Setelah bermain di pantai, waktunya menjalani rutinitas. Gio sampai di kantor. Ia menata pakaiannya sebelum turun. Di sanalah ia sudah ditunggu oleh sekretarisnya. “Sir, ada dokumen dari tuan Ethan,” ucap sekretarisnya. Gio mengangguk. Sesampainya di dalam ruangannya. Gio membuka dokumen itu. Detail proyeknya. Beberapa risiko yang akan dialami jika masih meneruskan proyek itu. Semuanya, sudah dianalisis oleh tim Ethan. Gio melempar dokumen itu di atas meja. Menghadapi krisis kepercayaan dirinya. Gio mengusap wajahnya kasar. Bagaimana bisa ia memimpin perusahaan jika masih diatur seperti ini? Bagaimana dirinya menjadi pempimpin yang besar jika apa-apa masih dikekang. Gio menerima satu pesan dari ayahnya. “Gio kali ini papa menenatang keputusan kamu yang ingin meneruskan proyek tersebut. Kamu harus berhenti, cukup sampai di sini. Papa tidak ingin kamu menghancurkan perusahaan.” Gio menutup ponselnya. Tok tok. “Sir, saya membawa rondown acara untuk besok
Agatha memejamkan mata. Membiarkan Gio menciumnya. Lagi-lagi karena ini adalah tugasnya. Ia sudah menyetujuinya. Gio menarik tengkuk Agatha, memperdalam ciuman mereka. Agatha mendongak—ia membuka mata. Di sanalah ia melihat wajah tampan Gio yang sedang memejamkan mata. Kedua tangan Gio menarik pinggannya. Mengusap pinggangnya pelan. Tidak tahu sampai berapa lama… Agatha merasa harus dihentikan segera. Tangannya mendoorong Gio menjauh. “Sir..” Gio melepaskan Agatha. Menunduk.. melihat wajah Agatha yang memerah. Dengan bibir yang basah akibat ulahnya. Bukankah ini terlalu jauh? Tapi Gio sendiri sulit menghentikannya. “Jika anda sudah tenang..” “Aku akan pergi.” Agatha mendongak. memberanikan diri menatap Gio. Dalam dadanya bergemuruh. Detak jantungnya kian cepat. Ia tidak tahu apalagi yang harus ia lakukan. Malu, sudah pasti iya. Gio menatap makanan itu. “Suapi aku.” “Apa?” tanya Agatha sekali lagi. “Suapi aku.” Gio mengambil tabletnya. “Ada hal
“Kenapa?” tanya Agatha. “Bagus looh..” “Aku tidak suka.” Gio memandang Agatha dengan dahi yang mengernyit. Gio tidak suka melihat Agatha menggunakan pakaian itu. Karena… Kemeja putih itu jelas mencetak tubuh Agatha sehingga lekuk tubuh Agatha bisa terlihat. Lantas, rok itu juga menampilkan kaki Agatha yang begitu jenjang dan menggoda. Bagaimana jika ada pria lain yang melihatnya? Tidak mungkin. “Yasudah..” Agatha menghela nafas. “Aku—Saya akan berpakaian biasa untuk bekerja.” “Baguslah.” Gio mengangguk. Tangan Gio terangkat. Kali ini.. Gio menyentuh dagu Agatha. “Kenapa kau memejamkan mata?” tanya Gio. Agatha membuka mata. “Takut!” balas Agatha. “Aku tidak sedang ingin menciummu.” Gio tersenyum remeh. “Iya, sir iya. Saya mengerti kok…” Agatha sembari mengusap dadanya. “Kenapa kau kaku sekali? kau tidak pernah ciuman dengan pacarmu?” tanya Gio. Agatha mengerjap. “Bukan urusan anda.” “Lagipula kenapa nada senang memeluk dan mencium saya?” tanya Agatha k
“Katakan saja jika kau memang tertarik denganku, tapi kau takut..” Gio tersenyum miring. Agatha memberanikan diri untuk mendongak. “Tidak ada gunanya juga jika aku memang tertarik dengan anda.” “Tidak ada untungnya.” Rahang Gio mengeras. Sungguh, ia tidak pernah ditolak seterang-terangan ini. Apakah Agatha ini perempuan normal? Kenapa tidak tertarik dengannya yang jelas-jelas begitu sempurna sebagai laki-laki. “Kau—” “Saya harus pergi, Sir.” Agatha menyingkirkan lengan Gio yang menghalanginya. “Tugas saya sudah selesai. anda sudah minum obat, sudah makan dan sudah lebih tenang.” “Jadi saya akan pergi.” Agatha melenggang pergi begitu saja. Santai sekali, tanpa menoleh ke belakang lagi. Tanpa melihat wajah Gio yang penuh dengan kekesalan. Gio hanya menggeleng pelan dan membiarkan Agatha pergi. “Akan kupastikan kau bertekuk lutut denganku,” ucap Gio dengan janjinya. ~~Keesokan harinya. Gio datang ke kantor. “Sir ini dokumen yang anda butuhkan,” ucap Cika sekretarisnya.
