Extra chapter 1 tahun berlalu. “Chelyn… ayo makan nak.” Gaby menyuapi Chelyn yang susah makan. Bayi berusia 6 bulan itu berada di atas tempat duduk. anak pertama dari pasangan Haven dan Gabriella. Balita mungil nan cantik itu nampak memanggil Gaby dengan sebutan mama… “Aaaa…” “Pintarnya..” Gaby tersenyum ketika Chelyn mau makan. Sedangkan dari pintu, seorang pria baru saja pulang dari kantor. Langkahnya pelan menuju istri dan anaknya yang sedang berada di ruang keluarga. Bibir Haven tidak bisa berhenti tersenyum. hatinya selalu menghangat ketika melihat istri dan anaknya di rumah. Haven tidak pernah meminta Gaby untuk menjadi ibu rumah tangga saja di rumah. Namun Gaby sendiri yang memutuskan untuk di rumah saja, mengurus anak mereka. Juga… Haven telah membutnya hamil lagi. Saat ini ia mengandung anak mereka yang kedua. Kehamilannya baru berusia 1 bulan. “Halo anak papa…” Haven mengecup singkat pipi Gaby sebelum mendekati anaknya. “Makan sama papa ya.
Giorgino Hendra Winston. Putra sulung keluarga Ethan Winston, sekaligus pewaris utama Winston corp. Diumurnya yang menginjak 33 tahun, nampaknya masih betah untuk melajang. Selain pekerjaan dan karir, tidak ada yang ia pikirkan. Hidup Gio hanya bergelut sebatas bekerja dan bekerja. Bahkan keluarganya pun sudah lelah memberitahunya untuk sesekali menikmati hidup. Jika ada penghargaan untuk pria terlurus, tidak macam-macam, pendiam mungkin Gio sudah mendapatkannya berkali-kali. Sering kali menjadi incaran para bapak-bapak pejabat untuk dinikahkan dengan putri mereka. Sering kali menjadi menantu idaman bagi teman ibunya. Namun Gio tetaplah Gio yang belum memikirkan masalah percintaan. Malam ini. langkahnya begitu tegap menuju ruang restoran. Beberapa mata memandangnya. Selain postur tubuhnya yang sempurna. Wajahnya juga sempurna. Setiap pahatan di wajahnya seakan diciptakan tanpa cela.Malam ini akan rapat dengan kliennya yang berasal dari Spanyol. Baru saja masuk ke dalam re
Gio sampai tidak bisa berkata-kata lagi dengan apa yang dilakukan oleh wanita itu. Ia menunjuk wanita itu. “Kau—” Wanita itu menarik Gio dan menggandeng lengan Gio lagi. Gio yang sudah tidak bisa berdebat lagi akhirnya membiarkan wanita itu. Daripada ia harus telat dan membuat kliennya menunggunya. Wanita itu tersenyum ketika berhasil masuk ke dalam restoran. Ia berhenti dan menatap Gio. “Namaku Agatha, Agatha Ethelind Harper.” “Karena kau telah membantuku, aku akan mentraktirmu nanti. Tapi aku harus buru-buru pergi.” wanita itu mengulurkan tangannya. Tapi Gio hanya menatap tangan wanita itu tanpa berniat menjabatnya. “Aku tidak mau berurusan denganmu.” Gio menatap wanita itu datar. Agatha mengangguk. “Baiklah. Tapi aku ingin berterima kasih.” “Berikan aku tanda pengenalmu.” Mengulurkan tangannya lagi. Kali ini lebih memaksa untuk mendapatkan kartu nama Gio. “Tidak,” balas Gio dengan datar. Gio menatap jam tangannya. Sudah telat satu menit. “Tunggu.” Agatha mendekat. R
