Agatha berkacak pinggang. “KENAPA KALAU AKU MISKIN? KENAPA? SETIDAKNYA AKU TIDAK MENJADI JALANG YANG MEREBUT KEKASIH ORANG LAIN!” Agatha menyesal datang ke sini. Mempertaruhkan harga dirinya dengan mencium orang asing untuk masuk ke dalam sini. Yang ia temukan adalah kenyatahan pahit. Tunangannya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Sahabat yang selama ini berada di sisinya di saat ia susah. Luna. Perempuan yang ia kira baik selama ini ternyata menusuknya dari belakang. “TUTUP MULUTMU JALANG!” Luna menarik rambut Agatha. “Akh!” Agatha kesakitan. Ia mencoba melepaskan tangan Luna dari rambutnya. Namun tarikan Luna semakin kuat. Tidak mau kalah, akhirnya Agatha menarik rambut Luna juga. “Lepaskan aku bitch!” teriak Agatha. “Tidak usah sok cantik kau jalang! Kau hanyalah miskin yang dibuang orang tuamu!” teriak Luna. Agatha mendorong Luna sekuat tenaga. Agatha menatap Luna penuh kemarahannya. Selama ini ia menceritakan semuanya pada temannya itu. Ia tidak berharap dikas
“AKH!” Agatha meringis kesakitan ketika pantatnya membentur lantai. Matanya nyalang kepada dua manusia itu. Aris buru-buru menyembunyikan Luna di belakangnya. Sigap membentengi Luna apapun yang terjadi. “Jangan lakukan apapun.” Aris menunjuk Agatha. “Hubunganku denganmu berakhir. jangan ganggu aku lagi, apalagi Luna.” Aris memeluk pinggang Luna dari belakang. “Mulai sekarang, semuanya batal. Semuanya berakhir!” teriak Aris. Agatha mengambil sepatunya. “Pergi dari sini.” Agatha mengangkat sepatunya. Aris dan Luna mengerjapkan mata. mereka berdua saling merangkul satu sama lain. “Pergi dari sini!” teriak Agatha lagi. Ia melempar sepatunya ke sembarang arah. Sembari berteriak seperti orang kesetanan. “PERGI!!!” Agatha menutup matanya dan memegang kepalanya frustasi.BRUKKBRUKKEntah ke mana sepatunya. Sampai akhirnya ia membuka mata. Tidak melihat adanya dua orang itu lagi. Tapi ada satu manusia yang saat ini berada di hadapannya. Memegang sepatunya. Wajahnya nampak datar
Agatha kembali ke rumah. Bukan rumahnya. Tapi rumah tempatnya bekerja. Ia bekerja sebagai maid di rumah, oh bukan tapi Mansion orang kaya. Hitungannya sudah 3 bulan. Mansion mewah yang sepi karena dihuni oleh dua orang saja. Anak dan cucu pemilik Mansion juga belum terlihat berkunjung. Atau mungkin Agatha saja yang tidak tahu. Malam yang kelam.. Agatha dengan penampilan berantakan. Menjinjing sepatunya. Ia masuk ke bagian belakang Mansion. Di sanalah tempatnya tidur. “Kenapa kau baru pulang?” tanya Mina, juga Maid di sini. Mina seusianya. Itulah mengapa mereka cepat akrab. Diantara maid yang lain Agatha merasa paling nyaman dan cocok bersama Mina. “Kau berantakan.” Mina menatap Agatha dari atas hingga bawah. Agatha menunjukkan jarinya yang sudah tidak menggunakan apapun lagi. Kemudian kembali menangis dan memeluk Mina. “Kenapa?” tanya Mina yang masih kebingungan. “Cincinmu hilang? Cincinmu lepas?” tanya Mina kembali. “Tapi itu cinci penting. Bagaim
