Semua Bab Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri : Bab 71 - Bab 80

158 Bab

Bab 71. Tentang Iqbal.

"Aku sudah tak ingin mengenalnya lagi. Apalagi cinta. Aku sendiri bahkan sudah tak tahu apa itu cinta, hatiku sudah mati, dan sudah muak," ucapku serius.Ya, aku bahkan sudah tak percaya lagi tentang cinta. Bagiku tak ada cinta abadi, selain kecintaan kita pada sang pemilik hidup.Abian terdiam."Silahkan di lanjutkan makannya Pak.""Iya, ehm Tyas. Ehm maaf maksudku Bu Tyas, maaf boleh aku tanya lagi sesuatu?""Ya boleh. Silahkan aja Pak. Nggak usah kaku gitu Pak, panggil saya Tyas saja tak apa, toh usiaku juga masih lebih mudah dari Pak Abian," ucapku terkekeh.Abian tersenyum. "Usia boleh lebih muda, tapi tetap saja, saya harus menghormati Bu Tyas, karena Bu Tyas putrinya dari Pak Aditama."Aku tersenyum dan mulai mengaduk soto yang ada di depanku, uap panasnya mengepul di udara, aroma khas rempah dan segarnya aroma jeruk nipis menusuk hidung, membuat perutku makin meronta ingin di isi."Ya, ya, terserah Pak Aditama saja kalau gitu." Aku menjawab sekenanya, sambil mulai meniup pela
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-28
Baca selengkapnya

Bab 72. Melahirkan.

Iqbal Pov.Hari berganti Minggu, Minggu berganti bulan.Keadaan Ibu masih belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Hasna memilih untuk mencari kerja, dan hari ini dia bilang akan tes di sebuah perusahaan swasta di Jakarta, dan untuk penempatannya nanti di Bandung.Aku bersyukur dengan dia kerja, setidaknya ada pemasukan yang masuk, karena aku sendiri belum menemukan pekerjaan yang cocok. Untuk beralih usaha dari rencananya ingin buka bengkel semuanya gagal total, bahkan uang yang ada dalam rekeningku, kini jumlahnya sudah menipis karena untuk biaya makan setiap hari, dan juga untuk biaya rumah sakit.Kandungan Amanda semakin besar, sebulan lagi dia akan melahirkan. Beruntung semua kebutuhan bayi sudah di beli. Semoga saja uang yang aku pegang sekarang, cukup untuk biaya persalinan. Bagaimanapun anak itu adalah anakku. Calon penerus keluarga. Aku tak mungkin mengabaikannya. Meski sikap Amanda seringkali membuatku jengkel, tapi aku tetap berusaha menyayanginya demi anakku."Mas bag
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-28
Baca selengkapnya

Bab 73. Pergi.

"Mas Iqbal!""Apa.maksud kamu ngomong seperti itu? Kamu mau pergi?!" cecarku.Amanda tercekat, wajahnya menegang, pucat."Ehm, bu–bukan itu, itu cuma temen aku, biasa, ngajak jalan-jalan aja kok!" Aku menatap lekat wajahnya."Lalu apa maksud kamu muak? Kamu muak hidup sama aku? Gitu?!" Amanda terperangah menatapku."Kamu apaan sih! Nuduh aku sembarangan gitu, aku cuma muak dengan suasana di rumah sakit ini, aku udah nggak betah pengin pulang, Mas! Plus kamu jangan mikir macam-macam dong Mas!"Aku menghela napas. Ya memang sih, siapapun itu pasti nggak akan betah lama-lama di rumah sakit, jangankan yang sakit, yang sehat yang berjaga saja nggak betah lama-lama di rumah sakit."Oh, kamu sabar ya, kata dokter 3-4 hari lagi kamu sudah boleh pulang," ucapku melembut. Aku jadi merasa bersalah sudah suudzon sama Amanda. Padahal dia baru saja bertaruh nyawa melahirkan anak kami.Aku melangkah mendekatinya. Kuusap lembut rambutnya."Maafin aku ya, aku sudah menuduh macam-macam. Kamu makan ya,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-28
Baca selengkapnya

Bab 74. di tangkap.

