Share

Chapter 324

Penulis: Iamyourhappy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-09 18:32:27

Agatha benar-benar menemani Gio.

Ia duduk di depan ruangan. Sedangkan Gio masuk ke dalam ruangan.

Menjalani serangkaian pemeriksaan bersama seorang dokter spesialis.

Dokter yang menenanganinya adalah dokter sama yang mengoperasinya ketika ia kecil.

“Akhir-akhir ini dada saya sering nyeri dan sesak..”

Dokter itu mengangguk. “Apakah kamu meminum obat dengan rutin?” tanya dokter.

Gio terdiam.

Bukannya tidak meminum obat. Ia hanya sesekali tidak minum obat karena bosan.

Lidahnya terasa begitu pahit setelah meminum obat.

Seringnya dan banyaknya obat yang ia konsumsi menjadikan lidah dan nafsu makannya turun.

“Saya lelah meminum obat, dok.” Gio menjawab pertanyaan dokter itu dengan jujur.

“Walaupun begitu obatnya harus diminum secara rutin. Setelah pemeriksaan tadi, keadaan kamu semakin memburuk. Kamu harus minum obat diimbangi dengan makan makanan sehat dan pola hidup yang sehat juga.”

“Jangan stress, begadang dan terlalu banyak pikiran,” lanjut dokter.

“Kalau kam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 325

    Hari ini cukup menyenangkan juga. Agatha lama sekali tidak pergi ke pantai. Namun mereka datang di waktu yang kurang tepat, cuacanya begitu panas. Agatha berlari ke arah pasir yang berwarna putih. “Aaaaaa!” merentangkan tangannya. Agatha berlari, tubuhnya berputar.. Sedangkan di belakang, Gio hanya memperhatikan wanita itu sambil menggeleng pelan. Gio berdecak malas… Alasan Agatha ingin ke sini karena wanita itu ingin bersenang-senang sendiri. Lihat saja.. betapa senangnya Agatha. Sekarang wanita itu sedang berjalan ke arah air laut. “Agatha!” teriak Gio dari belakang. Agatha mendadak berhenti. pikirannya mendadak dikembalikan. Kewarasannya langsung menjadi penuh lagi. Hanya melihat laut ia melupakan seseorang yang datang bersamanya. Ia menoleh ke belakang. “Ke sini, sir!” melambaikan tangannya. Berani-beraninya menyuruh Gio untuk mendekat. Gio menggeleng sembari berdecak pelan. “Tidak!” “Lepas sepatumu, Sir. Ke sini sebentar!” teriak Agatha lagi. “Lihat aku..” Agat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 326

    Setelah bermain di pantai, waktunya menjalani rutinitas. Gio sampai di kantor. Ia menata pakaiannya sebelum turun. Di sanalah ia sudah ditunggu oleh sekretarisnya. “Sir, ada dokumen dari tuan Ethan,” ucap sekretarisnya. Gio mengangguk. Sesampainya di dalam ruangannya. Gio membuka dokumen itu. Detail proyeknya. Beberapa risiko yang akan dialami jika masih meneruskan proyek itu. Semuanya, sudah dianalisis oleh tim Ethan. Gio melempar dokumen itu di atas meja. Menghadapi krisis kepercayaan dirinya. Gio mengusap wajahnya kasar. Bagaimana bisa ia memimpin perusahaan jika masih diatur seperti ini? Bagaimana dirinya menjadi pempimpin yang besar jika apa-apa masih dikekang. Gio menerima satu pesan dari ayahnya. “Gio kali ini papa menenatang keputusan kamu yang ingin meneruskan proyek tersebut. Kamu harus berhenti, cukup sampai di sini. Papa tidak ingin kamu menghancurkan perusahaan.” Gio menutup ponselnya. Tok tok. “Sir, saya membawa rondown acara untuk besok

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 327

    Agatha memejamkan mata. Membiarkan Gio menciumnya. Lagi-lagi karena ini adalah tugasnya. Ia sudah menyetujuinya. Gio menarik tengkuk Agatha, memperdalam ciuman mereka. Agatha mendongak—ia membuka mata. Di sanalah ia melihat wajah tampan Gio yang sedang memejamkan mata. Kedua tangan Gio menarik pinggannya. Mengusap pinggangnya pelan. Tidak tahu sampai berapa lama… Agatha merasa harus dihentikan segera. Tangannya mendoorong Gio menjauh. “Sir..” Gio melepaskan Agatha. Menunduk.. melihat wajah Agatha yang memerah. Dengan bibir yang basah akibat ulahnya. Bukankah ini terlalu jauh? Tapi Gio sendiri sulit menghentikannya. “Jika anda sudah tenang..” “Aku akan pergi.” Agatha mendongak. memberanikan diri menatap Gio. Dalam dadanya bergemuruh. Detak jantungnya kian cepat. Ia tidak tahu apalagi yang harus ia lakukan. Malu, sudah pasti iya. Gio menatap makanan itu. “Suapi aku.” “Apa?” tanya Agatha sekali lagi. “Suapi aku.” Gio mengambil tabletnya. “Ada hal

