosok tinggi, kurus dengan jubah hitam lusuh yang menyeret di tanah. Matanya merah menyala seperti bara api, wajahnya pucat seperti mayat hidu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Kebangkitan Naga Perang   40. Makhluk Bersayap

    Makhluk itu mendarat di hadapan mereka, sayapnya mengembang seperti jaring hitam yang menghalangi jalan keluar. Tingginya hampir tiga meter, tubuhnya dipenuhi sisik-sisik keras yang mengilap di bawah cahaya redup. Mata merahnya bersinar ganas, dan taring panjangnya menyeringai, memperlihatkan niat pembunuhan yang jelas.“Kalian datang ke tempat yang salah, manusia!” raungnya, suaranya bergemuruh di seluruh lorong.Rendy tidak menunggu lebih lama. Dia menarik pelatuk, peluru melesat menembus udara dan mengenai sayap makhluk itu, tetapi seperti sebelumnya, tidak banyak efek. Bayonetnya bersiap di tangan, senjata itu kini menjadi pilihan terbaik untuk bertarung jarak dekat.Makhluk itu melompat ke depan dengan kecepatan yang tak terduga. Rendy berlari ke samping, menghindari cengkeraman besar yang mencoba menghantamnya. Dia menyerang balik dengan bayonet, memotong sisi tubuh makhluk itu, tetapi seperti batu, sisik-sisiknya begitu keras hingga hanya menimbulkan percikan.“Kita butuh cara

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Kebangkitan Naga Perang   41. Penguasa Negeri Malam

    Sosoknya begitu tinggi dan ramping, kulitnya pucat hampir transparan, dengan mata merah menyala yang berkilat tajam di bawah tudung hitamnya. Taring-taring panjang yang menjulang dari bibirnya membuatnya tampak seperti monster dari legenda gelap, tapi ada sesuatu yang lebih mengerikan dari sekadar penampilan fisiknya: auranya. Kegelapan yang menyelubungi ruangan terasa hidup, mengalir dari dirinya, menekan setiap sudut."Rendy Wang... akhirnya kau tiba," suara Drakuleton terdengar berat dan bergaung, seolah keluar dari kedalaman neraka itu sendiri. “Sudah lama aku menunggumu.”Rendy menatapnya dengan tatapan tajam, tangan masih erat menggenggam senapannya. “Tahu dari mana Kau namaku? Kau tahu kenapa aku di sini. Perang ini harus diakhiri.”Drakuleton tertawa pelan, suaranya seperti suara ribuan jiwa yang menjerit. “Aku selalu mengamati manusia yang berbakat. Manusia lemah selalu berpikir bisa mengakhiri kegelapan. Tapi kegelapan... selalu ada di mana-mana, bahkan di dalam hatimu sendi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Kebangkitan Naga Perang   42. Sang Pewaris

    Wanita itu melangkah mendekat, setiap langkahnya nyaris tak bersuara di lantai batu yang dingin. "Aku berbeda dari dia, Rendy Wang. Aku tidak haus darah seperti yang kau kira. Namun, aku tahu kekuatan manusia sepertimu. Kau tidak akan bisa bertahan lama di negeri ini." Rendy berdiri dengan susah payah, berusaha menjaga postur tubuhnya meskipun rasa sakit menjalari punggung dan lengan. "Katakan saja apa yang sebenarnya kau inginkan. Sepertinya Kau banyak tahu tentang diriku!" "Aku menawarkan perjanjian," ujarnya sambil berhenti beberapa langkah darinya. "Kau bisa meninggalkan Negeri Malam dengan aman, membawa pasukanmu keluar. Tapi kau harus berjanji tidak akan kembali." Rendy tertawa kecil, meski rasanya membuat dadanya seperti ditusuk. "Aku tidak pernah negosiasi dengan musuh. Bagaimana kalau aku menolak?" Senyum wanita itu menghilang. "Jika kau menolak, aku akan memastikan setiap prajurit yang tersisa di kastil ini tidak akan pernah melihat matahari lagi. Aku bisa membuat ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Kebangkitan Naga Perang   43. Kehebatan Dewa Perang