"Mas Iqbal, kenapa?" Suara seorang perempuan sontak membuatku terkejut. Aku menoleh, ternyata ada Hasna sudah berdiri diambang pintu kamar.Ah ya, sekarang kan hari Sabtu. Lama menjadi pengangguran, menjadikan aku jadi sering lupa hari."Hasna!" "Tadi aku beberapa kali ngucap salam di depan, tapi sepi. Ternyata Mas di kamar. Mas kenapa?" Hasna menatapku dan Rayyan bergantian. Mungkin ia heran melihatku sedih, dan mata memerah."Kak Manda mana? Kok sepi," tanyanya lagi karena aku tak kunjung menjawabnya."Dia pergi, dan dia meninggalkan surat itu." Aku menunjuk pada kertas yang sudah kuremas-remas membentuk bulatan yang tergeletak di lantai.Hasna langsung jongkok kemungut kertas itu dan membukanya.Hasna pun sama terkejutnya, seketika ia menutup mulutnya dengan telapak tangannya sambil menggeleng."Astaga, gil4, dia benar-benar gila4, tega meninggalkan anaknya sendiri!" ucap Hasna lagi.Tiba-tiba saja Rayyan menangis dan aku bangkit untuk menimangnya.Hasna menatap nanar bayi kecil
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-29
Baca selengkapnya

Bab 75. Hasna POV

Hasna POV."Hasna, Mas titip Rayyan ya!" Hatiku teriris nyeri melihat Mas Iqbal di giring memasuki mobil polisi, belum lagi tatapan para tetangga yang melihat keadaan ini, semakin membuatku tak berdaya. Ya Tuhan, kenapa semua jadi seperti ini? Keluargaku berantakan, Ibu yang masih dalam perawatan di rumah sakit jiwa, Bapak yang kini sudah punya kehidupan baru dengan istri mudanya. Dan sekarang? Mas Iqbal justru harus masuk bui, atas kasus penggelapan dana, yang membuatku sangat terkejut. Kenapa bisa dia berbuat senekat itu? Padahal selama ini dia punya pekerjaan yang mapan, semuanya terlihat berkecukupan dan semuanya baik-baik saja ketika masih bersama-sama dengan Mbak Tyas.Ya, semuanya baik-baik saja sebelum dia mengenal Kak Manda, tanganku terkepal erat mengingat wanita itu. Sekarang ia justru pergi entah kemana meninggalkan bayi yang tak berdosa ini.Aku menangis tergugu, mendekap erat tubuh mungil Rayyan. Tak mungkin aku meninggalkan dia sendirian, hanya ada aku sekarang, Ibu ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-29
Baca selengkapnya

Bab 76. Bertemu ibu

Hasna Pov. "Assalamualaikum!" Suara salam dari pintu depan terdengar. Aku langsung bergegas keluar, itu pasti Bapak datang. Rayyan baru saja tertidur, aku bisa meninggalkannya sebentar ke depan untuk melihat siapa yang datang. "Wa'alaikumussalam, Bapak!" sambutku hangat. Aku meraih punggung tangannya, dan menciumnya takzim, di sebelahnya berdiri anggun seorang wanita mengenakan hijab berwarna hitam. Dan gamis hitam. Aku pun meraih punggung tangan wanita itu. Sakit sebenarnya, karena wanita ini, hati Bapak jadi terbagi, karena dia Bapak jadi meninggalkan kami. Tapi sekarang bukan saatnya menjadikan rasa sakit hati ini sebagai alasan untuk membenci seseorang. Nyatanya Bapak terlihat lebih gemukan, terlihat lebih terurus dengan baik olehnya. "Iqbal mana?" tanya Bapak seraya menoleh ke arah dalam rumah. Bu Maryam terlihat gugup, ia menggandeng lengan Bapak. "Mas Iqbal nggak ada di rumah Pak, ayo masuk dulu," ajakku. Mereka pun mengikutiku masuk ke dalam rumah. Bapak terlihat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-30
Baca selengkapnya

Bab 77. Penyesalan

Bapak mengusap lembut punggung ibu. Tanpa terasa air mataku menetes menyaksikan pemandangan di depanku. "Maafkan Ibu Pak! Maaf!" ucap Ibu dengan derai air mata. "Sudah sudah, Bapak juga minta maaf." Netra Bapak.memerah. Meski Bapak sudah menikah lagi dengan wanita lain, tapi mereka masih sah berstatus suami istri. "Aku yang sudah keterlaluan sama Bapak selama ini, aku yang salah Pak!" ucap Ibu tergugu pilu. Aku mengusap pelan air mata yang kini sudah menganak sungai di pipi. "Ibu sehat?" tanya Bapak. Ibu mengangguk. "Maaf Bapak baru bisa datang sekarang. Maaf Bapak jarang mengunjungimu." "Sudah Pak, sekarang kita masuk ke dalam dulu yuk," ajakku pada dua orang yang sangat kucintai ini. Aku menggandeng tangan mereka berdua memasuki rumah kontrakan yang tak seberapa luas itu. "Semua yang sudah berlalu biarlah berlalu, kita hanya perlu belajar Ikhlas, karena segala sesuatunya itu hanya titipan, dan Allah berhak mengambilnya kapan saja dari kita, termasuk harta yang k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-30
Baca selengkapnya

Bab 78. Menemui Iqbal.