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 328

    “Kenapa?” tanya Agatha. “Bagus looh..” “Aku tidak suka.” Gio memandang Agatha dengan dahi yang mengernyit. Gio tidak suka melihat Agatha menggunakan pakaian itu. Karena… Kemeja putih itu jelas mencetak tubuh Agatha sehingga lekuk tubuh Agatha bisa terlihat. Lantas, rok itu juga menampilkan kaki Agatha yang begitu jenjang dan menggoda. Bagaimana jika ada pria lain yang melihatnya? Tidak mungkin. “Yasudah..” Agatha menghela nafas. “Aku—Saya akan berpakaian biasa untuk bekerja.” “Baguslah.” Gio mengangguk. Tangan Gio terangkat. Kali ini.. Gio menyentuh dagu Agatha. “Kenapa kau memejamkan mata?” tanya Gio. Agatha membuka mata. “Takut!” balas Agatha. “Aku tidak sedang ingin menciummu.” Gio tersenyum remeh. “Iya, sir iya. Saya mengerti kok…” Agatha sembari mengusap dadanya. “Kenapa kau kaku sekali? kau tidak pernah ciuman dengan pacarmu?” tanya Gio. Agatha mengerjap. “Bukan urusan anda.” “Lagipula kenapa nada senang memeluk dan mencium saya?” tanya Agatha k

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 329

    “Katakan saja jika kau memang tertarik denganku, tapi kau takut..” Gio tersenyum miring. Agatha memberanikan diri untuk mendongak. “Tidak ada gunanya juga jika aku memang tertarik dengan anda.” “Tidak ada untungnya.” Rahang Gio mengeras. Sungguh, ia tidak pernah ditolak seterang-terangan ini. Apakah Agatha ini perempuan normal? Kenapa tidak tertarik dengannya yang jelas-jelas begitu sempurna sebagai laki-laki. “Kau—” “Saya harus pergi, Sir.” Agatha menyingkirkan lengan Gio yang menghalanginya. “Tugas saya sudah selesai. anda sudah minum obat, sudah makan dan sudah lebih tenang.” “Jadi saya akan pergi.” Agatha melenggang pergi begitu saja. Santai sekali, tanpa menoleh ke belakang lagi. Tanpa melihat wajah Gio yang penuh dengan kekesalan. Gio hanya menggeleng pelan dan membiarkan Agatha pergi. “Akan kupastikan kau bertekuk lutut denganku,” ucap Gio dengan janjinya. ~~Keesokan harinya. Gio datang ke kantor. “Sir ini dokumen yang anda butuhkan,” ucap Cika sekretarisnya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 330

    Agatha sedang menyiapkan bekal makan siang untuk Gio. Mulutnya ini memang sering sekali berbicara yang tidak perlu. Karena ulah dari mulutnya sendiri dirinya harus ke kantor setiap siang. Agatha menggeleng pelan. Ia duduk di hadapan koki mansion. “Bagaimana makanan yang terakhir kali? Apa tuan Gio menyukainya?” tanya koki itu. Koki itu laki-laki. Cukup tampan dan masih muda. Usianya di bawah Agatha. Namun diusianya yang muda ternyata sudah banyak prestasi di bidang masak sehingga diangkat menjadi koki pribadi oleh Gio. Tentu saja bayarannya di sini begitu fantastis, melebihi bekerja di restoran. Agatha mengangguk. “Dia.. maksudku tuan menyukai masakanmu. Tuan menghabiskan semuanya..” “Benarkah?” tanya Oki dengan antusias. “Benarkah dihabiskan semuanya?” tanyanya lagi. Agatha mengangguk. “Iya..” ia malah bingung dengan Oki yang antusias. “Memangnya tuan tidak pernah menghabiskan makanannya?” tanya Agatha. Dari wajah Oki yang begitu gembira membuat Agatha

