Bohong kalau Agatha tidak sedih. 3 bulan ia bekerja keras agar bisa dipertahankan dan menjadi pegawai tetap. Tapi kenyataannya hanya masalah sepele ia dikeluarkan begitu saja. Sekarang ia harus hidup ke mana dan menjadi apa. Akhirnya setelah berjalan cukup lama. Agatha berhenti di depan sebuah minimarket. Sekedar membeli mie gelas dan air untuk mengisi kekosongan perutnya. Agatha mengambil duduk di bangku. Memakan makanannya dengan lahap. Ponselnya berbunyi. layar ponselnya itu mulai retak. Agatha menerima pesan dari Mina. Mina menyesal karena tidak bisa membantu Agatha. Agatha menghela nafas dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. Ia tidak memiliki tabungan. Tinggal uang yang ada di dompetnya saja. Itupun tidak banyak, hanya beberapa ia peroleh dari pesangon. Agatha menutup kedua matanya dengan tangannya. Sampai akhirnya bangku di hadapannya berderit. Ketika membuka mata. ia langsung berhadapan dengan pria yang menjadi penyebab hidupnya menjadi kacau. “Kena
Keputusan sudah tidak bisa dirubah. Yang artinya, Agatha benar-benar menerima tawaran Gio untuk menjadi asisten pribadi. Saat ini, mobil melaju ke kediaman Gio yang berjarak cukup jauh dari minimarket. Beberapa kali Agatha terkantuk dan menabrak kaca mobil. Sedangkan Gio sama sekali tidak terganggu, Gio masih memegang tablet di tangannya. mengurus entah apa yang bisa diurusnya saat ini. Sampai akhirnya, mereka sampai juga di kediaman Gio. Agatha membuka mata. Mengambil tasnya dan mengikuti Gio masuk ke dalam Mansion. Tidak kalah besar dan mewah, Mansion ini begitu indah. Agatha tercengang beberapa saat. Mansion sebesar ini hanya dihuni satu orang, sisanya maid dan beberapa penjaga yang jumlahnya tidak banyak. “Ikut denganku,” ucap Gio. Gio melangkah, menaiki tangga. Memasuki sebuah kamar. kamar yang memiliki interior berwarna abu-abu. Agatha berdiam diri di ambang pintu. Sampai Gio menoleh ke belakang. Menatapnya dengan tajam. Akhirnya Agatha terkekeh s
“Aku menerimanya,” akhirnya.. Agatha memejamkan mata. Hanya cium kan? Hanya? Entahlah. Agatha sudah diambang keputusasaan. Ia tidak lagi memberontak, menerima saja yang ada di depan kepalanya. “Pergilah ke kamarmu,” titah Gio. “Saya—” “Di luar ada yang membantumu.” Agatha mengangguk paham. Selanjutnya ia memutar tubuhnya dan berjalan pergi ke pintu. Tapi sebelum mencapai pintu, tangannya ditarik lebih dulu. Kemudian dalam hitungan seperkian detik, tubuhnya sudah didekap oleh pria itu. Tuan Gio memeluknya. Ini menjadi yang kedua kalinya. Gio menghirup aroma vanila dari Agatha. Harum, menenangkan dan ia suka. Namun, parfum Agatha bukanlah parfum mahal. Ia yakin parfum yang digunakan oleh perempuan ini merupakan parfum murah yang bisa dibeli oleh banyak orang. Tapi entah kenapa ia suka. “Tuan..” lirih Agatha. Ia diam, tidak membalas namun hanya membiarkan Gio memeluknya. Tubuhnya yang kecil terasa berat dipeluk tubuh besar Gio. Agatha menggeleng pelan