Makan malam keluarga besar. Entah berapa banyak keluarga yang datang. Gio sudah berada di mobilnya. Menyetir sendiri mobil sportnya yang berwarna putih. Selain menyiapkan penampilannya yang harus terlihat sempurna. Ia harus menyiapkan mental juga. Nanti, pasti akan ditanya. Kapan akan menikah? Kapan membawa calon istri. Gio membayangkan saja sudah berdecak lelah. Sampai di halaman mansion nenek kakeknya. Ia keluar dan berjalan santai. Di dalam sudah ramai. Ada adiknya beserta keluarganya. Ada bibinya juga yang tinggal di luar negeri.Ramai sekali…Gio menggeleng pelan. “Kak..” Gaby membawa Chelyn bersamanya. “Nitip sebentar.” Memberikan Chelyn ke dalam gendongannya.“Kau mau ke mana?” tanya Gio panik. Ia pernah menggendong Chelyn. Tapi tidak lama, karena ia takut membuat balita itu terluka. “Sebentar ke kamar mandi.” Gaby sudah melenggang ke kamar mandi. Gio berdecak. “Di mana ayahmu?” tanyanya pada Chelyn yang diam sembari menatapnya. Chelyn, bocah lucu itu tidak han
Acara dimulai. Dari yang mulai pemotongan kue. Kemudian dilanjutkan untuk makan-makan. Para maid bertugas untuk menyajikan makanan di luar. “Jangan sampai ada kesalahan,” bisiknya pada Agatha. Agatha berkali-kali menghela nafas. Ini adalah pertama kalinya terlibat dalam acara seperti ini. Biasanya hanya membersihkan rumah. Atau menyajikan makanan saja. “Jujur aku sedikit takut,” ucap Agatha. “Aku takut membuat kesalahan,” lanjutnya. “Kau harus yakin kau bisa,” malas Mina. “Semuanya harus berjalan dengan sempurna. Jangan ada yang melakukan kesalahan,” ucap seorang maid yang terkenal kejam. Sadis, juga sinis pada maid lain. Maid itu menatap Agatha. Memang dari awal tidak menyukai Agatha. Katanya Agatha suka mencari perhatian pada security yang berjaga. Agatha yang cantik sering kali menjadi bahan perbincangan security. Hal itulah yang membuat maid yang masih muda iri pada maid lain. Mereka iri dengan kecantikan yang dimiliki oleh Agatha. Riska menatap Agat
Betapa terkejutnya Agatha saat mengangkat kepalanya. Kedua bola matanya langsung bertubrukan dengan sepasang mata elang yang tajam. Pria itu. Pria kemarin yang membantunya. Agatha mengerjapkan mata—untuk sesaat ia membeku. Sebelum semunya terjadi begitu cepat. Tarikan ditangannya. Pria itu menarik tangannya hingga membuatnya berdiri dengan terpaksa. “Berhenti bodoh,” ucap pria itu langsung menusuk di telinga Agatha. Agatha mengernyit. kemudian menatap pergelangan tangannya yang dicengkram oleh pria itu. “Lepaskan saya…. Tuan.” Gio tidak mengindahkan ucapan Agatha. “Berhenti dan kembalilah ke dalam.” “Saya harus membersihkan serpihan kaca sebelum kembali ke dalam.” Gio menatap tangan Agatha yang meneteskan darah. Tidak tahu apakah sakit atau tidak. Tapi Agatha terlihat tidak kesakitan. Namun ia yakin, Agatha sedang menahan sakit. Gio mengangkat tangan Agatha. “Dengan tangan seperti ini?” tanyanya. Agatha menahan perih di tangannya. darah itu semakin merembes keluar dari
“Aku sudah bilang jangan membuat keributan!” teriak Riska di dalam sebuah ruangan. Agatha hanya menunduk. Meskipun sebenarnya ia ingin membantah. Tapi cukup tahu diri saja karena memang salahnya. Mina mengobati tangan Agatha yang tergores oleh serpihan kaca. “Kau sengaja mencari perhatian? Kau senang diperhatikan tuan Gio?” tanya Riska sembari menarik kerah leher Agatha. Agatha diam saja. Membatahpun pasti tidak akan diterima oleh wanita itu. “Kenapa kau diam saja hah?” tanya Riska. “Kau memang sengaja kan? Kau sengaja mencari keributan supaya menarik perhatian tuan Gio. Lalu tuan Gio akan bersimpati padamu?” “Kau berharap tuan Gio jatuh cinta denganmu?” tanya Riska. Agatha masih diam. Sampai akhirnya Riska menarik kerah lehernya lebih keras. “jawab pertanyaan sialan. Kau tuli?” tanya Riska penuh intimidasi. “Aku menjawab pun kau tidak akan percaya.” Agatha menatap Riska dengan berani. “Bagaimana kalau aku bilang, aku tidak sengaja membuat keributan?” tanyanya