    Di bawah sinar lampu neon yang memantul di gedung-gedung tinggi Khatulistiwa, nama Rendy Wang tidak sekadar muncul—ia meledak seperti kembang api di malam tahun baru. Setiap halaman utama surat kabar, setiap layar kaca, dan setiap video streaming membicarakannya. Keberaniannya menerobos barikade Negeri Malam, yang selama ini dianggap tak tertembus, membuatnya menjadi lebih terkenal daripada Presiden Sebastian Zhu sendiri. Setiap kali namanya disebut, denyut kehidupan di Khatulistiwa terasa melambat, seperti seluruh kota berbisik tentang dia.Di balik senyum politik yang dipoles sempurna, kegelisahan Presiden semakin menumpuk. Popularitas Rendy terus membumbung, lebih cepat daripada yang pernah ia bayangkan. Setiap langkah yang diambil Rendy seolah-olah meruntuhkan kredibilitas presiden, membuat kekuasaannya terlihat rapuh. Tanpa banyak berpikir, Presiden memutuskan untuk bertindak. Satu-satunya solusi adalah melenyapkan ancaman ini. Dan untuk itu, ia memanggil The Killer—pembunuh baya

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08
  • Kebangkitan Naga Perang   44. Siasat The Killer

    Malam semakin larut, angin dingin yang membawa debu gurun menyusup di antara tenda-tenda perkemahan. Di sekitar mereka, para prajurit bergerak dalam hening, menjaga garis pertahanan dengan kewaspadaan tinggi, meskipun sepi, namun ketegangan terasa menekan udara.The Killer, yang masih menyamar sebagai dokter, melangkah perlahan mendekati tenda utama. Setiap gerakannya tampak natural, namun di balik kacamata tebal itu, pikirannya bekerja cepat, menganalisis segala hal yang ada di sekitarnya—posisi prajurit, pola pergerakan mereka, dan terutama, di mana Rendy berada. Ia telah mempelajari targetnya dengan sangat teliti, memahami bahwa Rendy bukanlah musuh biasa. Dan misi ini tidak hanya tentang membunuhnya. Ini tentang menghancurkan seluruh eksistensi sang Dewa Perang.Tadi, Dewa Perang ini mulai mencurigai dirinya jadi dia harus hati-hati dalam bertindak agar bisa melenyapkan sasarannya ini hanya dalam satu serangan saja.Rendy berdiri di dekat peta strategi yang tergelar di atas meja k

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08
  • Kebangkitan Naga Perang   45. Adu Strategi

    Suasana semakin mencekam ketika malam semakin dalam. Udara dingin menyelusup di antara celah-celah tenda, membungkus semuanya dalam kesunyian yang menegangkan. Di sekitar perkemahan, para prajurit mulai bersiap-siap untuk hari esok, namun Rendy tahu, ancaman tidak menunggu pagi tiba. Ancaman itu sudah ada di sini—berada begitu dekat, bernafas di punggungnya. The Killer, sang pembunuh bayaran yang terkenal dengan kemampuan menghilangkan setiap jejak korbannya, berdiri di hadapannya, menyamar sebagai dokter lapangan.Rendy melangkah keluar dari tenda, menghirup dalam-dalam udara yang berbau pasir dan darah yang tertunda. Langit malam di atas Khatulistiwa terasa begitu berat, seolah-olah menekan punggungnya dengan beban yang tidak terlihat. Ia merasakan kehadiran musuh, bukan hanya di luar garis perbatasan, tapi juga di dalam, bersembunyi di antara orang-orang yang ia percayai.Clara Li, yang selama ini bersikap santai, mulai merasa sesuatu yang berbeda. Matanya mengikuti langkah Rendy d