Agatha sedang menyiapkan bekal makan siang untuk Gio. Mulutnya ini memang sering sekali berbicara yang tidak perlu. Karena ulah dari mulutnya sendiri dirinya harus ke kantor setiap siang. Agatha menggeleng pelan. Ia duduk di hadapan koki mansion. “Bagaimana makanan yang terakhir kali? Apa tuan Gio menyukainya?” tanya koki itu. Koki itu laki-laki. Cukup tampan dan masih muda. Usianya di bawah Agatha. Namun diusianya yang muda ternyata sudah banyak prestasi di bidang masak sehingga diangkat menjadi koki pribadi oleh Gio. Tentu saja bayarannya di sini begitu fantastis, melebihi bekerja di restoran. Agatha mengangguk. “Dia.. maksudku tuan menyukai masakanmu. Tuan menghabiskan semuanya..” “Benarkah?” tanya Oki dengan antusias. “Benarkah dihabiskan semuanya?” tanyanya lagi. Agatha mengangguk. “Iya..” ia malah bingung dengan Oki yang antusias. “Memangnya tuan tidak pernah menghabiskan makanannya?” tanya Agatha. Dari wajah Oki yang begitu gembira membuat Agatha
Agatha menatap perusahaan besar yang berada di hadapannya. Ini pertama kalinya ia datang. Huh.. Takut. Bagaimana jika… Tidak, jangan memikirkan hal yang buruk dulu. Sekarang ayo ke dalam dan mengantar bekal yang berada di tangannya. Agatha sudah berada di lift, katanya disuruh langsung masuk dan pergi ke lantai teratas gedung. Saat lift terbuka, Agatha segera keluar. Ia memandang lorong kosong… Semuanya berwarna hitam.. Di ujung lorong ada satu meja yang terisi oleh satu orang wanita. Ia yakin, itu adalah pegawai tuan Gio. “Permisi…” Agatha tersenyum. “Saya datang mengantar bekal tuan Gio.” Sekretaris Gio mendongak. Menatap Agatha dari atas hingga bawah. “Tuan Gio sedang rapat,” balas Cika. “Anda bisa meninggalkan bekal tersebut di sini. saya tidak bisa memastikan jam berapa tuan Gio selesai.” Agatha mengangguk. “Baik, saya taruh di sini..” Agatha menaruh bekal itu di atas meja sekretaris Tuan Gio. Setelah itu Agatha pergi. Sebelum ia masuk ke dal
“Maafkan saya. Seharusnya saya tidak menyuruh anda pergi begitu saja,” ucap Cika penuh penyesalan. Agatha mengernyit. “Tidak masalah.” Cika berdiri dan membukakan pintu untuk Agatha. “Silahkan masuk.” Agatha menggeleng aneh. Sesampainya di dalam ruangan. Ia melihat Gio yang berada di sebuah kursi. Tetap, pria itu terlihat sibuk meski sedang istirahat. “Kenapa kau hanya berdiri di sana seperti patung?” tanya Gio. “Melihat anda bekerja.” Gio menangkat kepalanya. “Memangnya aku setampan itu sampai-sampai kau terus menatapku?” Agatha memutar bola matanya malas. Mulai… “Jadi saya ke sini untuk melihat anda yang sibuk bekerja?” tanya Agatha. Gio menunjuk bekal tersebut. “Cepat suapi aku.” Agatha mendekat—membuka bekal yang ia bawa tadi. Kesal karena Gio masih saja sibuk bekerja meski waktunya makan dan istirahat. “Sir..” panggil Agatha. “Bisakah anda berhenti sebentar?” tanya Agatha. “Tidak.” Balas Gio. Agatha menyipitkan mata dengan kesal. Menyuapi bayi besar. Agatha b
