Share

Bab 73. Pergi.

"Mas Iqbal!"

"Apa.maksud kamu ngomong seperti itu? Kamu mau pergi?!" cecarku.

Amanda tercekat, wajahnya menegang, pucat.

"Ehm, bu–bukan itu, itu cuma temen aku, biasa, ngajak jalan-jalan aja kok!"

Aku menatap lekat wajahnya.

"Lalu apa maksud kamu muak? Kamu muak hidup sama aku? Gitu?!" Amanda terperangah menatapku.

"Kamu apaan sih! Nuduh aku sembarangan gitu, aku cuma muak dengan suasana di rumah sakit ini, aku udah nggak betah pengin pulang, Mas! Plus kamu jangan mikir macam-macam dong Mas!"

Aku menghela napas. Ya memang sih, siapapun itu pasti nggak akan betah lama-lama di rumah sakit, jangankan yang sakit, yang sehat yang berjaga saja nggak betah lama-lama di rumah sakit.

"Oh, kamu sabar ya, kata dokter 3-4 hari lagi kamu sudah boleh pulang," ucapku melembut. Aku jadi merasa bersalah sudah suudzon sama Amanda. Padahal dia baru saja bertaruh nyawa melahirkan anak kami.

Aku melangkah mendekatinya. Kuusap lembut rambutnya.

"Maafin aku ya, aku sudah menuduh macam-macam. Kamu makan ya,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status