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08

Bab terbaru

  • Kebangkitan Naga Perang   515. Menghancurkan The Killer

    The Killer berdiri di tengah medan, darah hitam menetes dari lengannya, menodai tanah Negeri Malam yang retak. Untuk pertama kalinya dalam berabad-abad, ia merasakan tekanan—bukan dari satu musuh, tapi dari kekuatan bersatu.Jessy menggenggam erat pedang lebarnya yang bergetar karena energi spiritual. Napasnya berat, tapi matanya penuh keyakinan. Di sisi lain, Renata mengaktifkan mode serangan penuh dari Nova-Core, tubuhnya dilapisi armor spiritual tipis berkilau biru muda. Kupu-kupu logam di belakangnya mulai berubah, mengepakkan sayap berbentuk bilah tajam, siap menghujani The Killer kapan saja.Sementara itu, Rendy, walau masih berlutut dan tubuhnya gemetar, membuka matanya perlahan. Cahaya keemasan samar mulai berkedip di dalam irisnya — tanda bahwa sebagian kecil energi Naga Perang mulai bangkit kembali.The Killer menggeram rendah, suaranya seperti dua dimensi bertabrakan.“Aku... tidak akan berakhir di sini...”Dengan satu gerakan memutar, tubuhnya membelah menjadi sepuluh baya

  • Kebangkitan Naga Perang   514. Penyergapan The Killer

    Namun, di tengah keheningan yang sakral, di antara debu-debu yang melayang pelan bagai abu dupa, sebuah aura kelam menyusup perlahan. Tak seperti kebencian Azerith yang membara dan membuncah, aura ini dingin… nyaris tak terdeteksi, namun menyusup ke dalam setiap pori-pori dunia, seperti kabut maut yang tak menyuarakan langkahnya.Rendy jatuh berlutut. Pedang Kabut Darah tertancap lemah di sampingnya, menahan tubuhnya yang gemetar karena kelelahan. Luka-lukanya belum sembuh, dan energi spiritualnya hampir habis, terkuras oleh Segel Jiwa dan tebasan terakhir yang nyaris membelah dunia.Tiba-tiba, udara di belakangnya bergetar—bukan oleh angin, melainkan oleh kehadiran yang tidak seharusnya ada.Sebuah bisikan lirih mengalir di antara angin.“Akhirnya… saatnya menuai bayangan terakhir dari Naga Perang.”Rendy mengangkat kepala, pelan.Dari balik kegelapan yang masih menyelimuti sebagian Negeri Malam, muncul sosok yang menyatu dengan bayangannya sendiri. Hitam pekat tanpa bentuk jelas, wa

  • Kebangkitan Naga Perang   513. Segel Jiwa

    Azerith terdorong mundur, wajahnya kini lebih menyerupai bayangan iblis daripada manusia. Dengan tatapan penuh amarah dan kebencian, ia memutar tubuhnya. Pedang Iblis Merah ditebaskan dalam gerakan spiral yang nyaris mustahil ditangkap mata telanjang. Setiap sabetan memotong udara, menciptakan bilah-bilah energi merah gelap yang melesat seperti anak panah roh—menyasar bukan tubuh, tapi langsung pada jiwa.Namun, Rendy tak mundur.Dengan satu putaran cepat, Pedang Kabut Darah menyapu seluruh bilah serangan. Dalam sekejap, tercipta pusaran merah-putih yang menghisap dan membelokkan serangan itu, meledakkannya menjadi hujan cahaya yang luruh ke tanah seperti bintang jatuh yang kehabisan nyala.Azerith tertegun. Napasnya berat, jiwanya tergerus perlahan.Rendy berdiri di tengah pusaran cahaya yang perlahan mereda, tubuhnya luka namun tak gentar. Ia menatap lawannya—mata yang tak lagi menyimpan rasa benci, hanya keteguhan.“Aku tidak akan melawan kutukanmu dengan sihir,” gumamnya pelan namu