Agatha meremas bahu Gio. Gio tidak memedulikan apapun. Ia terus melumat bibir Agatha. Seakan ingin mentransfer rasa pahit itu ke bibir Agatha. Agatha tidak lagi melawan, ia hanya pasrah. Mungkin… menikmati. Kedua tangan Gio berada di pinggang Agatha. Mengusapnya perlahan dan membuat Agatha benar-benar terlena. Agatha memejamkan mata—membiarkan Gio mengekspos bibirnya. Dengan sukarela membuka bibirnya. “Ah..” Suara Agatha.. Agatha merutuk dirinya sendiri yang tidak bisa mengontrol suaranya. Tapi Gio tersenyum di tengah-tengah permainan mereka. Jemarinya mengusa pipi Agatha pelan. Mengambil permen yang semula berada di dalam mulut Agatha. Kini permen itu berpindah di bibirnya. “Sir…” Agatha mendorong pelan Gio sampai bibir mereka terlepas. Gio memandang Agatha intens. “Manis,” ucapnya. Agatha meremas bahu Gio. “Pipimu memerah..” ucap Gio. Tertawa… Tertawa mengejek… Agatha menyipitkan mata. “Lepaskan saya.” “Tidak.” Gio tidak membiarkan Agatha ban
Beberapa hari yang lalu. Gio tersadar dari komanya. Pertama kali orang yang ia cari adalah Agatha. Ibunya bilang, Agatha pulang. Agatha berjanji tidak akan menemuinya sampai keadaan benar-benar aman. Marah. Tentu saja, neneknya yang membuat Agatha pergi. Gio masih membutuhkan perawatan intensif. Untuk bergerak saja ia tidak bisa. Untuk itu ia mengerahkan orang-orangnya untuk membantunya. Dari pada seperti ini, sudah terlanjur. Maka ia akan meneruskannya saja. Ia akan berpura-pura tidak berhubungan dengan Agatha dahulu sampai Rapat itu dimulai. Pada awalnya ia akan datang awal rapat. Tapi sekali lagi keadaannya tidak memungkinkan. Perutnya masih terasa keram. Alhasil ia datang terlambat—namun masih melihat perkembangan rapat itu lewat kamera kecil. Kamera itu terpasang di pakaian orang yang mewakilinya di sana. “Banyak orang yang menghianatiku juga.” Gio berada di dalam mobil. Melihat orang-orang yang tidak mengangkat tangan untuk Agatha. Orang-orang yang tela
“Tapi Agatha Ethelind Harper baru saja terjun ke dunia bisnis. kinerjanya di dalam perusahaan baru mencapai tahun pertama.” Agatha tersenyum sinis. Menggunakan pengalamannya yang baru sebentar untuk menjatuhkannya. Agatha masih menahan senyumnya—ingin tertawa padahal. Kekurangannya yang diumbar di depan banyak investor. Sedangkan kekuarangan Levin disembunyikan. Agatha menjadi satu-satunya wanita yang berada di dalam ruangan ini. “Siapa yang mendukung Agatha Harper Ethelind menjadi pemimpin sementara?” Satu persatu orang-orang yang mendukung Agatha mengangkat tangan. Sekitar 3… Lalu satu orang mengangkat tangannya… Ternyata Pak Beni… Pak Beni tersenyum sembari mengangguk pada Agatha. Sedangkan pak Robert? Jangan tanya. Pria itu bahkan tidak berani menatap Agatha. seolah tidak mengenal. Tidak seperti tadi… Ternyata… si Mafia itu tidak mendukungnya. Memang, di dalam dunia bisnis tidak bisa ditebak mana yang benar-benar teman. Dan mana yang musuh. Setidaknya
“maaf nona. Hal seperti ini saya pasti tidak akan terulang lagi.” satu bodyguard maju menghadap Agatha. Ada dua mobil yang dicoba dijalankan. Hanya satu yang remnya blong. Mobil yang selalu digunakan oleh Agatha. Agatha berkacak pinggang. ia tidak ingin menghabiskan energinya untuk hal tidak masuk akal seperti ini. Tapi semua ini menyangkut nyawanya. “Sebagai ketua. Kau harus mencari tahu siapa anak buahmu yang berhianat. Aku memberimu waktu sampai jam istirahat makan siang. jika kau tidak bisa menemukan penghianat itu.” Agatha menghela napas. “Ganti semua bodyguard yang mengawalku.” Akhirnya Agatha masuk ke dalam mobil. Selama di dalam mobil, Agatha tidak berhenti cemas. Untuk siapapun yang berusaha membunuhnya. Agatha pastikan akan segera menangkap orang itu. Hidupnya tidak bisa tenang dan dihantui oleh kematian. Akhirnya mobil sampai juga di kantor. Dengan selamat! Agatha masuk ke dalam ruang—disambut oleh sekretarisnya. “Rapat akan dilaksanakan pukul 1