Agatha berkacak pinggang. “KENAPA KALAU AKU MISKIN? KENAPA? SETIDAKNYA AKU TIDAK MENJADI JALANG YANG MEREBUT KEKASIH ORANG LAIN!” Agatha menyesal datang ke sini. Mempertaruhkan harga dirinya dengan mencium orang asing untuk masuk ke dalam sini. Yang ia temukan adalah kenyatahan pahit. Tunangannya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Sahabat yang selama ini berada di sisinya di saat ia susah. Luna. Perempuan yang ia kira baik selama ini ternyata menusuknya dari belakang. “TUTUP MULUTMU JALANG!” Luna menarik rambut Agatha. “Akh!” Agatha kesakitan. Ia mencoba melepaskan tangan Luna dari rambutnya. Namun tarikan Luna semakin kuat. Tidak mau kalah, akhirnya Agatha menarik rambut Luna juga. “Lepaskan aku bitch!” teriak Agatha. “Tidak usah sok cantik kau jalang! Kau hanyalah miskin yang dibuang orang tuamu!” teriak Luna. Agatha mendorong Luna sekuat tenaga. Agatha menatap Luna penuh kemarahannya. Selama ini ia menceritakan semuanya pada temannya itu. Ia tidak berharap dikas
“AKH!” Agatha meringis kesakitan ketika pantatnya membentur lantai. Matanya nyalang kepada dua manusia itu. Aris buru-buru menyembunyikan Luna di belakangnya. Sigap membentengi Luna apapun yang terjadi. “Jangan lakukan apapun.” Aris menunjuk Agatha. “Hubunganku denganmu berakhir. jangan ganggu aku lagi, apalagi Luna.” Aris memeluk pinggang Luna dari belakang. “Mulai sekarang, semuanya batal. Semuanya berakhir!” teriak Aris. Agatha mengambil sepatunya. “Pergi dari sini.” Agatha mengangkat sepatunya. Aris dan Luna mengerjapkan mata. mereka berdua saling merangkul satu sama lain. “Pergi dari sini!” teriak Agatha lagi. Ia melempar sepatunya ke sembarang arah. Sembari berteriak seperti orang kesetanan. “PERGI!!!” Agatha menutup matanya dan memegang kepalanya frustasi.BRUKKBRUKKEntah ke mana sepatunya. Sampai akhirnya ia membuka mata. Tidak melihat adanya dua orang itu lagi. Tapi ada satu manusia yang saat ini berada di hadapannya. Memegang sepatunya. Wajahnya nampak datar
Agatha kembali ke rumah. Bukan rumahnya. Tapi rumah tempatnya bekerja. Ia bekerja sebagai maid di rumah, oh bukan tapi Mansion orang kaya. Hitungannya sudah 3 bulan. Mansion mewah yang sepi karena dihuni oleh dua orang saja. Anak dan cucu pemilik Mansion juga belum terlihat berkunjung. Atau mungkin Agatha saja yang tidak tahu. Malam yang kelam.. Agatha dengan penampilan berantakan. Menjinjing sepatunya. Ia masuk ke bagian belakang Mansion. Di sanalah tempatnya tidur. “Kenapa kau baru pulang?” tanya Mina, juga Maid di sini. Mina seusianya. Itulah mengapa mereka cepat akrab. Diantara maid yang lain Agatha merasa paling nyaman dan cocok bersama Mina. “Kau berantakan.” Mina menatap Agatha dari atas hingga bawah. Agatha menunjukkan jarinya yang sudah tidak menggunakan apapun lagi. Kemudian kembali menangis dan memeluk Mina. “Kenapa?” tanya Mina yang masih kebingungan. “Cincinmu hilang? Cincinmu lepas?” tanya Mina kembali. “Tapi itu cinci penting. Bagaim
Makan malam keluarga besar. Entah berapa banyak keluarga yang datang. Gio sudah berada di mobilnya. Menyetir sendiri mobil sportnya yang berwarna putih. Selain menyiapkan penampilannya yang harus terlihat sempurna. Ia harus menyiapkan mental juga. Nanti, pasti akan ditanya. Kapan akan menikah? Kapan membawa calon istri. Gio membayangkan saja sudah berdecak lelah. Sampai di halaman mansion nenek kakeknya. Ia keluar dan berjalan santai. Di dalam sudah ramai. Ada adiknya beserta keluarganya. Ada bibinya juga yang tinggal di luar negeri.Ramai sekali…Gio menggeleng pelan. “Kak..” Gaby membawa Chelyn bersamanya. “Nitip sebentar.” Memberikan Chelyn ke dalam gendongannya.“Kau mau ke mana?” tanya Gio panik. Ia pernah menggendong Chelyn. Tapi tidak lama, karena ia takut membuat balita itu terluka. “Sebentar ke kamar mandi.” Gaby sudah melenggang ke kamar mandi. Gio berdecak. “Di mana ayahmu?” tanyanya pada Chelyn yang diam sembari menatapnya. Chelyn, bocah lucu itu tidak han