“Aku tidak mengajarkan kalian untuk bertengkar,” ucapan seseorang yang terdengar. Mereka kompak menoleh ketika mendengar suara itu. Nyonya mereka. Margaret datang. Pandangannya tertuju pada Agatha. Melihat luka yang ada di tangan Agatha. “Kamu..” Margeret menatap Agatha. “Ikut denganku.” Kemudian berjalan pergi. Riska tersenyum miring. Senyum kemenangan. “Siap-siap kau dikeluarkan,” ucapnya pada Agatha. Agatha menghela nafas dan akhirnya berjalan mengikuti Margaret pergi. Mereka masuk ke sebuah ruangan. Sebuah perpustakaan yang begitu luas. Di sana ada beberapa sofa yang tertata rapi. “Duduk.” Margaret mengambil duduk lebih dulu. Agatha mengikuti majikannya itu dengan ragu. Ia duduk dengan canggung. meletakkan kedua tangannya di atas pahanya. Menunggu Margaret berbicara.. Tapi setelah ditunggu, yang dilakukan Margaret hanyalah menatap Agatha dari atas hingga bawah. “Nyonya..” ucap Agatha. Margaret menarik satu alisnya. “Apakah saya akan dipecat?” ta
“Saya tadi mencari anda. Tapi anda langsung pergi. saya bertanya pada bodyguard anda, katanya anda sedang pergi ke gereja.” Polisi yang membantu penyelidikan kasus Agatha. Gio mengangguk. mereka duduk di sebuah bangku. Polisi itu mengeluarkan rokok, menyulutnya kemudian menghisapnya perlahan. “Terima kasih,” ucap Gio. “Terima kasih sudah membantu saya. Kapanpun anda membutuhkan bantuan, anda bisa menghubungi saya.” Polisi itu mengangguk.“Saya dulu yang memegang kasus Bryan Harper.” Gio menoleh. baru tahu mengenai hal itu. “Dari awal saya memang menemukan keanehan pada kasus itu. namun, para atasan menyuruh saya untuk diam saja. waktu itu saya memberontak dan berusaha untuk mengungkap kasus tersebut, tapi karena saya membangkang. Saya diturunkan jabatan…” “Dari sanalah saya tidak memegang kasus besar. Tapi anda datang, membantu saya juga…” polisi itu menatap Gio. “Saya juga berterima kasih pada anda. Karena anda, saya bisa menempati posisi awal saya.” Gio mengangguk. “Ternya
“Ditetapkan menjadi tersangka berdasarkan bukti….” Semua dijelaskan secara rinci. Semua yang membuktikan Levin sebagai dalang dibalik pembunuhan dan perencanaan pembunuhan. “Sebelum itu, ada hal yang ingi disampaikan?” tanya Hakim. Levin menatap semua orang yang ada di sana. Tidak ada satupun keluarga Levin yang datang ke pengadilah. Saudara, anak bahkan istrinya tidak ada yang datang. Tidak tahu apa yang terjadi. Tapi mereka tidak ada yang datang. “Tidak ada.” “DASAR BAJINGAN!” teriak Jessika. “KAU TIDAK HANYA MEMBUNUH SAUDARAMU SENDIRI, KAU MEMBUNUH ANAK SAUDARAMU JUGA. KAU TIDAK MERASA BERSALAH?” Pak Rudi berusaha menenangkan Jessika lagi. “Tenang Jessika…” Jessika memberontak. Ia melepaskan tangan pak Rudi di lengannya. “DASAR BAJINGAN! DASAR IBLIS! SAMPAI KAPANPUN AKU TIDAK AKAN PERNAH MEMAAFKANMU!” “Iya Jessika. Iya… tenang dulu ya..” pak Rudi membawa Jessika untuk duduk kembali. “Jangan berteriak. Nanti kau bisa diusir..” ucap Pak Rudi lagi. Sementara
