Semua Bab Perjanjian Panas dengan Bos Arogan: Bab 291 - Bab 300

472 Bab

Chapter 291

Gaby terkikik geli kembali ke tempatnya. “Jangan main-main sayang,” balas Haven. “Memangnya kenapa kalau aku main-main?” Gaby memang sepenuhnya sudah dikuasai oleh alkohol. Mendekat dan mengecup bibir Haven lagi. “Aku suka menciummu.” “Apa?” Haven mengernyit. Gaby hanya mengangguk saja. Haven mendekat. “Sekali lagi kau menciumku, aku tidak akan menahan diriku—” Cup! Gaby memejamkan mata dan mencium bibir Haven. Haven tidak menyia-nyiakannya. Ia menarik tengkuk Gaby dan melumat bibir wanita itu. Melumat bibir wanita yang selama ini ia cintai. Haven tersenyum… ia memperdalam ciuman mereka. Mengusap tengkuk Gaby pelan. “Ahh..” suara Gaby membuat Haven gila. Haven menarik pinggang Gaby hingga berada di atas pangkuannya. “Aku mencintaimu Gab..” lirihnya. Mengusap kedua pipi Gaby. “Aku tidak bisa menyentuhmu saat kau tidak sadar sepert ini,” lirihnya. Gaby membuka mata. Ia memegang kedua bahu Haven. “Aku sadar.” Haven mengusap rambut Gaby ke belakang. “
Baca selengkapnya

Chapter 292

21++ Pagi harinya. Gaby terbangun dengan kepala yang begitu berat. Sinar matahari yang masuk membuatnya terbanngun meski masih begitu mengantuk. Gaby bangkit dan berjalan ke kamar mandi. Apa yang ia ingat tentang tadi malam. ia mengingat semuanya. Bibirnya menyunggingkan senyum. Ia percaya Haven berubah. Pria itu tidak seperti dulu lagi. Selesai membersihkan diri, ia keluar dari kamar. Melihat Haven yang sibuk membuat sarapan. “Dia rajin juga.” Gaby mendekat. “Buat apa?” Haven menoleh ke belakang. “Sarapan buat kamu.” kemudian mendekat dan mengecup bibir Gaby. Gaby tidak bisa menahan senyumnya. Setelah itu Haven kembali fokus dengan masakannya. Gaby mendekat dan memberanikan diri untuk memeluk pria itu dari belakang. “Jangan menggodaku,” lirih Haven. Gaby tertawa pelan. “Kalau aku menggodamu bagaimana?” Haven mematikan kompor dan berbalik. “Gaby..” Gaby lagi-lagi hanya tertawa. Ia mendongak dan menatap Haven. “Dilihat-lihat kamu tampan juga ya..”
Baca selengkapnya

Chapter 293

Hubungan Gaby dan Haven kian membaik. Kian harmonis dan romantis. Setiap jam makan siang, Haven akan menyempatkan waktunya untuk pergi ke kantor Gaby. Mereka akan pergi ke restoran dan makan siang bersama. Meski statusnya sebagai istri. Ia tetap bekerja dan menikmati waktunya sesekali bersama temannya. “Apa mungkin kau hamil ya?” ucap Laura yang saat ini sedang bersama Gaby. Seperti biasa, mereka akan jalan-jalan ke mall. Gaby yang sering mengantar Laura berbelanja barang mahal. Sedangkan dirinya akan menunggu sahabatnya itu belanja. “Dari mana kau berkata seperti itu?” tanya Gaby. “Aku merasa tubuhmu..” kemudian menutup mulutnya. Soal berat badan itu sangat sensitif bagi wanita. Laura cengengesan. “Kau sedikit… berisi. Semakin hot..” menilai tubuh Gaby dari atas hingga bawah. “Itu aku bahagia. Bukan berarti aku hamil.” Gaby menonyor bahu temannya itu dengan gemas. Laura mengusap perut Gaby. “Tapi aku berharap kau segera hamil. Aku ingin melihat anakmu..” G
Baca selengkapnya