  • Kebangkitan Naga Perang   512. Pedang Iblis Merah Azerith

    Angin terhenti begitu saja, seperti makhluk hidup yang menahan napas. Debu menggantung di udara, tak sempat jatuh. Waktu—biasanya tak terbendung—kini seperti dipaksa berhenti, membeku dalam ketegangan yang mencekam.Dari balik semburan cahaya yang menyilaukan mata, dan langit yang retak seperti kaca dihantam palu raksasa, dua sosok berdiri. Tak sempurna. Tak utuh. Namun masih tegak—meski dunia seolah menolak keberadaan mereka.Rendy terhuyung, nafasnya tersengal seolah paru-parunya terbakar dari dalam. Darah mengalir dari pelipis dan sudut bibirnya, menggurat merah pekat di wajah yang dipenuhi luka dan debu pertempuran. Namun, cahaya merah menyala di sekeliling tubuhnya, tak padam sedikit pun. Justru semakin membara.Aura naga itu bukan lagi sekadar energi—ia menjadi bagian dari dirinya. Sisik merah menyala terbentuk dari cahaya murni, mengilap seperti batu rubi. Tanduk melengkung memanjang dari pelipisnya, sementara sayap raksasa perlahan mekar dari punggungnya, mengepak pelan seperti

  • Kebangkitan Naga Perang   511. Pertarungan Negeri Malam - II

    “Jangan menyerah!” Suara itu meluncur membelah senyap, nyaring dan penuh nyawa. Gaungnya memantul di tebing-tebing gelap Negeri Malam, menghentak dada siapa pun yang mendengarnya. Tegas. Tak tergoyahkan. “Kekuatan mereka memang besar… tapi bukan tak terbatas! Jika kita mampu bertahan, maka mereka akan tumbang—oleh kesombongan dan kekuatan mereka sendiri!”Laras berdiri terpaku. Nafasnya berat, terseret di antara angin dingin dan aroma darah yang menggantung di udara. Kepalanya menunduk perlahan, bayangan luka dan kehilangan berkecamuk di matanya. Dengan gerakan lirih, ia membuka payung ungu kesayangannya—gerakan kecil yang mengandung ribuan kutukan.“Ini sudah melewati batas…” ucapnya, suara nyaris tak lebih dari bisikan yang terbawa angin. Lalu, dengan ketenangan yang menakutkan, ia menancapkan payung itu ke tanah.KRAAAK ...Begitu ujung payung menyentuh tanah, suara retakan halus terdengar—seolah bumi sendiri merintih. Aura ungu merembes keluar dari celah tanah, melilit udara sepert

  • Kebangkitan Naga Perang   510. Pertarungan Negeri Malam

    Langit Negeri Malam seakan telah robek.Azerith melesat keluar dari kawah api yang ia ciptakan sendiri. Tubuhnya diselimuti aura hitam pekat, berkilauan seperti logam cair yang mendidih. Sayap iblis terbuka lebar di punggungnya—bukan sayap biasa, tapi sayap yang terbuat dari bayangan penderitaan ribuan jiwa. Di belakangnya, dua mata raksasa tanpa kelopak muncul di langit, menatap ke segala arah.“Rendy…” suara Azerith menggema seperti jeritan dari dasar neraka, “Aku sudah mati... berkali-kali... untuk negeri ini. Tapi ayah kami—ayahku—dibunuh olehmu. Kau dan ambisimu untuk perdamaian, hanya menyisakan pembantaian!”Rendy tak menjawab. Sorot matanya tajam, dan api merah dari Pedang Kabut Darah makin membara. Aura spiritual di sekeliling tubuhnya membentuk cincin cahaya merah tua yang berdenyut seirama dengan detak jantungnya.“Kau ingin kebenaran, Azerith?” seru Rendy, melayang perlahan maju. “Bukankah aku sudah bilang kalau ayahmu ingin menghancurkan dunia dan bersekutu dengann kekuata