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 331

    Agatha menatap perusahaan besar yang berada di hadapannya. Ini pertama kalinya ia datang. Huh.. Takut. Bagaimana jika… Tidak, jangan memikirkan hal yang buruk dulu. Sekarang ayo ke dalam dan mengantar bekal yang berada di tangannya. Agatha sudah berada di lift, katanya disuruh langsung masuk dan pergi ke lantai teratas gedung. Saat lift terbuka, Agatha segera keluar. Ia memandang lorong kosong… Semuanya berwarna hitam.. Di ujung lorong ada satu meja yang terisi oleh satu orang wanita. Ia yakin, itu adalah pegawai tuan Gio. “Permisi…” Agatha tersenyum. “Saya datang mengantar bekal tuan Gio.” Sekretaris Gio mendongak. Menatap Agatha dari atas hingga bawah. “Tuan Gio sedang rapat,” balas Cika. “Anda bisa meninggalkan bekal tersebut di sini. saya tidak bisa memastikan jam berapa tuan Gio selesai.” Agatha mengangguk. “Baik, saya taruh di sini..” Agatha menaruh bekal itu di atas meja sekretaris Tuan Gio. Setelah itu Agatha pergi. Sebelum ia masuk ke dal

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 332

    “Maafkan saya. Seharusnya saya tidak menyuruh anda pergi begitu saja,” ucap Cika penuh penyesalan. Agatha mengernyit. “Tidak masalah.” Cika berdiri dan membukakan pintu untuk Agatha. “Silahkan masuk.” Agatha menggeleng aneh. Sesampainya di dalam ruangan. Ia melihat Gio yang berada di sebuah kursi. Tetap, pria itu terlihat sibuk meski sedang istirahat. “Kenapa kau hanya berdiri di sana seperti patung?” tanya Gio. “Melihat anda bekerja.” Gio menangkat kepalanya. “Memangnya aku setampan itu sampai-sampai kau terus menatapku?” Agatha memutar bola matanya malas. Mulai… “Jadi saya ke sini untuk melihat anda yang sibuk bekerja?” tanya Agatha. Gio menunjuk bekal tersebut. “Cepat suapi aku.” Agatha mendekat—membuka bekal yang ia bawa tadi. Kesal karena Gio masih saja sibuk bekerja meski waktunya makan dan istirahat. “Sir..” panggil Agatha. “Bisakah anda berhenti sebentar?” tanya Agatha. “Tidak.” Balas Gio. Agatha menyipitkan mata dengan kesal. Menyuapi bayi besar. Agatha b

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11

Bab terbaru

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 623 Ending

    GUYS INI CHAPTER TERAKHIR. SEMOGA SUKA YA... Aiden memutuskan untuk pergi langsung tanpa sarapan. ia pergi ke parkiran yang terletak di samping. Di sanalah motornya tersimpan… Namun ia berhenti ketika melihat ayahnya yang berada di samping motornya. “Kenapa dad di sana?” tanya Aiden mengernyit. “Dad ingin membuang motorku?” tanya Aiden lagi. Gio menghela napas. Kemudian tangannya terulur mengusap motor Aiden pelan. “Warnanya bagus… helmnya juga cocok.” Gio tersenyum. “Kamu membelinya dengan uang kamu sendiri ya?” kemudian mengangguk. “Motornya bagus.” Aiden mengernyit. Kemudian mendekat. “Apa yang terjadi dengan Dad?” Gio mengusap pelan bahu anaknya. “Dad minta maaf, Dad tidak tahu kalau Dad bersalah pada kamu. Dad sering mengabaikan kamu. Dad menganggap enteng acara penting kamu. Dad terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kamu…” “Dad juga lupa kalau semua anak pasti melakukan kesalahan…” Gio tersenyum. “Dad seharusnya memuji kamu daripada

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 623 Ending

    GUYS INI CHAPTER TERAKHIR. SEMOGA SUKA YA... Aiden memutuskan untuk pergi langsung tanpa sarapan. ia pergi ke parkiran yang terletak di samping. Di sanalah motornya tersimpan… Namun ia berhenti ketika melihat ayahnya yang berada di samping motornya. “Kenapa dad di sana?” tanya Aiden mengernyit. “Dad ingin membuang motorku?” tanya Aiden lagi. Gio menghela napas. Kemudian tangannya terulur mengusap motor Aiden pelan. “Warnanya bagus… helmnya juga cocok.” Gio tersenyum. “Kamu membelinya dengan uang kamu sendiri ya?” kemudian mengangguk. “Motornya bagus.” Aiden mengernyit. Kemudian mendekat. “Apa yang terjadi dengan Dad?” Gio mengusap pelan bahu anaknya. “Dad minta maaf, Dad tidak tahu kalau Dad bersalah pada kamu. Dad sering mengabaikan kamu. Dad menganggap enteng acara penting kamu. Dad terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kamu…” “Dad juga lupa kalau semua anak pasti melakukan kesalahan…” Gio tersenyum. “Dad seharusnya memuji kamu daripada

