Home / Romansa / Perjanjian Panas dengan Bos Arogan / Chapter 321 - Chapter 330

All Chapters of Perjanjian Panas dengan Bos Arogan: Chapter 321 - Chapter 330

470 Chapters

Chapter 322

“Aku bisa melakukan apapun Agatha..” ucap Gio. “Meskipun anda berkuasa, tapi ada beberapa hal yang tidak boleh anda lakukan.” “Contohnya?” “Membuat orang lain menderita.” Agatha mundur. “Seperti saat ini. anda senang sekali mempermainkanku hingga membuatku menderita.” Gio melipat salah satu kakinya. “Memangnya apa yang aku lakukan sehingga kau menderita?” tanya Gio. “Anda…” Agatha mengerucutkan bibirnya. “Anda yang senang membuatku kesal, sengaja senang mempermainkanku.. seolah aku hanya mainan.” “Hal itu membuatku menderita.” Gio tersenyum tipis. “Tapi aku membayarmu atas semua perlakuanku padamu,” ucapnya. Agatha menghela nafas. “Tidak semua bisa dibeli dengan uang.” “Berarti kau tidak mau uangku?” Pertanyaan yang benar-benar arogan. Agatha menyerah. Tidak ada gunanya juga berdebat dengan Gio yang memang tidak bisa dilawan. Biar saja, biar saja pria itu bertindak sesukanya. Tugasnya hanyalah menuruti keinginan pria itu dan mendapat imbalan. Sudah cukup, tidak perlu b
Read more

Chapter 323

“Tuan…” lirih Agatha. Gio memejamkan mata. berusaha mengatur nafasnya. Kedua tangannya semakin memeluk Agatha. “Sesak?” tanya Agatha. Gio hanya sedikit mengangguk. “Anda harus segera ke rumah sakit, tuan..” lirih Agatha. Gio menggeleng. “Aku tidak mau.” Jawaban Gio seperti seorang anak keci yang takut disuntik. Agatha menghela nafas. Yang ia lakukan adalah tangannya terangkat mengusap punggung pria itu pelan. Berusaha untuk menenangkan Gio. “Bagaimana kalau saya temani ke rumah sakit?” tanya Agatha. “Sudah aku bilang, aku tidak suka rumah sakit. Aku sangat muak dengan rumah sakit.” Gio mengurung Agatha ke tembok. Kedua tangannya melingkar di pinggang Agatha dengan nyaman. Yang Agatha rasakan adalah deru nafas Gio yang menerpa lehernya. Jujur rasanya geli dan ia ingin segera melepaskannya. Tapi bukankah hal ini termasuk dalam tugasnya? Tuannya ini sedang sakit, tidak mungkin ia mencari masalah dengan mendorong tubuh Gio. Jika terjadi apa-apa dengan Gio
Read more

Chapter 324

Agatha benar-benar menemani Gio. Ia duduk di depan ruangan. Sedangkan Gio masuk ke dalam ruangan. Menjalani serangkaian pemeriksaan bersama seorang dokter spesialis. Dokter yang menenanganinya adalah dokter sama yang mengoperasinya ketika ia kecil. “Akhir-akhir ini dada saya sering nyeri dan sesak..” Dokter itu mengangguk. “Apakah kamu meminum obat dengan rutin?” tanya dokter. Gio terdiam. Bukannya tidak meminum obat. Ia hanya sesekali tidak minum obat karena bosan. Lidahnya terasa begitu pahit setelah meminum obat. Seringnya dan banyaknya obat yang ia konsumsi menjadikan lidah dan nafsu makannya turun. “Saya lelah meminum obat, dok.” Gio menjawab pertanyaan dokter itu dengan jujur. “Walaupun begitu obatnya harus diminum secara rutin. Setelah pemeriksaan tadi, keadaan kamu semakin memburuk. Kamu harus minum obat diimbangi dengan makan makanan sehat dan pola hidup yang sehat juga.” “Jangan stress, begadang dan terlalu banyak pikiran,” lanjut dokter. “Kalau kam
Read more