Chapter 294

“Laura? Kenapa tiba-tiba mati?” tanya Gaby panik. “Laura kau di mana?” Gaby hampir berteriak. Namun beberapa detik kemudian, semua lampu dinyalakan. Sampai akhirnya Gaby berbalik—melihat Haven yang sudah membawa kue berserta lilin diatasnya. “Happy birthday sayang,” ucap Haven sembari mendekat membawa kue tersebut. Gaby menyipitkan mata. “Bagaimana semua ini bisa terjadi?” tanyanya. Haven mendekat. “Bisa dong..” balasnya. “Sekarang make a wish dulu.” Gaby mengangguk. mengepalkan tangan dan memejamkan mata. Memanjatkan harapannya di ulang tahunnya ini. ‘Semoga semua orang terdekatku merasakan kebahagiaan. Semoga aku dan Haven segera mendapatkan babby kita.’ Setelah itu meniup lilin sampai padam. “Selamat ulang tahun ya..” Haven mengusap puncak kepala Gaby. Gaby menatap ruangan yang sudah terlihat berbeda. Bukan lagi ruangan yang penuh dengan pakaian dan tas. Semua berganti dengan dekorasi sederhana, balon.. dan lampu kemerlip. Sejak kapan? Seperti sulap
Baca selengkapnya

Chapter 295

“Hadiah kamu.” Haven memberikan satu kotak. Gaby menerimanya dan membuka kotak tersebut. Sebuah kalung berwarna silver yang indah. Dengan gandul huruf g. “Uwaaah…” Gaby mengambil kalung itu. “Biar aku yang memasangkannya.” Haven meraih kalung itu. Kemudian memasangkannya ke leher Gaby. Haven mengecup tengkuk Gab pelan. Melihat bayangan mereka di hadapan kaca. Haven tersenyum. “Kamu sangat cantik.” Kemudian mencuri satu kecupan di pipi istrinya. Gaby memutar tubuhnya. “Terima kasih ya. Kamu benar-benar membuktikan jika kehidupan pernikahan tidak semenakutkan itu.” “Selama pernikahan kita, aku selalu bahagia.” Haven menyatukan dahi mereka. merangkul pinggang Gaby dengan kedua tangannya. Meresapi setiap moment kebersamaan mereka. “Aku minta maaf,” ucap Gaby. Ia mendongak. “Aku minta maaf karena menyusahkan kamu. Aku minta maaf atas semua perlakuan burukku terhadap kamu.” Haven tersenyum. “Tidak masalah. Sudah seharusnya kamu melakukannya. aku tidak keberatan.”
Baca selengkapnya

Chapter 296

5 bulan berlalu. Gaby positif hamil. Belum tahu bayi perempuan atau laki-laki. Tapi Gaby maupun Haven sangat bahagia. Ada saja keinginan Gaby yang aneh saat hamil. Seperti saat ini. tiba-tiba ingin ke rumah neneknya di kampung. Ingin melihat sungai di samping desa. Demi istrinya yang tercinta. Haven rela membatalkan jadwal pentingnya untuk menemani istrinya pergi ke desa. Menempuh perjalanan berjam-jam, akhirnya mereka sampai juga di rumah kecil milik nenek Gaby. “Aduh cucu nenek…” nenek keluar dari rumah menyambut Gaby dan Haven. Memang sudah tua, semua rambutnya memutih dan wajahnya terdapat lipatan. Tapi semangatnya masih luar biasa. Nenek tinggal sendirian di rumah. Tidak mau tinggal bersama anaknya. Ingin menghabiskan masa tua di tempat kelahirannya. Gaby memeluk neneknya. “Nenek gimana kabarnya?” tanyanya. “Nenek sehat…” nenek berganti memeluk Haven. “Aduh cucu nenek ada tiga sekarang. Yang tampan ada dua..” Nenek menepuk pelan bahu Haven. “Tinggi sekali seperti
Baca selengkapnya

Chapter 297

Sore itu, Gaby dan Haven pergi ke sungai. Seperti keinginan Gaby yang ingin bermain di sungai dekat sawah. Katanya sekalian melihat matahari terbenam dari sana. Katanya, itu bukan keinginan Gaby, melainka keinginan dari baby mereka yang ada di dalam perut. Haven menurut saja. selagi istrinya senang, ia akan melakukannya. Berjalan sebentar dan sampai. “Waah..” lirih Gaby. Ia mengambil duduk di pinggir dan memasukkan kakinya ke dalam air. “Jernih sekali..” lirihnya. “Ayo kamu ke sini.” Haven menuruti keinginan Gaby. Ia duduk di pinggir sembari memasukkan kakinya ke dalam kolam. “Kamu mau tahu gak cerita mama sama papaku dulu?” tanya Gaby sembari mendekat. Haven mengernyit. “Memangnya apa?” “Sedikit menakutkan sih.” “Memangnya apa?” Haven semakin penasaran. “Dulu papa itu disuruh belajar bela diri di dekat hutan sana.” menunjuk sebuah hutan. “Di dalam sana ada sebuah pondok untuk belajar bela diri.” “Lalu…” balas Haven. ia menatap ke bawah. Ternyata kakinya digigit oleh i
Baca selengkapnya