“Sial.” Agatha tidak berhenti mengumpat setelah keluar dari ruang penyidikan. “Aku yakin ada yang menyuruhnya untuk membunuhku.” Agatha mengatakannya pada polisi. Namun polisi itu menghela napas dan terlihat lelah. “Kami sudah menyelidikinya. Kami sudah datang ke tempat tinggalnya. Tidak ada tanda-tanda disuruh orang….” “Tidak mungkin.” Agatha menggeleng. “Pasti ada petunjuk… Aku sering diteror. Tidak mungkin kalau dia hanya menyukaiku. aku yakin dia memang punya niat buruk dan disuruh orang lain.” “Tenanglah..” polisi itu hanya menepuh pelan bahu Agatha. Agatha ingin melayangkan protes tapi ia ditarik oleh seseorang. Pengacara Gio. Akhirnya Agatha dan pengacara Gio berada di dalam mobil untuk berbicara. “tidak ada gunanya berbicara pada polisi. Bukti tidak ada. Mereka juga tidak akan menggap kasus ini serius.” Pengacara Gio memberikan dokumen pada Agatha. Agatha membukanya. Melihat isinya sembari dijelaskan. “Pria itu sudah 2 tahun belakangan mengincar wanita c
Agatha pulang. Berjalan gontai masuk ke dalam penthouse. Tadi.. di rumah sakit. Karena dirinya semuanya malah bertengkar. Orang tua Gio memang berpihak padanya. tapi tidak dengan nenek Gio yang begitu membencinya. Tadi di rumah sakit…. “Jangan lakukan hal itu, Mom.” Aluna lagi-lagi menarik margaret agar menjauh dari Agatha. “Gio bukan anak kecil. Dia dewasa dan dia bisa menentukan apa yang dia inginkan. Dia ingin melindungi Agatha. aku sebagai orang tua tidak bisa mencegahnya dan akan mendukungnya.” “Kamu gila? setelah melihat anakmuu sekarat kamu mengatakan hal ini?” tanya Margaret memegang lengan Aluna. “Sadarlah Aluna, Gio ditusuk pria yang mengincar wanita itu.” margaret menatap Agatha begitu benci. Aluna memijjit keningnya. “Jangan membahas hal ini lebih dulu. Kita tunggu Gio..” “Gio tahu apa yang harus dilakukannya.” Margaret menatap Ethan. “Apa yang kamu lakukan?” “Semua keputusan ada di tangan Gio. Aku sebagai orang tua tidak bisa memaksanya. Begitupun
Setelah memberikan pidato, Agatha tidak tahu Gio ke mana. Ia langsung pergi dan mencari pria itu bersama bodyguard yang lain. Tapi tubuhnya langsung kaku ketika melihat Gio yang tertusuk. Gio dibawa ke rumah sakit. Sedangkan penjahat itu sudah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Agatha tidak bisa berhenti cemas. Ia menunggu Gio di depan ruang ICU. Tubuhnya berlumuran dengan darah… Agatha tidak peduli pada dirinya sendiri. Ia duduk dengan kepala yang menunduk. menunggu berjam-jam Gio yang masih mendapat perawatan oleh dokter. agatha mendongak ketika mendengar suara langkah kaki. Ia melihat kedua orang tua Gio yang baru datang. “Bagaimana keadaannya?” tanya Ethan pada Agatha. “Gio masih dirawat di dalam,” balas Agatha. Ethan menatap Agatha. “Aku yakin kamu sudah tahu kalau kita orang tua Gio. Kami juga sudah tahu kamu kekasih Gio. Kamu bisa jelaskan pada kami bagaimana semuanya bisa terjadi?” Agatha meremas pelan tangannya. Tapi—elusan lembut di bahuny