Semua berjalan begitu saja. Dan Agatha masih sama. tidak kunjung bangun. Kata dokter, tidak ada perubahan pada Agatha. Dan yang terakhir. Dokter itu menegaskan. Tidak ada harapan, tubuh Agatha hanya ditopang oleh alat-alat medis. Jika tanpa alat medis tersebut—Agatha tidak akan bertahan. Tapi Gio bersikukuh mempertahankan Agatha. ia akan menunggu—sampai kapanpun. Ia akan menunggu selama apapun. Ia akan tetap menunggu Agatha bangun. “Dia terlihat lelah bukan…” Aluna berada di samping Gio. Menatap kaca yang menampilkan Agatha terbaring lemah. Kian hari kian kurus.. Kian hari tubuhnya—seluruh tubuhnya termasuk wajahnya juga pucat. Gio menghela napas. Kemudian mengangguk. Hanya anggukan untuk menjawab ucapan mamanya. “Jangan bilang mama juga menyuruhku untuk melepaskan Agatha, seperti orang-orang lain yang menyuruhku untuk menyerah saja?” tanya Gio. Aluna menggeleng. “Tidak.” “Mama tidak akan menyuruh kamu melepaskan. Jika mama ada di posisi kamu. mama juga
Semua bukti telah diberikan kepada polisi. Dengan semua bukti yang telah lengkap itu, kasus langsung ke kejaksaan. Semua orang dipanggil… Calista menjadi tersangka utama dalam kasus itu. Calista yang terbukti menjadi orang yang menyuruh pria untuk membunuh Agatha. Sampai akhirnya Calista ditetapkan menjadi tersangka. Karena tidak ingin hancur sendirian. Ia juga menyeret nama Levin. Sampai Levin pun sekarang menjadi terdakwa… Menjadi orang yang dicurigai menjadi dalang utama dari rencana pembunuhan Agatha. Satu persatu terbuka… Kasus yang telah ditutup pun akhirnya dibuka juga. Kasus kecelakaan Jordy dan kecelakaan Bryan Harper. Rumah Levin digrebek. Ruangan kantor Levin juga tidak luput dari penyelidikan. Penangkapan Levin pun menjadi perbincangan karena, pria itu ditangkap saat berada di bandara. Hendak melarikan diri keluar negeri. Ada banyak bukti-bukti yang di dapatkan setelah penggrebekan itu. Ponsel-ponsel yang disembunyikan oleh Levin… Ponsel yan
Gio mengangguk mengerti. “Saya punya kenalan seorang hakim yang sangat tegas…” polisi itu berhenti sejenak. “Tapi saya tidak bisa memilik hakim saat kasus sudah masuk ke kejaksaan.”“Siapa hakim itu?” tanya Gio. “Saya akan mengirimkan detailnya.” Gio berdiri dari duduknya. “Jika kau berhasil mengerjakan kasusku dengan baik. aku akan memberimu bayaran tambahan.”Polisi itu ikut berdiri kemudian menggeleng. “Tidak. Sudah menjadi tugas saja menangani kasus dengan benar. Anda datang ke sini menandakan bahwa saya adalah penegak hukum yang dapat dipercaya.” “Anda tidak perlu membayar saya lagi. karena memang sudah tugas saya.” Gio mengernyit. tapi kemudian berjalan mendekat. “Jika suatu nanti kau memerlukan bantuan. Kau bisa menghubungiku.” Setelah itu Gio pergi. [Keadaan Agatha memburuk] sebuah pesan dari bodyguard. Gio langsung pergi ke rumah sakit. Meski jadwalnya yang begitu padat. Gio tidak peduli. Ia tetap pergi ke rumah sakit untuk melihat bagaimana keadaan kekasihnya. Ses
Sudah beberapa hari Agatha dirawat. Meski mendapatkan penjagaan ketat, Gio masih mengijinkan orang-orang terdekat Agatha menjenguk. Bukan hanya terdekat, karyawan Agatha, teman-teman Agatha. Silih berganti orang-orang datang—mereka hanya bisa melihat Agatha dari jendela. Semuanya berhati-hati. keadaan Agatha belum stabil. Gio menunduk—di sela-sela kesibukannya. Ia menyempatkan diri untuk datang menjenguk Agatha. “Babe..” panggil Gio. “Kamu tidak bosan terus tidur seperti ini?” tanya Gio. “Semua orang menyayangi kamu.” Gio mengambil tangan Agatha. Mengenggamnya perlahan. Mengusapnya dengan sayang. Sesekali mengecupnya. Wajah Agatha kian hari kian pucat. Kata dokter, mengajak pasien koma berbicara dan bercerita bisa membantu mereka pulih. Untuk itu, Gio selalu berbicara. Meski ia tidak terlalu bisa bercerita. “Hari ini.. semua karyawanmu datang menjenguk. Ada perempuan yang mengajak kamu minum juga. Aku tidak tahu namanya.” “Tapi dia terlihat begitu sedih melih