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 623 Ending

    GUYS INI CHAPTER TERAKHIR. SEMOGA SUKA YA... Aiden memutuskan untuk pergi langsung tanpa sarapan. ia pergi ke parkiran yang terletak di samping. Di sanalah motornya tersimpan… Namun ia berhenti ketika melihat ayahnya yang berada di samping motornya. “Kenapa dad di sana?” tanya Aiden mengernyit. “Dad ingin membuang motorku?” tanya Aiden lagi. Gio menghela napas. Kemudian tangannya terulur mengusap motor Aiden pelan. “Warnanya bagus… helmnya juga cocok.” Gio tersenyum. “Kamu membelinya dengan uang kamu sendiri ya?” kemudian mengangguk. “Motornya bagus.” Aiden mengernyit. Kemudian mendekat. “Apa yang terjadi dengan Dad?” Gio mengusap pelan bahu anaknya. “Dad minta maaf, Dad tidak tahu kalau Dad bersalah pada kamu. Dad sering mengabaikan kamu. Dad menganggap enteng acara penting kamu. Dad terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kamu…” “Dad juga lupa kalau semua anak pasti melakukan kesalahan…” Gio tersenyum. “Dad seharusnya memuji kamu daripada

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 622

    “Puas membuat kawatir orang tua? Puas bermain-main dengan acara penting?” tanya Gio pada Aiden. Aiden berhenti. pada langkah yang ketiga di tangga. Laki-laki itu berhenti dan menghadap ayahnya. “Bagaimana rasanya?” tanya Aiden sembari tersenyum. “Kalian tidak pernah datang ke acara pentingku. Jadi aku ingin melakukannya juga…” “Bagaimana rasanya?” tanyanya. “Aiden!” Gio memijit keningnya yang terasa pusing. “Kami melakukannya karena ada alasannya.” “Aku juga punya alasan untuk tidak datang ke acara itu.” Aiden memutar tubuhnya. berjalan—sampai Gio memanggilnya lagi. “Acara balapan yang kamu maksud?” tanyanya. “Balapan tidak jelas seperti itu? jika ingin balapan di sirkuit bukan di jalan raya. Kamu membahayakan orang lain. kamu juga membahayakan diri kamu sendiri.” “Aiden kamu jangan melakukan hal seperti ini lagi ya..” Agatha menatap putranya. “Mom dan Dad tidak akan melakukan hal seperti dulu lagi.” “Kalau kamu mau balapan, kamu bisa mengajak kamu ke sir

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 621

    Di sinilah… Raini pergi ke atap gedung. Sendirian di tengah gelap yang hanya diterangi oleh cahaya rembulan yang bersinar dengan terang. Raini membiarkan rambutnya tertiup angin ke sana ke mari. Kedua tangannya bersandar pada dinding pembatas. Tempatnya memang di sini. Jelas dirinya dan Aiden sangat berbeda. Aiden memang lebih cocok dengan perempuan bernama Talia itu. Tadi, Raini melihat mereka dari kejauhan. Talia pasti dari keluarga yang memiliki perusahaan besar juga. Mereka memang cocok. Lantas… Kenapa hatinya sedikit tidak rela ya? Apa mungkin ia tidak rela jika Aiden bersama perempuan lain? Tidak! Sampai kapanpun Raini tidak boleh mendambakan apa yang tidak boleh didambakan. Tempatnya di sini… Menyingkir lalu tidak terlihat oleh siapapun. “Jadi seperti ini ya pemandangan kota dari atas gedung tinggi..” Raini tersenyum pelan. “Maklum orang kampung…” Raini menggeleng pelan. “Ternyata sangat bagus. pantas saja banyak orang kampung yang berbondong-b