Semuanya berjalan dengan lancar. Gio yang melindungi Agatha sehingga membuat Agatha benar-benar aman. Namun, Mereka tidak bertemu beberapa hari karena Gio yang ada urusan bisnis di luar negeri. Tapi katanya akan pulang hari ini, entah jam berapa. Agatha berada di dalam mobil—ia sampai di sebuah gedung. Acara yang didatangi adalah sebuah peluncuran produk baru dan peresmian kerja sama antara Harper Advertise dengan brand tersebut. Untuk itu Agatha begitu antusias. Agatha keluar dari mobilnya.. Masuk pelan ke dalam gedung. Ternyata sudah ada beberapa orang yang datang. Semuanya berjalan dengan lancar. Sampai seorang mc menyatakan dengan resmi akan terjalin kerja sama. “Untuk Ibu Agatha waktu dipersilahkan…” Agatha mengangkat micnya. Ia tersenyum ke depan. Namun pandangannya tertuju pada satu pria yang sedang berada di antara orang-orang yang hadir. Pria itu membawa sebuah buket bunga dan tengah tersenyum kepadanya. “Saya Agatha.. saya pemimpin Harper Adve
21++ Memborgol kaki Agatha dengan sisi ranjang. Hingga kedua kaki Agatha terbuka dengan lebar. Agatha benar-benar tidak bisa bergerak. Matanya juga tertutup semuanya gelap. Namun ia menunggu apa yang akan dilakukan pria itu. Gio memasukkan jemarinya ke dalam milik Agatha. menekannya hingga membuat Agatha bergerak gelisah… “Ahh!” Agatha membuka bibirnya. Gio tersenyum miring. “Kau suka?” tanyanya. Agatha mengangguk. “Aku suka..” lirihnya. Gio menggerakkan jarinya maju mundur—menggoda milik Agatha. Agatha tidak bisa menahannya lagi—sampai pelepasannya datang juga. “Ahh!” desah Agatha ketika milik Gio mulai memenuhi miliknya. “Gio ahh!” Gio bergerak menghujam agatha lagi. Tangannya terulur mengusap pipi Agatha… Memasukkan jemarinya ke dalam bibir wanita itu. Gio terus bergerak menghujam Agatha. memenuhi milik wanita itu dengan miliknya terus menerus. Sampai ia menarik borgol di kaki Agatha. Ia mengangkat satu kaki Agatha dan kembali menghujam milik wanita i
21++ “Sayang ahh ohhh!” Gio menekan miliknya ke dalam mulut Agatha. Membuat Agatha terdorong sampai membentur pantry. Tapi untungnya telapak tangannya bergerak dengan cepat melindungi belakang kepala Agatha. Agatha melakukan tugasnya—membuat Gio semakin tergila-gila dengannya. Agatha pastikan, Gio akan semakin menyukainya. “babe..” Gio menggerakkan pinggulnya maju mundur. “Ahh babe… kau nikmat ohh!” Gio menarik Agatha kemudian menyatukan miliknya ke dalam milik Agatha. Menarik satu kaki Agatha—membawanya ke atas. Kemudian pelan-pelan menghujam milik Agatha. Tubuh Agatha terguncang.. kedua dadanya bergerak dengan pergerakan pria itu. Agatha hanya bertopang pada meja pantry sementara Gio yang terus menghujamnya. Gio menarik pinggangnya dan memutar tubuhnya. kembali menghujamnya dari belakang. Salah satu tangannya di bawa ke belakang. Gio memang mengendalikan permainan ini. Tidak berhenti sebelum dirinya puas. Meskipun Agatha kelelahan. Tapi Agatha merutuk or