Home / Romansa / Perjanjian Panas dengan Bos Arogan / Chapter 311 - Chapter 320

All Chapters of Perjanjian Panas dengan Bos Arogan: Chapter 311 - Chapter 320

471 Chapters

Chapted 311

“Tapi seharusnya bukan disebut sebagai cium lo tuan..” Agatha terkekeh pelan. “Kan kalau di luar negeri itu seperti cipika-cipiki..” “Lagipula bibirku tidak sepenuhnya menempel.. hanya.” Agatha sendiri bingung menjelaskannya. Agatha menggerakkan jarinya. “Hanya sedikit sekali menempel di pipi anda.” Gio lagi-lagi hanya tertawa kecil. Konyol sekali. Melihat Gio yang seperti itu, Agatha sedikit takut. Bagaimana jika Gio marah dengannya, kemudian menyuruh nyonya untuk memecatnya. “Saya minta maaf tuan. Seharusnya saya tidak melakukan hal itu. saya terlalu lancang,” ucap Agatha. Gio diam dan menatap Agatha dengan datar. “Karena kau minta maaf dengan tulus, aku bisa menerimanya.” Gio bersindekap. Agatha tersenyum dengan puas. tidak sadar menggerakkan jemarinya menjadi kepalan tangan. “Berarti sudah ya tuan. Saya akan pergi. kita sudah tidak punya masalah.” Agatha menatap Gio dengan hati-hati. “Belum.” Gio melangkah mendekat. “Beritahu aku apalagi yang dikatakan oleh
Read more

Chapter 312

Agatha melotot. Demi apapun ia harus segera kabur. Tapi. Pada saat ia ingin bangkit. Justru pinggangnya ditarik. Didekap oleh tangan besar itu. Hingga ia merasakan benda kenyal nan basah yang bergerak di atas bibirnya dengan lembut. Fuck! Tuan Gio menciumnya. Agatha bangkit dengan paksa. “A-aku… aku..” Agatha menunjuk Gio dengan gugup. “Aku akan melupakan kejadian ini. Aku tidak akan menganggap hal tadi terjadi.” Setelah itu segera kabur!Berlari terbirit-birit meninggalkan Gio yang masih berdiri di tempat. Gio mematung, menatap kepergian Agatha dengan kosong. Bagaimana bisa ia lepas kendali seperti tadi. “Sial,” umpat Gio. Tapi, tadi memang menyenangkan. Bukan menyenangkan. Tapi sedikit… manis mungkin. Reflek tangannya menyentuh bibirnya sendiri. Gio berkacak pinggang. “Ayo lupakan..” lirihnya. “Lupakan….” Memejamkan mata. “Dia bukan siapa-siapa.” Gio mengacak rambutnya frustasi. Ia mengambil kucingnya dan menggendongnya. Kemudian berjalan masuk ke dalam mansion.
Read more

Chapter 314

Agatha mengangguk.. Jujur ia tidak tahu harus bagaimana. Karena kesedihan dan penderitaan orang lain itu berbeda-beda. “Dari aku kecil, aku selalu bergantung pada obat-obatan. Aku pernah menjalin operasi, aku kira semua selesai dan aku sudah sembuh.” “Tapi ternyata, aku harus masih rutin ke rumah sakit. Check up segala macam dan masih harus minum obat..” jelas Gio. “Keluargaku tidak tahu. Mereka pikir aku baik-baik saja. mereka pikir aku sangat sehat karena aku selalu menghabiskan waktu bekerja dan tidak pernah memikirkan apapun.” Agatha menoleh. menatap Gio dari samping. “Jangan tatap aku dengan tatapan kasihan,” ucap Gio sembari menoleh kemudian menatap Agatha. Agatha mengerjap. kenapa tiba-tiba marah padahal ia tidak melakukan apapun. Hanya menatap saja kan. Tidak melakukan apapun. “Kenapa aku harus kasihan? Hidupku harus lebih dikasihani.” Agatha mengerucutkan bibirnya. “Aku miskin, aku tidak bisa membeli barang-barang bagus. untuk makan saja susah. lalu aku j
Read more