Pagi sekali Agatha bangun. Bahkan sebelum jam lima. Ia berusaha mempelajari selera Gio. Apa yang dimakan pria itu. apa yang tidak dimakan oleh pria. Apa yang disuka dan tidak disuka oleh pria itu. Ada satu fakta yang diketahui Agatha mengenai Gio. Pria itu benar-benar perfeksionis dan super bersih. Mansion ini harus benar-benar bersih, tidak boleh ada debu sedikitpun. Untuk sarapan ada koki yang memasak. Namun untuk masalah kopi, Agatha harus belajar dari koki. Ia harus belajar membuat kopi sendiri. Setelah membuat kopi, ia berjalan ke kamar Gio. Berjalan pelan sampai mengetuk pelan pintu kamar. “Apa sudah bangun?” tanyanya pada diri sendiri. “Masuk!” Agatha masuk pelan. Ia membawa kopi yang sudah berada di atas nampan. Gio menoleh sebentar sebelum melenggang pergi. Pria itu baru saja bangun tidur. Hanya menggunakan celana pendek tanpa atasan. Tubuhnya shirtless… Agatha sempat menahan nafas sejenak dan langsung mengalihkan pandangannya. “Tu—” baru
Gio tersenyum miring. Ia semakin mendekat—seperti sedang mencari sesuatu. Namun tidak menemukannya. “Kenapa baumu berbeda?” tanya Gio. Agatha mengernyit. reflek mencium bau tubuhnya sendiri. “Apanya tuan? Saya tidak bau..” “Kenapa kau tidak menggunakan parfum kemarin?” tanya Gio. Dengan polosnya Agatha membalas. “Habis.” Gio berdecak. “Beli bahannya dan buat parfum itu.” Kok jadi mengatur sampai parfum ini tuan sombong..“Iya nanti kalau saya gajian.” “Beli sekarang.” Gio mengeluarkan dompetnya. Mengeluarkan lembaran uangnya berwarna merah. Sebanyak 10 lembar kemudian diberikannya pada Agatha. “Beli.” Agatha dengan bingung menatap uang yang berada di tangannya. “Tidak butuh sebanyak ini juga..” balasnya. “Aku malas membuka dompetku kembali, bawa uangnya semua.” Gio menatap Agatha. Agatha bingung yang hanya berdiam bengong. “Kau ingin melihatku bergantia pakaian?” tanya Gio. Agatha melotot dan menggeleng. “Tidak!” Segera pergi dari ruang wardrobe. Gio tersenyum tipi
“Aku bisa melakukan apapun Agatha..” ucap Gio. “Meskipun anda berkuasa, tapi ada beberapa hal yang tidak boleh anda lakukan.” “Contohnya?” “Membuat orang lain menderita.” Agatha mundur. “Seperti saat ini. anda senang sekali mempermainkanku hingga membuatku menderita.” Gio melipat salah satu kakinya. “Memangnya apa yang aku lakukan sehingga kau menderita?” tanya Gio. “Anda…” Agatha mengerucutkan bibirnya. “Anda yang senang membuatku kesal, sengaja senang mempermainkanku.. seolah aku hanya mainan.” “Hal itu membuatku menderita.” Gio tersenyum tipis. “Tapi aku membayarmu atas semua perlakuanku padamu,” ucapnya. Agatha menghela nafas. “Tidak semua bisa dibeli dengan uang.” “Berarti kau tidak mau uangku?” Pertanyaan yang benar-benar arogan. Agatha menyerah. Tidak ada gunanya juga berdebat dengan Gio yang memang tidak bisa dilawan. Biar saja, biar saja pria itu bertindak sesukanya. Tugasnya hanyalah menuruti keinginan pria itu dan mendapat imbalan. Sudah cukup, tidak perlu b
“Tuan…” lirih Agatha. Gio memejamkan mata. berusaha mengatur nafasnya. Kedua tangannya semakin memeluk Agatha. “Sesak?” tanya Agatha. Gio hanya sedikit mengangguk. “Anda harus segera ke rumah sakit, tuan..” lirih Agatha. Gio menggeleng. “Aku tidak mau.” Jawaban Gio seperti seorang anak keci yang takut disuntik. Agatha menghela nafas. Yang ia lakukan adalah tangannya terangkat mengusap punggung pria itu pelan. Berusaha untuk menenangkan Gio. “Bagaimana kalau saya temani ke rumah sakit?” tanya Agatha. “Sudah aku bilang, aku tidak suka rumah sakit. Aku sangat muak dengan rumah sakit.” Gio mengurung Agatha ke tembok. Kedua tangannya melingkar di pinggang Agatha dengan nyaman. Yang Agatha rasakan adalah deru nafas Gio yang menerpa lehernya. Jujur rasanya geli dan ia ingin segera melepaskannya. Tapi bukankah hal ini termasuk dalam tugasnya? Tuannya ini sedang sakit, tidak mungkin ia mencari masalah dengan mendorong tubuh Gio. Jika terjadi apa-apa dengan Gio