Chapter 325

Hari ini cukup menyenangkan juga. Agatha lama sekali tidak pergi ke pantai. Namun mereka datang di waktu yang kurang tepat, cuacanya begitu panas. Agatha berlari ke arah pasir yang berwarna putih. “Aaaaaa!” merentangkan tangannya. Agatha berlari, tubuhnya berputar.. Sedangkan di belakang, Gio hanya memperhatikan wanita itu sambil menggeleng pelan. Gio berdecak malas… Alasan Agatha ingin ke sini karena wanita itu ingin bersenang-senang sendiri. Lihat saja.. betapa senangnya Agatha. Sekarang wanita itu sedang berjalan ke arah air laut. “Agatha!” teriak Gio dari belakang. Agatha mendadak berhenti. pikirannya mendadak dikembalikan. Kewarasannya langsung menjadi penuh lagi. Hanya melihat laut ia melupakan seseorang yang datang bersamanya. Ia menoleh ke belakang. “Ke sini, sir!” melambaikan tangannya. Berani-beraninya menyuruh Gio untuk mendekat. Gio menggeleng sembari berdecak pelan. “Tidak!” “Lepas sepatumu, Sir. Ke sini sebentar!” teriak Agatha lagi. “Lihat aku..” Agat
Read more

Chapter 326

Setelah bermain di pantai, waktunya menjalani rutinitas. Gio sampai di kantor. Ia menata pakaiannya sebelum turun. Di sanalah ia sudah ditunggu oleh sekretarisnya. “Sir, ada dokumen dari tuan Ethan,” ucap sekretarisnya. Gio mengangguk. Sesampainya di dalam ruangannya. Gio membuka dokumen itu. Detail proyeknya. Beberapa risiko yang akan dialami jika masih meneruskan proyek itu. Semuanya, sudah dianalisis oleh tim Ethan. Gio melempar dokumen itu di atas meja. Menghadapi krisis kepercayaan dirinya. Gio mengusap wajahnya kasar. Bagaimana bisa ia memimpin perusahaan jika masih diatur seperti ini? Bagaimana dirinya menjadi pempimpin yang besar jika apa-apa masih dikekang. Gio menerima satu pesan dari ayahnya. “Gio kali ini papa menenatang keputusan kamu yang ingin meneruskan proyek tersebut. Kamu harus berhenti, cukup sampai di sini. Papa tidak ingin kamu menghancurkan perusahaan.” Gio menutup ponselnya. Tok tok. “Sir, saya membawa rondown acara untuk besok
Read more

Chapter 327

Agatha memejamkan mata. Membiarkan Gio menciumnya. Lagi-lagi karena ini adalah tugasnya. Ia sudah menyetujuinya. Gio menarik tengkuk Agatha, memperdalam ciuman mereka. Agatha mendongak—ia membuka mata. Di sanalah ia melihat wajah tampan Gio yang sedang memejamkan mata. Kedua tangan Gio menarik pinggannya. Mengusap pinggangnya pelan. Tidak tahu sampai berapa lama… Agatha merasa harus dihentikan segera. Tangannya mendoorong Gio menjauh. “Sir..” Gio melepaskan Agatha. Menunduk.. melihat wajah Agatha yang memerah. Dengan bibir yang basah akibat ulahnya. Bukankah ini terlalu jauh? Tapi Gio sendiri sulit menghentikannya. “Jika anda sudah tenang..” “Aku akan pergi.” Agatha mendongak. memberanikan diri menatap Gio. Dalam dadanya bergemuruh. Detak jantungnya kian cepat. Ia tidak tahu apalagi yang harus ia lakukan. Malu, sudah pasti iya. Gio menatap makanan itu. “Suapi aku.” “Apa?” tanya Agatha sekali lagi. “Suapi aku.” Gio mengambil tabletnya. “Ada hal
Read more

Chapter 328

“Kenapa?” tanya Agatha. “Bagus looh..” “Aku tidak suka.” Gio memandang Agatha dengan dahi yang mengernyit. Gio tidak suka melihat Agatha menggunakan pakaian itu. Karena… Kemeja putih itu jelas mencetak tubuh Agatha sehingga lekuk tubuh Agatha bisa terlihat. Lantas, rok itu juga menampilkan kaki Agatha yang begitu jenjang dan menggoda. Bagaimana jika ada pria lain yang melihatnya? Tidak mungkin. “Yasudah..” Agatha menghela nafas. “Aku—Saya akan berpakaian biasa untuk bekerja.” “Baguslah.” Gio mengangguk. Tangan Gio terangkat. Kali ini.. Gio menyentuh dagu Agatha. “Kenapa kau memejamkan mata?” tanya Gio. Agatha membuka mata. “Takut!” balas Agatha. “Aku tidak sedang ingin menciummu.” Gio tersenyum remeh. “Iya, sir iya. Saya mengerti kok…” Agatha sembari mengusap dadanya. “Kenapa kau kaku sekali? kau tidak pernah ciuman dengan pacarmu?” tanya Gio. Agatha mengerjap. “Bukan urusan anda.” “Lagipula kenapa nada senang memeluk dan mencium saya?” tanya Agatha k
Read more