Chapter 315

Agatha terbelalak. Lagi, bosnya yang arogan ini menciumnya. Gio menarik tengkuk Agatha dan melumat bibir wanita itu. Seumur hidup tidak pernah merasakan bibir yang semanis ini, seperti milik Agatha. Gio memang gila, ia mencium Agatha meski wanita itu memberontak. Sampai Agatha mendorongnya kuat hingga pangutan di bibir mereka terlepas. “Anda keterlaluan.” Tidak menunggu waktu yang lama, Agatha langsung kabur. Berlari terbirit-birit seperti melihat hantu. Agatha masuk ke dalam kamarnya. Menutup pintu kamarnya. Kemudian tubuhnya merosot ke bawah. Jemarinya terangkat menyentuh bibirnya. “Kenapa dia melakukannya?” tanya Agatha. “Apa aku terlihat murahan? Apa aku terlihat seperti wanita jalang?” Agatha memejamkan mata. “Dan bagaimana jika nyonya tahu? Bagaimana jika nyonya tahu jika cucunya menciumku?” Agatha menghela nafas. “Aku pasti akan langsung dipecat!” Tok tok!Suara pintunya diketuk. Agatha harus bersiap untuk melakukan tugasnya. Di sisi lain. Gio kembali ke ruan
Read more

Chapter 316

Malam harinya… Agatha baru saja selesai dengan pekerjaannya. Ia berjalan memasuki lorong kamar para maid. Enak sekali menjadi maid seperti biasanya, bekerja bersama-sama. Selesai lebih awal. Sedangkan dirinya? Harus mengerjakan semuanya sendiri karena dikucilkan tidka boleh terlihat oleh majikan. “Kau dipanggil nyonya.” Itu suara Riska. Perempuan itu bersandar di depan pintu kamarnya. “Aku yakin sekali kali ini kau akan dipecat,” ucapnya sembari mengejek. Agatha tidak mengindahkan ucapan Riska. Ia langsung memutar tubuhnya dan berjalan pergi. Ia berjalan ke perpustakaan di mana terakhir kali ia bertemu dengan nyonya. Sampai di sana, benar saja. Margaret sudah duduk menunggunya. “Duduk,” ucap Margaret dengan dingin. Agatha berjalan mendekat dan mengambil duduk di hadapan Margaret. “Kau melanggar perjanjian kita.” Margaret menatap Agatha. “Aku sudah bilang, jauhi cucuku. Tapi kau tidak pernah mematuhi perjanjian itu dan terus saja bertemu dengan cucuku diam
Read more

Chapter 317

Bohong kalau Agatha tidak sedih. 3 bulan ia bekerja keras agar bisa dipertahankan dan menjadi pegawai tetap. Tapi kenyataannya hanya masalah sepele ia dikeluarkan begitu saja. Sekarang ia harus hidup ke mana dan menjadi apa. Akhirnya setelah berjalan cukup lama. Agatha berhenti di depan sebuah minimarket. Sekedar membeli mie gelas dan air untuk mengisi kekosongan perutnya. Agatha mengambil duduk di bangku. Memakan makanannya dengan lahap. Ponselnya berbunyi. layar ponselnya itu mulai retak. Agatha menerima pesan dari Mina. Mina menyesal karena tidak bisa membantu Agatha. Agatha menghela nafas dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. Ia tidak memiliki tabungan. Tinggal uang yang ada di dompetnya saja. Itupun tidak banyak, hanya beberapa ia peroleh dari pesangon. Agatha menutup kedua matanya dengan tangannya. Sampai akhirnya bangku di hadapannya berderit. Ketika membuka mata. ia langsung berhadapan dengan pria yang menjadi penyebab hidupnya menjadi kacau. “Kena
Read more

Chapter 318

Keputusan sudah tidak bisa dirubah. Yang artinya, Agatha benar-benar menerima tawaran Gio untuk menjadi asisten pribadi. Saat ini, mobil melaju ke kediaman Gio yang berjarak cukup jauh dari minimarket. Beberapa kali Agatha terkantuk dan menabrak kaca mobil. Sedangkan Gio sama sekali tidak terganggu, Gio masih memegang tablet di tangannya. mengurus entah apa yang bisa diurusnya saat ini. Sampai akhirnya, mereka sampai juga di kediaman Gio. Agatha membuka mata. Mengambil tasnya dan mengikuti Gio masuk ke dalam Mansion. Tidak kalah besar dan mewah, Mansion ini begitu indah. Agatha tercengang beberapa saat. Mansion sebesar ini hanya dihuni satu orang, sisanya maid dan beberapa penjaga yang jumlahnya tidak banyak. “Ikut denganku,” ucap Gio. Gio melangkah, menaiki tangga. Memasuki sebuah kamar. kamar yang memiliki interior berwarna abu-abu. Agatha berdiam diri di ambang pintu. Sampai Gio menoleh ke belakang. Menatapnya dengan tajam. Akhirnya Agatha terkekeh s
Read more