Gio bisa menarik kesimpulan bahwa… Calista yang merencanakan membunuh Agatha. Tapi pasti ada yang menyuruh Calista untuk melakukannya. Untuk itu…. “Serahkan semua pada polisi.” Gio berkacak pinggang. “Jangan serahkan pada polisi biasa. Mereka pasti akan disuap lagi.” “Serahkan pada polisi yang memang bertanggung jawab. Supaya bisa melakukan penyelidikan lebih lanjut.” Detekti itu mengangguk. “Saya ada kenalan orang dalam kepolisian. Apa anda ingin bertemu lebih dahulu dengannya?” Gio berpikir sejenak. Kemudian mengangguk. Sebelum itu Gio mengambil ponselnya. “Saya minta tolong pada anda, sekarang juga. Pindahkan kakak ipar Agatha beserta anak-anaknya ke tempat yang saya siapkan..” Pak Rudi di balik telepon pasti sangat terkejut dengan perkataan Gio. Tiba-tiba saja meminta untuk memindahkan keluarga Agatha. “memangnya apa yang terjadi?” “Saya akan menjelaskan semuanya saat sudah selesai,” balas Gio. “Juga.. awasi Calista. Jangan sampai keluar dari mansion. Usa
7 bulan yang lalu… Seorang wanita tengah berjalan ke sebuah restoran. Langkahnya begitu mantap memasuki sebuah restoran. Calista masuk ke sebuah ruang makan yang tertutup. di sanalah ia bertemu dengan seorang pria… “kau terlambat 10 menit.” Levin duduk santai. Di meja sudah ada beberapa makanan pembuka. Calista duduk di hadapan Levin. “Sudah lama tidak bertemu denganmu seperti ini,” ucap Levin. Calista menatap Levin. Kemudian tertawa pelan. “Hm. Tepatnya sejak kau takut hubungan kita diketahui oleh banyak orang.” Levin tersenyum miring. Matanya menatap tubuh Calista dari atas hingga bawah. “Kau masih sama seperti dulu. tubuhmu… cara berpakaian. Caramu duduk…” Calista tersenyum miring. “Kau masih memperhatikanku?” kemudian menggeleng. “Tidak berguna.” Levin tersenyum. “Kau semakin berani. Dulu kau bahkan tidak berani menatap mataku. Tapi sekarang kau terang-terangan menghinaku.” “Ada banyak hal yang berubah.” Calista berdecih pelan. Levin mengambil rokoknya—k
Gio berada di dalam ruangan Agatha. Alat-alat medis itu tertancap di tubuh Agatha. Gio pun menggunakan pakaian khusus saat berada di dalam sana. Gio mengusap punggung tangan Agatha. “Banyak yang menyayangimu.” Gio menunduk. “Kau harus bangun…” Tidak ada pergerakan. Tubuh Agatha seakan kaku. Seperti mayat hidup. Gio mengecup beberapa kali punggung tangan Agatha. “Agatha…” lirih Gio. “Jangan tinggalkan aku.” Gio memejamkan mata. satu tetes air matanya keluar. Gio cepat-cepat mengusapnya. Takutnya Agatha melihatnya. “Aku mencintaimu.” Gio berdiri—mengecup dahi Agatha. “Aku mencintaimu. Dari dulu sampai sekarang. Dan tidak akan pernah berubah.” Gio tersenyum tipis. “Jangan lama-lama tidurnya.” Tangannya mengusap pipi Agatha pelan. Ia berhenti sampai ada bunyi dering ponselnya. Gio menjauh—merogoh saku celananya dan mengangkat siapa yang meneleponnya. “Kami sudah menangkapnya, Sir. Kami sudah membawa dia ke tempat yang anda inginkan.” “Aku akan ke sana.” Gio