Agatha benar-benar menemani Gio. Ia duduk di depan ruangan. Sedangkan Gio masuk ke dalam ruangan. Menjalani serangkaian pemeriksaan bersama seorang dokter spesialis. Dokter yang menenanganinya adalah dokter sama yang mengoperasinya ketika ia kecil. “Akhir-akhir ini dada saya sering nyeri dan sesak..” Dokter itu mengangguk. “Apakah kamu meminum obat dengan rutin?” tanya dokter. Gio terdiam. Bukannya tidak meminum obat. Ia hanya sesekali tidak minum obat karena bosan. Lidahnya terasa begitu pahit setelah meminum obat. Seringnya dan banyaknya obat yang ia konsumsi menjadikan lidah dan nafsu makannya turun. “Saya lelah meminum obat, dok.” Gio menjawab pertanyaan dokter itu dengan jujur. “Walaupun begitu obatnya harus diminum secara rutin. Setelah pemeriksaan tadi, keadaan kamu semakin memburuk. Kamu harus minum obat diimbangi dengan makan makanan sehat dan pola hidup yang sehat juga.” “Jangan stress, begadang dan terlalu banyak pikiran,” lanjut dokter. “Kalau kam
“Bagaiamana keadaanmu.” Agatha menatap Gio. “Aku baik-baik saja. tapi aku harus kembali ke rumah sakit.” Gio mengambil tangan Agatha dan menggenggamnya. “Kau ikut denganku.” Agatha berhenti. “Aku tidak bisa bersamamu dulu.” “Aku tidak bisa menerimanya.” Gio tetap menggandeng tangan Agatha. Tapi Agatha tetap kekeh dengan ucapannya yang ia katakan pada keluarga Gio. “Tidak, Gio. Aku tidak bisa…” Agatha mendongak. “Aku akan menemuimu sampai keadaan benar-benar aman.” Gio menghela napas. “Sampai kapan?” “Besok? Lusa? Bulan depan?” tanya Gio. Agatha terdiam. karena dirinya sendiri juga tidak tahu. Tapi setidaknya sampai kekuasaan benar berada di dalam genggamannya. Sampai orang-orang yang mencelekainya ditangkap. “Aduh…” Gio memegang perutnya. “Bagaimana ini… perutku..” Gio menyipitkan mata. “Anda harus ke rumah sakit segera Sir..” dokter mendekat. ia juga khawatir dengan keadaan Gio. Namun diam-diam Gio memberi petunjuk bahwa ia sedang berpura-pura. “Adu duh..”
Beberapa hari yang lalu. Gio tersadar dari komanya. Pertama kali orang yang ia cari adalah Agatha. Ibunya bilang, Agatha pulang. Agatha berjanji tidak akan menemuinya sampai keadaan benar-benar aman. Marah. Tentu saja, neneknya yang membuat Agatha pergi. Gio masih membutuhkan perawatan intensif. Untuk bergerak saja ia tidak bisa. Untuk itu ia mengerahkan orang-orangnya untuk membantunya. Dari pada seperti ini, sudah terlanjur. Maka ia akan meneruskannya saja. Ia akan berpura-pura tidak berhubungan dengan Agatha dahulu sampai Rapat itu dimulai. Pada awalnya ia akan datang awal rapat. Tapi sekali lagi keadaannya tidak memungkinkan. Perutnya masih terasa keram. Alhasil ia datang terlambat—namun masih melihat perkembangan rapat itu lewat kamera kecil. Kamera itu terpasang di pakaian orang yang mewakilinya di sana. “Banyak orang yang menghianatiku juga.” Gio berada di dalam mobil. Melihat orang-orang yang tidak mengangkat tangan untuk Agatha. Orang-orang yang tela