Chapter 329

“Katakan saja jika kau memang tertarik denganku, tapi kau takut..” Gio tersenyum miring. Agatha memberanikan diri untuk mendongak. “Tidak ada gunanya juga jika aku memang tertarik dengan anda.” “Tidak ada untungnya.” Rahang Gio mengeras. Sungguh, ia tidak pernah ditolak seterang-terangan ini. Apakah Agatha ini perempuan normal? Kenapa tidak tertarik dengannya yang jelas-jelas begitu sempurna sebagai laki-laki. “Kau—” “Saya harus pergi, Sir.” Agatha menyingkirkan lengan Gio yang menghalanginya. “Tugas saya sudah selesai. anda sudah minum obat, sudah makan dan sudah lebih tenang.” “Jadi saya akan pergi.” Agatha melenggang pergi begitu saja. Santai sekali, tanpa menoleh ke belakang lagi. Tanpa melihat wajah Gio yang penuh dengan kekesalan. Gio hanya menggeleng pelan dan membiarkan Agatha pergi. “Akan kupastikan kau bertekuk lutut denganku,” ucap Gio dengan janjinya. ~~Keesokan harinya. Gio datang ke kantor. “Sir ini dokumen yang anda butuhkan,” ucap Cika sekretarisnya.
Read more

Chapter 330

Agatha sedang menyiapkan bekal makan siang untuk Gio. Mulutnya ini memang sering sekali berbicara yang tidak perlu. Karena ulah dari mulutnya sendiri dirinya harus ke kantor setiap siang. Agatha menggeleng pelan. Ia duduk di hadapan koki mansion. “Bagaimana makanan yang terakhir kali? Apa tuan Gio menyukainya?” tanya koki itu. Koki itu laki-laki. Cukup tampan dan masih muda. Usianya di bawah Agatha. Namun diusianya yang muda ternyata sudah banyak prestasi di bidang masak sehingga diangkat menjadi koki pribadi oleh Gio. Tentu saja bayarannya di sini begitu fantastis, melebihi bekerja di restoran. Agatha mengangguk. “Dia.. maksudku tuan menyukai masakanmu. Tuan menghabiskan semuanya..” “Benarkah?” tanya Oki dengan antusias. “Benarkah dihabiskan semuanya?” tanyanya lagi. Agatha mengangguk. “Iya..” ia malah bingung dengan Oki yang antusias. “Memangnya tuan tidak pernah menghabiskan makanannya?” tanya Agatha. Dari wajah Oki yang begitu gembira membuat Agatha
Read more

Chapter 331

Agatha menatap perusahaan besar yang berada di hadapannya. Ini pertama kalinya ia datang. Huh.. Takut. Bagaimana jika… Tidak, jangan memikirkan hal yang buruk dulu. Sekarang ayo ke dalam dan mengantar bekal yang berada di tangannya. Agatha sudah berada di lift, katanya disuruh langsung masuk dan pergi ke lantai teratas gedung. Saat lift terbuka, Agatha segera keluar. Ia memandang lorong kosong… Semuanya berwarna hitam.. Di ujung lorong ada satu meja yang terisi oleh satu orang wanita. Ia yakin, itu adalah pegawai tuan Gio. “Permisi…” Agatha tersenyum. “Saya datang mengantar bekal tuan Gio.” Sekretaris Gio mendongak. Menatap Agatha dari atas hingga bawah. “Tuan Gio sedang rapat,” balas Cika. “Anda bisa meninggalkan bekal tersebut di sini. saya tidak bisa memastikan jam berapa tuan Gio selesai.” Agatha mengangguk. “Baik, saya taruh di sini..” Agatha menaruh bekal itu di atas meja sekretaris Tuan Gio. Setelah itu Agatha pergi. Sebelum ia masuk ke dal
Read more
PREV
1
...
3132333435
...
47
DMCA.com Protection Status