Acara dimulai. Dari yang mulai pemotongan kue. Kemudian dilanjutkan untuk makan-makan. Para maid bertugas untuk menyajikan makanan di luar. “Jangan sampai ada kesalahan,” bisiknya pada Agatha. Agatha berkali-kali menghela nafas. Ini adalah pertama kalinya terlibat dalam acara seperti ini. Biasanya hanya membersihkan rumah. Atau menyajikan makanan saja. “Jujur aku sedikit takut,” ucap Agatha. “Aku takut membuat kesalahan,” lanjutnya. “Kau harus yakin kau bisa,” malas Mina. “Semuanya harus berjalan dengan sempurna. Jangan ada yang melakukan kesalahan,” ucap seorang maid yang terkenal kejam. Sadis, juga sinis pada maid lain. Maid itu menatap Agatha. Memang dari awal tidak menyukai Agatha. Katanya Agatha suka mencari perhatian pada security yang berjaga. Agatha yang cantik sering kali menjadi bahan perbincangan security. Hal itulah yang membuat maid yang masih muda iri pada maid lain. Mereka iri dengan kecantikan yang dimiliki oleh Agatha. Riska menatap Agat
Agatha keluar dari rumah sakit. Setelah memastikan Gio beristirahat dengan tenang. Agatha berhenti pada sebuah cermin. Menatap lehernya yang memerah. Merogoh sebuah syal yang berada di tasnya. Kemudian melingkarnnya di lehernya. Bibirnya mengembangkan senyuman. Masih tergambar dengan jelas ciuman mereka tadi. Saling memangut dan meluapkan rasa rindu. Agatha kembali berjalan dan menaiki mobil untuk pulang. Di sepanjang perjalanan Agatha tidak berhenti melamun. Ada banyak yang ia pikirkan. Meski ia sudah menjadi pemimpin…. Ada banyak hal yang belum ia selesaikan. Mencari pelaku yang membunuh ayah dan kakaknya. Mencari pelaku sebenarnya yang menyerang Gio. Mencari pelaku yang berusaha membunuhnya juga. Lalu… Pikirannya juga penuh memikirkan hubungannya dengan Gio setelah ini. Ia hampir mencapai tujuannya. Yang artinya perjanjian mereka akan segera berakhir. Lantas, jika berakhir. apakah hubungannya dengan Gio juga akan berakhir begitu saja. Seharusnya
“Bagaiamana keadaanmu.” Agatha menatap Gio. “Aku baik-baik saja. tapi aku harus kembali ke rumah sakit.” Gio mengambil tangan Agatha dan menggenggamnya. “Kau ikut denganku.” Agatha berhenti. “Aku tidak bisa bersamamu dulu.” “Aku tidak bisa menerimanya.” Gio tetap menggandeng tangan Agatha. Tapi Agatha tetap kekeh dengan ucapannya yang ia katakan pada keluarga Gio. “Tidak, Gio. Aku tidak bisa…” Agatha mendongak. “Aku akan menemuimu sampai keadaan benar-benar aman.” Gio menghela napas. “Sampai kapan?” “Besok? Lusa? Bulan depan?” tanya Gio. Agatha terdiam. karena dirinya sendiri juga tidak tahu. Tapi setidaknya sampai kekuasaan benar berada di dalam genggamannya. Sampai orang-orang yang mencelekainya ditangkap. “Aduh…” Gio memegang perutnya. “Bagaimana ini… perutku..” Gio menyipitkan mata. “Anda harus ke rumah sakit segera Sir..” dokter mendekat. ia juga khawatir dengan keadaan Gio. Namun diam-diam Gio memberi petunjuk bahwa ia sedang berpura-pura. “Adu duh..”