Hasna Pov. Pagi-pagi aku sudah berangkat ke kantor. Sekarang aku sudah berada di kota kembang Bandung. Walau di kantor ini aku hanya sebagai staf, tapi aku bersyukur sekali, karena di luar sana ada banyak sekali orang-orang yang sedang berjuang mencari pekerjaan. Hidup semakin sulit, mencari kerja semakin susah. Baru saja aku duduk di meja staff, ponselku bergetar tanda ada pesan masuk. Aku langsung membukanya. [Hasna, bagaimana kabar kamu? Apa kamu betah kerja di sana?] Sebuah pesan dari Mbak Tyas. Aku menarik napas dalam-dalam. Pikiranku melayang jauh. Mas Iqbal masuk penjara juga pasti karena Mbak Tyas yang melaporkan. Mas Iqbal sampai di pecat dari kantor juga pasti karena Mbak Tyas. Sepertinya rasa sakit hati Mbak Tyas membuatnya gelap mata dan ingin membalas semua perlakuan kakakku padanya. Mbak Tyas benar-benar membuktikan kata-katanya, kalau Mas Iqbal benar-benar tak bisa berbuat apa-apa ketika ia sudah bertindak. Ya Tuhan, ini juga semua salahmu Mas, kamu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-30
Baca selengkapnya

Bab 79. Di pantai

Tyas Pov. Aku tak mungkin membiarkan yang bersalah melenggang bebas. Yang salah tetap harus di hukum termasuk Mas Iqbal. Aku menyerahkan semuanya pada Abian dia yang mengurusnya bersama kepolisian. Tak berapa lama, panggilan telepon dari Abian masuk. "Ya, Hallo Pak Abi." "Semuanya sudah beres, polisi sudah turun tangan." Telepon dari Abian pagi ini. "Iya, Pak, terimakasih informasinya." "Sama-sama. Kamu udah makan belum?" tanyanya kemudian "Belum." "Mau aku pesankan makanan?" tanyanya. "Terimakasih Pak Abi, atas tawarannya, tapi nggak usah, saya masih kenyang," jawabku. "Masih kenyang atau memikirkan nasib seseorang yang sebentar lagi akan di tangkap polisi?" tanyanya, yang sebenarnya membuatku muak. "Ih Pak Abian apaan sih maksudnya? Enggak lah?" sanggahku. "Oh, kalau enggak ya syukurlah! Saya pesankan makanan ya!" "Ya sudah Terimakasih Pak Abi, seharusnya nggak perlu repot-repot gini." "Enggak repot kok, sayanya masih di sini. Ehm lama nggak jumpa Bu Tyas
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-30
Baca selengkapnya

Bab 80. Pengakuan Rasa

"Pak Abian kenapa sih! Ngeselin banget! Kelamaan jomblo nih pasti, makanya jd gini," sungutku.Kembali ia tertawa, padahal nggak ada yang lucu."Heh, aku jomblo juga karena ada alasannya!" "Pasti karena mantan!" tebakku. Tapi dia menggeleng."Nggak ada di kamusku, masih terpaut dengan mantan.""Ya bagus lah kalau gitu. Mantan memang harusnya buang ke laut aja!" Aku melempar batu kecil ke lautan.Baru kali ini aku duduk santai layaknya seorang teman dengan Abian, biasanya kami selalu bersikap formal dan berusaha selalu profesional, karena memang kami adalah satu tim di kantor."Ada seorang wanita yang membuatku tak bisa beranjak untuk mencari yang lain," ucapnya tiba-tiba."Oh ya! Itu artinya Bapak belum move on. Makanya Pak, Move on! Move on!" ledekku."Sampai kapanpun tak bisa. Karena perempuan itu ...."Aku menoleh padanya, netra kami beradu."Kamu."Jantungku seakan berhenti berdetak. Abian masih menatapku lekat, membuatku jadi salah tingkah sendiri di tatap begitu dalam olehnya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
16
DMCA.com Protection Status