“Tapi Agatha Ethelind Harper baru saja terjun ke dunia bisnis. kinerjanya di dalam perusahaan baru mencapai tahun pertama.” Agatha tersenyum sinis. Menggunakan pengalamannya yang baru sebentar untuk menjatuhkannya. Agatha masih menahan senyumnya—ingin tertawa padahal. Kekurangannya yang diumbar di depan banyak investor. Sedangkan kekuarangan Levin disembunyikan. Agatha menjadi satu-satunya wanita yang berada di dalam ruangan ini. “Siapa yang mendukung Agatha Harper Ethelind menjadi pemimpin sementara?” Satu persatu orang-orang yang mendukung Agatha mengangkat tangan. Sekitar 3… Lalu satu orang mengangkat tangannya… Ternyata Pak Beni… Pak Beni tersenyum sembari mengangguk pada Agatha. Sedangkan pak Robert? Jangan tanya. Pria itu bahkan tidak berani menatap Agatha. seolah tidak mengenal. Tidak seperti tadi… Ternyata… si Mafia itu tidak mendukungnya. Memang, di dalam dunia bisnis tidak bisa ditebak mana yang benar-benar teman. Dan mana yang musuh. Setidaknya
“maaf nona. Hal seperti ini saya pasti tidak akan terulang lagi.” satu bodyguard maju menghadap Agatha. Ada dua mobil yang dicoba dijalankan. Hanya satu yang remnya blong. Mobil yang selalu digunakan oleh Agatha. Agatha berkacak pinggang. ia tidak ingin menghabiskan energinya untuk hal tidak masuk akal seperti ini. Tapi semua ini menyangkut nyawanya. “Sebagai ketua. Kau harus mencari tahu siapa anak buahmu yang berhianat. Aku memberimu waktu sampai jam istirahat makan siang. jika kau tidak bisa menemukan penghianat itu.” Agatha menghela napas. “Ganti semua bodyguard yang mengawalku.” Akhirnya Agatha masuk ke dalam mobil. Selama di dalam mobil, Agatha tidak berhenti cemas. Untuk siapapun yang berusaha membunuhnya. Agatha pastikan akan segera menangkap orang itu. Hidupnya tidak bisa tenang dan dihantui oleh kematian. Akhirnya mobil sampai juga di kantor. Dengan selamat! Agatha masuk ke dalam ruang—disambut oleh sekretarisnya. “Rapat akan dilaksanakan pukul 1
“Sial.” Agatha tidak berhenti mengumpat setelah keluar dari ruang penyidikan. “Aku yakin ada yang menyuruhnya untuk membunuhku.” Agatha mengatakannya pada polisi. Namun polisi itu menghela napas dan terlihat lelah. “Kami sudah menyelidikinya. Kami sudah datang ke tempat tinggalnya. Tidak ada tanda-tanda disuruh orang….” “Tidak mungkin.” Agatha menggeleng. “Pasti ada petunjuk… Aku sering diteror. Tidak mungkin kalau dia hanya menyukaiku. aku yakin dia memang punya niat buruk dan disuruh orang lain.” “Tenanglah..” polisi itu hanya menepuh pelan bahu Agatha. Agatha ingin melayangkan protes tapi ia ditarik oleh seseorang. Pengacara Gio. Akhirnya Agatha dan pengacara Gio berada di dalam mobil untuk berbicara. “tidak ada gunanya berbicara pada polisi. Bukti tidak ada. Mereka juga tidak akan menggap kasus ini serius.” Pengacara Gio memberikan dokumen pada Agatha. Agatha membukanya. Melihat isinya sembari dijelaskan. “Pria itu sudah 2 tahun belakangan mengincar wanita c
Agatha pulang. Berjalan gontai masuk ke dalam penthouse. Tadi.. di rumah sakit. Karena dirinya semuanya malah bertengkar. Orang tua Gio memang berpihak padanya. tapi tidak dengan nenek Gio yang begitu membencinya. Tadi di rumah sakit…. “Jangan lakukan hal itu, Mom.” Aluna lagi-lagi menarik margaret agar menjauh dari Agatha. “Gio bukan anak kecil. Dia dewasa dan dia bisa menentukan apa yang dia inginkan. Dia ingin melindungi Agatha. aku sebagai orang tua tidak bisa mencegahnya dan akan mendukungnya.” “Kamu gila? setelah melihat anakmuu sekarat kamu mengatakan hal ini?” tanya Margaret memegang lengan Aluna. “Sadarlah Aluna, Gio ditusuk pria yang mengincar wanita itu.” margaret menatap Agatha begitu benci. Aluna memijjit keningnya. “Jangan membahas hal ini lebih dulu. Kita tunggu Gio..” “Gio tahu apa yang harus dilakukannya.” Margaret menatap Ethan. “Apa yang kamu lakukan?” “Semua keputusan ada di tangan Gio. Aku sebagai orang tua tidak bisa memaksanya. Begitupun