Beberapa hari yang lalu. Gio tersadar dari komanya. Pertama kali orang yang ia cari adalah Agatha. Ibunya bilang, Agatha pulang. Agatha berjanji tidak akan menemuinya sampai keadaan benar-benar aman. Marah. Tentu saja, neneknya yang membuat Agatha pergi. Gio masih membutuhkan perawatan intensif. Untuk bergerak saja ia tidak bisa. Untuk itu ia mengerahkan orang-orangnya untuk membantunya. Dari pada seperti ini, sudah terlanjur. Maka ia akan meneruskannya saja. Ia akan berpura-pura tidak berhubungan dengan Agatha dahulu sampai Rapat itu dimulai. Pada awalnya ia akan datang awal rapat. Tapi sekali lagi keadaannya tidak memungkinkan. Perutnya masih terasa keram. Alhasil ia datang terlambat—namun masih melihat perkembangan rapat itu lewat kamera kecil. Kamera itu terpasang di pakaian orang yang mewakilinya di sana. “Banyak orang yang menghianatiku juga.” Gio berada di dalam mobil. Melihat orang-orang yang tidak mengangkat tangan untuk Agatha. Orang-orang yang tela
“Tapi Agatha Ethelind Harper baru saja terjun ke dunia bisnis. kinerjanya di dalam perusahaan baru mencapai tahun pertama.” Agatha tersenyum sinis. Menggunakan pengalamannya yang baru sebentar untuk menjatuhkannya. Agatha masih menahan senyumnya—ingin tertawa padahal. Kekurangannya yang diumbar di depan banyak investor. Sedangkan kekuarangan Levin disembunyikan. Agatha menjadi satu-satunya wanita yang berada di dalam ruangan ini. “Siapa yang mendukung Agatha Harper Ethelind menjadi pemimpin sementara?” Satu persatu orang-orang yang mendukung Agatha mengangkat tangan. Sekitar 3… Lalu satu orang mengangkat tangannya… Ternyata Pak Beni… Pak Beni tersenyum sembari mengangguk pada Agatha. Sedangkan pak Robert? Jangan tanya. Pria itu bahkan tidak berani menatap Agatha. seolah tidak mengenal. Tidak seperti tadi… Ternyata… si Mafia itu tidak mendukungnya. Memang, di dalam dunia bisnis tidak bisa ditebak mana yang benar-benar teman. Dan mana yang musuh. Setidaknya
“maaf nona. Hal seperti ini saya pasti tidak akan terulang lagi.” satu bodyguard maju menghadap Agatha. Ada dua mobil yang dicoba dijalankan. Hanya satu yang remnya blong. Mobil yang selalu digunakan oleh Agatha. Agatha berkacak pinggang. ia tidak ingin menghabiskan energinya untuk hal tidak masuk akal seperti ini. Tapi semua ini menyangkut nyawanya. “Sebagai ketua. Kau harus mencari tahu siapa anak buahmu yang berhianat. Aku memberimu waktu sampai jam istirahat makan siang. jika kau tidak bisa menemukan penghianat itu.” Agatha menghela napas. “Ganti semua bodyguard yang mengawalku.” Akhirnya Agatha masuk ke dalam mobil. Selama di dalam mobil, Agatha tidak berhenti cemas. Untuk siapapun yang berusaha membunuhnya. Agatha pastikan akan segera menangkap orang itu. Hidupnya tidak bisa tenang dan dihantui oleh kematian. Akhirnya mobil sampai juga di kantor. Dengan selamat! Agatha masuk ke dalam ruang—disambut oleh sekretarisnya. “Rapat akan dilaksanakan pukul 1
“Sial.” Agatha tidak berhenti mengumpat setelah keluar dari ruang penyidikan. “Aku yakin ada yang menyuruhnya untuk membunuhku.” Agatha mengatakannya pada polisi. Namun polisi itu menghela napas dan terlihat lelah. “Kami sudah menyelidikinya. Kami sudah datang ke tempat tinggalnya. Tidak ada tanda-tanda disuruh orang….” “Tidak mungkin.” Agatha menggeleng. “Pasti ada petunjuk… Aku sering diteror. Tidak mungkin kalau dia hanya menyukaiku. aku yakin dia memang punya niat buruk dan disuruh orang lain.” “Tenanglah..” polisi itu hanya menepuh pelan bahu Agatha. Agatha ingin melayangkan protes tapi ia ditarik oleh seseorang. Pengacara Gio. Akhirnya Agatha dan pengacara Gio berada di dalam mobil untuk berbicara. “tidak ada gunanya berbicara pada polisi. Bukti tidak ada. Mereka juga tidak akan menggap kasus ini serius.” Pengacara Gio memberikan dokumen pada Agatha. Agatha membukanya. Melihat isinya sembari dijelaskan. “Pria itu sudah 2 tahun belakangan mengincar wanita c