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 620

    Seorang pemuda dengan setelan kemeja dan jas rapi baru saja turun dari mobil. Langkahnya mantap—kemudian disusul oleh perempuan yang berada di belakangnya. Perempuan cantik yang menggunakan dress berwarna putih. Nampak sangat cantik dengan rambut panjang yang digerai… Aiden menyodorkan lengannya. Raini tersenyum manis dan menggandeng tangan Aiden. Tahukah permintaan Aiden? Ya, membawa Raini untuk pergi ke pesta bersamanya. Lantas, Raini harus menuruti permintaan lelaki itu jika ingin lelaki itu hadir di pesta. Raini tidak pernah berhadapan dengan orang segila Aiden. Tapi mari imbangi kegilaan Raini. Bersikap seperti apa kemuan Aiden saja. Raini berjalan dengan hati-hati. di luar ternyata banyak sekali kamera wartawan yang menyorot dirinya. Pasti mereka akan membuat berita dan bertanya-tanya tentang identitasnya. Raini bersumpah… Pasti setelah ini, kehidupan sekolahnya kian rumit. Pasti akan muncul rumor aneh tentan dirinya dan Aiden. Aiden dan Raini b

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 619

    “Dia di mana?” Agatha berkacak pinggang sembari mondar-mandir. Ia sudah berdandan rapi namun Aiden malah belum pulang… Gio menggenggam tangan Agatha. “Kali ini aku tidak bisa mentolerir perbuatannya..” “Tunggu sebentar. dia pasti pulang.” Agatha mengeluarkan ponselnya.. Melakukan panggilan berkali-kali namun satupun tidak dijawab. “Ayo kita berangkat..” nampak wajah Gio begitu dingin. Hanya berjalan beberapa langkah saja.. “Bagaimana kalau kita menunggu sedikit lebih lama..” Agatha mendongak. “Aku yakin dia akan segera pulang.” Gio menatap jam tangannya. “Kalaupun pulang dia butuh berganti pakaian segala macam. Kita tidak ada waktu sayang.” Agatha akhirnya mengangguk. menyetujui untuk berangkat. Akhirnya dengan berat hati Agatha dan Gio berangkat tanpa anak mereka. Entah, Gio tidak mau tahu keberadaan anaknya. Di sisi lain, Raini yang melihat mereka merasa ini tidak benar. Ia harus mencari Aiden dan membuat laki-laki itu datang ke pesta ulang tahun Winston.

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 618

    Raini menjadi semakin panik ketika tubuh mereka terasa benar-benar menempel. “Cepat ambil,” lirih Raini. Aiden tersenyum. menunduk dan mendekatkan bibirnya pada telinga kanan perempuan itu. “Cepat ambil, aku tidak akan melihatmu,” ucap Raini. “Lantas kenapa wajahmu memerah seperti itu?” Raini mengerjap karena kesal akhirnya ia berbalik—namun kakinya tidak bisa berpijak dengan benar alhasil… Braak! Raini memejamkan mata—bersiap menerima kerasnya lantai. Tapi yang ia dapatkan adalah pelukan dari tangan seseorang. Raini membuka mata—wajah Aiden yang sudah begitu dekat di hadapannya. Kenapa… Jantungnya berdetak sangat cepat. Juga, suhu tubuhnya yang tiba-tiba memanas sampai membuat pipinya begitu panas seperti terbakar. Raini baru menyadari jika Aiden masih bertelanjang dada… “Bu-bu buahnya jatuh!” Raini melepaskan diri dari Aiden. Buru-buru mengambil buah itu dengan cepat. “Aku tidak makan buah yang sudah jatuh.” Aiden mengamati Raini yang begitu gugup memungut

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 617

    “Apa aunty tahu kau menggunakan motor ke sekolah?” tanya Raini yang baru memarkirkan sepeda listriknya di halaman mansion. Aiden melepas helmnya. Pertama kalinya ia membawa motornya ke rumah. “Belum.” Aiden menggeleng. “Sekarang akan tahu.” Raini mendekati Aiden. “Bukankah bahaya?” tanyanya. “Kau belum memiliki sim juga.” “Bukan urusanmu.” Aiden menyipitkan mata. Aiden pergi begitu saja ke dalam mansion. Meninggalkan Raini yang ngomel-ngomel. Aiden pergi ke dalam rumah. disambut oleh ibunya yang selalu berada di rumah menunggunya pulang. “Kamu sudah pulang..” Agatha mendekat. “Di luar itu motor kamu?” tanya Agatha. Aiden mengangguk. Agatha berhenti sejenak. “Mom marah?” tanya Aiden. Agahta menggeleng. “Itu hobi baru kamu kan?” Agatha mengusap pelan bahu Aiden. “Asalkan kamu menaikinya dengan hati-hati, jangan sampai terluka. Mom tidak masalah.” “Mom dulu juga bisa tahu naik motor. Tapi sekarang lupa caranya..” Agatha terkekeh pelan. “Mom bisa?” Agatha men

DMCA.com Protection Status