Chapter 319

“Aku menerimanya,” akhirnya.. Agatha memejamkan mata. Hanya cium kan? Hanya? Entahlah. Agatha sudah diambang keputusasaan. Ia tidak lagi memberontak, menerima saja yang ada di depan kepalanya. “Pergilah ke kamarmu,” titah Gio. “Saya—” “Di luar ada yang membantumu.” Agatha mengangguk paham. Selanjutnya ia memutar tubuhnya dan berjalan pergi ke pintu. Tapi sebelum mencapai pintu, tangannya ditarik lebih dulu. Kemudian dalam hitungan seperkian detik, tubuhnya sudah didekap oleh pria itu. Tuan Gio memeluknya. Ini menjadi yang kedua kalinya. Gio menghirup aroma vanila dari Agatha. Harum, menenangkan dan ia suka. Namun, parfum Agatha bukanlah parfum mahal. Ia yakin parfum yang digunakan oleh perempuan ini merupakan parfum murah yang bisa dibeli oleh banyak orang. Tapi entah kenapa ia suka. “Tuan..” lirih Agatha. Ia diam, tidak membalas namun hanya membiarkan Gio memeluknya. Tubuhnya yang kecil terasa berat dipeluk tubuh besar Gio. Agatha menggeleng pelan
Read more

Chapter 320

Pagi sekali Agatha bangun. Bahkan sebelum jam lima. Ia berusaha mempelajari selera Gio. Apa yang dimakan pria itu. apa yang tidak dimakan oleh pria. Apa yang disuka dan tidak disuka oleh pria itu. Ada satu fakta yang diketahui Agatha mengenai Gio. Pria itu benar-benar perfeksionis dan super bersih. Mansion ini harus benar-benar bersih, tidak boleh ada debu sedikitpun. Untuk sarapan ada koki yang memasak. Namun untuk masalah kopi, Agatha harus belajar dari koki. Ia harus belajar membuat kopi sendiri. Setelah membuat kopi, ia berjalan ke kamar Gio. Berjalan pelan sampai mengetuk pelan pintu kamar. “Apa sudah bangun?” tanyanya pada diri sendiri. “Masuk!” Agatha masuk pelan. Ia membawa kopi yang sudah berada di atas nampan. Gio menoleh sebentar sebelum melenggang pergi. Pria itu baru saja bangun tidur. Hanya menggunakan celana pendek tanpa atasan. Tubuhnya shirtless… Agatha sempat menahan nafas sejenak dan langsung mengalihkan pandangannya. “Tu—” baru
Read more

Chapter 321

Gio tersenyum miring. Ia semakin mendekat—seperti sedang mencari sesuatu. Namun tidak menemukannya. “Kenapa baumu berbeda?” tanya Gio. Agatha mengernyit. reflek mencium bau tubuhnya sendiri. “Apanya tuan? Saya tidak bau..” “Kenapa kau tidak menggunakan parfum kemarin?” tanya Gio. Dengan polosnya Agatha membalas. “Habis.” Gio berdecak. “Beli bahannya dan buat parfum itu.” Kok jadi mengatur sampai parfum ini tuan sombong..“Iya nanti kalau saya gajian.” “Beli sekarang.” Gio mengeluarkan dompetnya. Mengeluarkan lembaran uangnya berwarna merah. Sebanyak 10 lembar kemudian diberikannya pada Agatha. “Beli.” Agatha dengan bingung menatap uang yang berada di tangannya. “Tidak butuh sebanyak ini juga..” balasnya. “Aku malas membuka dompetku kembali, bawa uangnya semua.” Gio menatap Agatha. Agatha bingung yang hanya berdiam bengong. “Kau ingin melihatku bergantia pakaian?” tanya Gio. Agatha melotot dan menggeleng. “Tidak!” Segera pergi dari ruang wardrobe. Gio tersenyum tipi
Read more
PREV
1
...
3031323334
...
48
DMCA.com Protection Status