Chapter 298

Extra chapter 1 tahun berlalu. “Chelyn… ayo makan nak.” Gaby menyuapi Chelyn yang susah makan. Bayi berusia 6 bulan itu berada di atas tempat duduk. anak pertama dari pasangan Haven dan Gabriella. Balita mungil nan cantik itu nampak memanggil Gaby dengan sebutan mama… “Aaaa…” “Pintarnya..” Gaby tersenyum ketika Chelyn mau makan. Sedangkan dari pintu, seorang pria baru saja pulang dari kantor. Langkahnya pelan menuju istri dan anaknya yang sedang berada di ruang keluarga. Bibir Haven tidak bisa berhenti tersenyum. hatinya selalu menghangat ketika melihat istri dan anaknya di rumah. Haven tidak pernah meminta Gaby untuk menjadi ibu rumah tangga saja di rumah. Namun Gaby sendiri yang memutuskan untuk di rumah saja, mengurus anak mereka. Juga… Haven telah membutnya hamil lagi. Saat ini ia mengandung anak mereka yang kedua. Kehamilannya baru berusia 1 bulan. “Halo anak papa…” Haven mengecup singkat pipi Gaby sebelum mendekati anaknya. “Makan sama papa ya.
Baca selengkapnya

Chapter 299

Giorgino Hendra Winston. Putra sulung keluarga Ethan Winston, sekaligus pewaris utama Winston corp. Diumurnya yang menginjak 33 tahun, nampaknya masih betah untuk melajang. Selain pekerjaan dan karir, tidak ada yang ia pikirkan. Hidup Gio hanya bergelut sebatas bekerja dan bekerja. Bahkan keluarganya pun sudah lelah memberitahunya untuk sesekali menikmati hidup. Jika ada penghargaan untuk pria terlurus, tidak macam-macam, pendiam mungkin Gio sudah mendapatkannya berkali-kali. Sering kali menjadi incaran para bapak-bapak pejabat untuk dinikahkan dengan putri mereka. Sering kali menjadi menantu idaman bagi teman ibunya. Namun Gio tetaplah Gio yang belum memikirkan masalah percintaan. Malam ini. langkahnya begitu tegap menuju ruang restoran. Beberapa mata memandangnya. Selain postur tubuhnya yang sempurna. Wajahnya juga sempurna. Setiap pahatan di wajahnya seakan diciptakan tanpa cela.Malam ini akan rapat dengan kliennya yang berasal dari Spanyol. Baru saja masuk ke dalam re
Baca selengkapnya

Chapter 300

Gio sampai tidak bisa berkata-kata lagi dengan apa yang dilakukan oleh wanita itu. Ia menunjuk wanita itu. “Kau—” Wanita itu menarik Gio dan menggandeng lengan Gio lagi. Gio yang sudah tidak bisa berdebat lagi akhirnya membiarkan wanita itu. Daripada ia harus telat dan membuat kliennya menunggunya. Wanita itu tersenyum ketika berhasil masuk ke dalam restoran. Ia berhenti dan menatap Gio. “Namaku Agatha, Agatha Ethelind Harper.” “Karena kau telah membantuku, aku akan mentraktirmu nanti. Tapi aku harus buru-buru pergi.” wanita itu mengulurkan tangannya. Tapi Gio hanya menatap tangan wanita itu tanpa berniat menjabatnya. “Aku tidak mau berurusan denganmu.” Gio menatap wanita itu datar. Agatha mengangguk. “Baiklah. Tapi aku ingin berterima kasih.” “Berikan aku tanda pengenalmu.” Mengulurkan tangannya lagi. Kali ini lebih memaksa untuk mendapatkan kartu nama Gio. “Tidak,” balas Gio dengan datar. Gio menatap jam tangannya. Sudah telat satu menit. “Tunggu.” Agatha mendekat. R
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2829303132
...
48
DMCA.com Protection Status