  • Kebangkitan Naga Perang   509. Kehebatan Empat Penjuru Angin

    Tak jauh dari situ, Lintang mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi. Tongkat itu memancarkan cahaya biru langit, lalu menyala terang seperti bintang meledak.“Wahai semesta! Beri aku kekuatan!”Lintang menghentak tanah dengan ujung tongkat. Seketika, dari bawah tanah muncul jaring akar-akar bercahaya yang menjulur dan menyambar para prajurit tanpa jiwa, menarik mereka masuk ke dalam bumi yang menganga. Suara jeritan mengerikan bergema ketika tubuh-tubuh itu ditelan tanah.Tiga prajurit melompat dari sisi kanan—Lintang memutar tongkatnya, mengubahnya menjadi cambuk cahaya. Dengan gerakan cepat dan presisi, cambuk itu membelit leher dan tangan lawan-lawannya, lalu ditarik ke satu arah hingga mereka saling bertabrakan dan meledak menjadi abu.*****Dari atas reruntuhan, melayanglah Lily, gaunnya mengepak, kipas giok di tangan kanannya terbuka perlahan.“Jangan meremehkan kelembutan…”Ia mengibaskan kipas sekali. Angin yang keluar bukan sekadar angin—ia adalah gelombang serangan berbentuk kelo

  • Kebangkitan Naga Perang   508. Kekuatan Naga Perang

    Rendy tak bergeming. Ia melangkah ke depan, dan setiap langkahnya seperti membangunkan tanah yang tertidur. Aura panas merambat dari tubuhnya, membuat udara di sekitarnya bergetar samar. Lalu, suara hatinya menggema—keras, tegas, mengguncang lebih dari sekadar suara.“Aku tidak takut pada mereka!” serunya, dan dalam sekejap, tubuhnya diselimuti oleh cahaya merah yang membakar. Dari balik punggung dan dadanya, muncul siluet seekor naga—merah membara, melingkar seperti pusaran petir yang hendak menerkam. Matanya menyala, dan setiap sisiknya memantulkan kilatan kekuatan purba.Lintang membeku. Matanya membelalak tak percaya. Di sebelahnya, Laras mundur satu langkah, tubuhnya bergetar hebat.“Mustahil…” bisiknya dengan suara tercekat. “Ras Naga sudah punah… jutaan tahun yang lalu…”Rendy menatap lurus ke mata Azerith. Tak ada keraguan. Tak ada gentar. Hanya kepercayaan yang tak tergoyahkan.“Ini bukan tentang balas dendam,” katanya pelan, namun suaranya mengandung kekuatan yang tak bisa di

  • Kebangkitan Naga Perang   507. Rahasia Keluarga Tanoto

    Kilatan petir terakhir mencabik langit, menyambar reruntuhan yang hangus di belakang Azerith. Sekilas, cahaya itu memahat siluet sosoknya yang menjulang tinggi, berdiri laksana dewa penghancur dengan pedang terangkat ke langit. Dari bilah senjata itu, lidah-lidah api neraka melompat liar, memekik dalam nyala yang bukan hanya membakar udara, tapi juga jiwa. Tangisan lirih bergema dari logamnya—jeritan ribuan roh yang terperangkap di dalam, merintih antara harapan akan kebebasan… atau kehancuran abadi.Sheila tersentak. Tumitnya bergeser ke belakang, satu langkah kecil yang nyaris tak terdengar. Bukan ketakutan yang membuatnya mundur, tapi sesuatu yang lebih kompleks—kesadaran akan kekuatan yang berdiri di hadapannya.“Rendy…” bisiknya, tangan refleks terangkat. Tapi sebelum ia bergerak lebih jauh, sebuah tangan menggenggam pergelangannya.“Jangan,” ujar Rendy pelan, suaranya rendah tapi tegas, nyaris seperti bisikan petir sebelum badai.Tatapannya tertuju penuh pada Azerith, dan di mata

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status