Agatha pulang. Berjalan gontai masuk ke dalam penthouse. Tadi.. di rumah sakit. Karena dirinya semuanya malah bertengkar. Orang tua Gio memang berpihak padanya. tapi tidak dengan nenek Gio yang begitu membencinya. Tadi di rumah sakit…. “Jangan lakukan hal itu, Mom.” Aluna lagi-lagi menarik margaret agar menjauh dari Agatha. “Gio bukan anak kecil. Dia dewasa dan dia bisa menentukan apa yang dia inginkan. Dia ingin melindungi Agatha. aku sebagai orang tua tidak bisa mencegahnya dan akan mendukungnya.” “Kamu gila? setelah melihat anakmuu sekarat kamu mengatakan hal ini?” tanya Margaret memegang lengan Aluna. “Sadarlah Aluna, Gio ditusuk pria yang mengincar wanita itu.” margaret menatap Agatha begitu benci. Aluna memijjit keningnya. “Jangan membahas hal ini lebih dulu. Kita tunggu Gio..” “Gio tahu apa yang harus dilakukannya.” Margaret menatap Ethan. “Apa yang kamu lakukan?” “Semua keputusan ada di tangan Gio. Aku sebagai orang tua tidak bisa memaksanya. Begitupun
Setelah memberikan pidato, Agatha tidak tahu Gio ke mana. Ia langsung pergi dan mencari pria itu bersama bodyguard yang lain. Tapi tubuhnya langsung kaku ketika melihat Gio yang tertusuk. Gio dibawa ke rumah sakit. Sedangkan penjahat itu sudah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Agatha tidak bisa berhenti cemas. Ia menunggu Gio di depan ruang ICU. Tubuhnya berlumuran dengan darah… Agatha tidak peduli pada dirinya sendiri. Ia duduk dengan kepala yang menunduk. menunggu berjam-jam Gio yang masih mendapat perawatan oleh dokter. agatha mendongak ketika mendengar suara langkah kaki. Ia melihat kedua orang tua Gio yang baru datang. “Bagaimana keadaannya?” tanya Ethan pada Agatha. “Gio masih dirawat di dalam,” balas Agatha. Ethan menatap Agatha. “Aku yakin kamu sudah tahu kalau kita orang tua Gio. Kami juga sudah tahu kamu kekasih Gio. Kamu bisa jelaskan pada kami bagaimana semuanya bisa terjadi?” Agatha meremas pelan tangannya. Tapi—elusan lembut di bahuny
Semuanya berjalan dengan lancar. Gio yang melindungi Agatha sehingga membuat Agatha benar-benar aman. Namun, Mereka tidak bertemu beberapa hari karena Gio yang ada urusan bisnis di luar negeri. Tapi katanya akan pulang hari ini, entah jam berapa. Agatha berada di dalam mobil—ia sampai di sebuah gedung. Acara yang didatangi adalah sebuah peluncuran produk baru dan peresmian kerja sama antara Harper Advertise dengan brand tersebut. Untuk itu Agatha begitu antusias. Agatha keluar dari mobilnya.. Masuk pelan ke dalam gedung. Ternyata sudah ada beberapa orang yang datang. Semuanya berjalan dengan lancar. Sampai seorang mc menyatakan dengan resmi akan terjalin kerja sama. “Untuk Ibu Agatha waktu dipersilahkan…” Agatha mengangkat micnya. Ia tersenyum ke depan. Namun pandangannya tertuju pada satu pria yang sedang berada di antara orang-orang yang hadir. Pria itu membawa sebuah buket bunga dan tengah tersenyum kepadanya. “Saya Agatha.. saya pemimpin Harper Adve