Setelah memberikan pidato, Agatha tidak tahu Gio ke mana. Ia langsung pergi dan mencari pria itu bersama bodyguard yang lain. Tapi tubuhnya langsung kaku ketika melihat Gio yang tertusuk. Gio dibawa ke rumah sakit. Sedangkan penjahat itu sudah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Agatha tidak bisa berhenti cemas. Ia menunggu Gio di depan ruang ICU. Tubuhnya berlumuran dengan darah… Agatha tidak peduli pada dirinya sendiri. Ia duduk dengan kepala yang menunduk. menunggu berjam-jam Gio yang masih mendapat perawatan oleh dokter. agatha mendongak ketika mendengar suara langkah kaki. Ia melihat kedua orang tua Gio yang baru datang. “Bagaimana keadaannya?” tanya Ethan pada Agatha. “Gio masih dirawat di dalam,” balas Agatha. Ethan menatap Agatha. “Aku yakin kamu sudah tahu kalau kita orang tua Gio. Kami juga sudah tahu kamu kekasih Gio. Kamu bisa jelaskan pada kami bagaimana semuanya bisa terjadi?” Agatha meremas pelan tangannya. Tapi—elusan lembut di bahuny
Semuanya berjalan dengan lancar. Gio yang melindungi Agatha sehingga membuat Agatha benar-benar aman. Namun, Mereka tidak bertemu beberapa hari karena Gio yang ada urusan bisnis di luar negeri. Tapi katanya akan pulang hari ini, entah jam berapa. Agatha berada di dalam mobil—ia sampai di sebuah gedung. Acara yang didatangi adalah sebuah peluncuran produk baru dan peresmian kerja sama antara Harper Advertise dengan brand tersebut. Untuk itu Agatha begitu antusias. Agatha keluar dari mobilnya.. Masuk pelan ke dalam gedung. Ternyata sudah ada beberapa orang yang datang. Semuanya berjalan dengan lancar. Sampai seorang mc menyatakan dengan resmi akan terjalin kerja sama. “Untuk Ibu Agatha waktu dipersilahkan…” Agatha mengangkat micnya. Ia tersenyum ke depan. Namun pandangannya tertuju pada satu pria yang sedang berada di antara orang-orang yang hadir. Pria itu membawa sebuah buket bunga dan tengah tersenyum kepadanya. “Saya Agatha.. saya pemimpin Harper Adve
21++ Memborgol kaki Agatha dengan sisi ranjang. Hingga kedua kaki Agatha terbuka dengan lebar. Agatha benar-benar tidak bisa bergerak. Matanya juga tertutup semuanya gelap. Namun ia menunggu apa yang akan dilakukan pria itu. Gio memasukkan jemarinya ke dalam milik Agatha. menekannya hingga membuat Agatha bergerak gelisah… “Ahh!” Agatha membuka bibirnya. Gio tersenyum miring. “Kau suka?” tanyanya. Agatha mengangguk. “Aku suka..” lirihnya. Gio menggerakkan jarinya maju mundur—menggoda milik Agatha. Agatha tidak bisa menahannya lagi—sampai pelepasannya datang juga. “Ahh!” desah Agatha ketika milik Gio mulai memenuhi miliknya. “Gio ahh!” Gio bergerak menghujam agatha lagi. Tangannya terulur mengusap pipi Agatha… Memasukkan jemarinya ke dalam bibir wanita itu. Gio terus bergerak menghujam Agatha. memenuhi milik wanita itu dengan miliknya terus menerus. Sampai ia menarik borgol di kaki Agatha. Ia mengangkat satu kaki Agatha dan kembali menghujam milik wanita i