Home / Romansa / Perjanjian Panas dengan Bos Arogan / Chapter 341 - Chapter 350

All Chapters of Perjanjian Panas dengan Bos Arogan: Chapter 341 - Chapter 350

469 Chapters

Chapter 342

“Hm. Aku keberatan.” Agatha mengangguk. “Dari awal kita sebagai atasan dan bawahan, kenapa kita melakukannya? Peluk, bahkan ciuman…” “Kenapa? Anda membuat saya seolah saya menjadi jalang anda.” Agatha ingin menangis sungguh. “Kau sebagai asistenku, di dalam kontrak juga tertulis tugas tambahan. Membuatku tenang dan nyaman. Tenang dan nyaman itu bisa meluas…” “Tidak ada batasan mengenai kontak fisik..” lanjut Gio. “Jadi kau tidak bisa protes mengenai hal itu.” Gio memandang Agatha. “Aku bahkan bisa menyentuhmu lebih dalam jika aku mau.” “Tapi karena aku menghargaimu, aku tidak akan melakukannya…” Gio mendekat.. mendekatkan bibirnya di telinga Agatha. “Kecuali kau juga menginginkannya.” Agatha mendorong dada Gio. “Jadi aku tidak lebih dari jalang anda?” tanyanya. “Aku tidak pernah menyebutnya begitu.” Gio menatap Agatha. “Kau sendiri yang bilang.” Agatha berdecak pelan. Malas sekali rasanya berhadapan dengan Gio. “Biarkan saya pergi,” lirih Agatha. “Kau marah?” ta
Read more

Chapter 343

Pagi harinya… Agatha merasakan berat di pinggannya. Nafas hangat seseorang dari belakang yang ia rasakan. Agatha membalikkan tubuhnya. masih ada waktu 20 menit lagi sebelum ia harus bangun dan menyiapkan keperluan Gio. Agatha mengerucutkan bibirnya. “Bagaimana bisa aku terjebak di sini..” lirihnya. Tangan Agatha terangkat—ingin menyentuh alis Gio yang begitu tebal dan rapi. Namun ia urungkan. Ia hanya menatap Gio dengan mata kekaguman. “Tidur saja tampan,” lirihnya. Agatha menghela nafas berat. Ia melebarkan matanya ketika melihat senyum di bibir pria yang sedang tertidur itu. “Terima kasih pujiannya,” ucap Gio kemudian membuka matanya. Pagi-pagi mendapat pujian. “Tidak, aku tidak memuji anda.” Agatha menggeleng untuk mengelak. Gio tersenyum semakin lebar. “Aku dengar jelas sekali di telingaku.” “Bukankah kau ingin menyentuh alisku?’ tanya Gio. Ia bangun lebih awal dari Agatha. Ia hanya diam dengan apa yang dilakukan Agatha. Agatha menggeleng lagi.
Read more

Chapter 344

Katanya, menghabiskan akhir pekan dengan piknik di taman itu menyenangkan. Tapi sepertinya kok tidak. Tamannya panas, letaknya di samping danau. Tidak ada orang lain yang datang ke sini. “Anda yakin?” tanya Agatha pada Gio. Gio menyipitkan mata… Tapi di gambar-gambar kok sepertinya menyenangkan piknik di taman. Tapi ini kok tidak ya… Gio menggeleng. “Tidak.” “Lalu kenapa ke sini?” tanya Agatha. “Kita tidak berada di wilayah yang dingin, Sir. Cuacanya panas. Anda mau piknik panas-panas seperti ini? kalau piknik itu sore, lihat sunset.” Agatha tidak berhenti mengomel. “Kalau diberithau itu didengar. Jangan keras kepala..” Agatha menatap Gio kesal. “Sudah dibilang, nanti sore saja… pagi itu masih panas.” Agatha masih nyerocos. Mau gimana lagi? kembali ke peraturan mutlak. Cewek itu selalu benar. “Tapi anda kekeh mau berangkat. Sekarang mau ke mana?” tanya Agatha. Gio menoleh—ia juga merasa bersalah. Seharusnya mendengarkan kata Agatha saja daripada diomeli
Read more

Chapter345

Gio menoleh dengan kaget. “Kau berani menciumku?” Agatha menunjukkan jari piecenya. “Katanya aku harus menenangkan tuan.. jadi aku menenangkan tuan dengan mencium tuan kan? Tuan suka dicium kan?” Pertanyaan Agatha membuat Gio semakin kesal. “Cium itu bukan seperti itu.” Gio sungguh kesal. Agatha malah berbalik marah. “Aku—saya tidak tahu kenapa anda marah? Kenapa tiba-tiba marah tidak jelas seperti itu..” gerutunya. “Tidak menjelaskan kenapa..” dumel Agatha lagi. “Malah uring-uringan tidak jelas.” Gerutu Agatha tidak habis-habis. “Karena aku tidak suka kau membahas mantanmu.” Gio menoleh dengan kesal. “Kenapa tidak suka? Aku hanya berbicara saja.” balas Agatha tidak mau kalah. “Aku hanya berbicara apa yang terjadi..” “Apa yang aku lalui. Lagipula masa laluku tidak ada hubungannya dengan anda..” Agatha mendengus. “Ada..” Gio melotot. “Kenapa ada?” “Karena aku tidak suka.” Agatha mendengus. “Sudahlah. Aku lelah berdebat dengan anda.”“Pokoknya aku tidak suka kau membahas ba
Read more

Chapter 346

“Di pulauku.” Agatha mengusap matanya.. Mengedarkan pandangannya ke depan. “Waah…” reflek membuka bibirnya. berdecak takjub. Agatha melihat hamparan air laut… Ternyata bawah mereka langsung air laut. Laut biru yang begitu tenang. Sejuk, anginnya tidak terlalu kencang. “Waah..” Agatha berdecak kagum lagi. “Sungguh?” tanya Agatha. “Sungguh ini di pulau anda?” tanya Agatha yang masih belum yakin. Gio mengangguk samar. Agatha mengerti. Orang kaya seperti Gio tidak mungkin berbohong mengenai kepemilikan. Lagipula harta Winston pasti banyak sekali. “Waah..” decak kagum Agatha yang tidak ada habisnya. Gio menggeleng pelan. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Kemudian berjalan ke dalam. “Mau ke mana?” Agatha hampir berteriak. Ia mengejar Gio yang sudah keluar dari kamar mereka. Agatha lebih kagum lagi karena rumah yang mereka tempat ini begitu luas dan mondern. “Sir..” panggil Agatha lagi. “Makan Agatha..” Gio mengambil duduk di kursi. Agatha tersenyum melihat bany
Read more

Chapter 347

Agatha terkesiap saat tiba-tiba Gio sudah menariknya saja. Bibir mereka sudah menempel. Agatha memejamkan mata. Gio melumat bibirnya dengan rakus. Mengigit bibir bawah Agatha, hingga membuat bibir itu terbuka. Gio tidak menyia-nyiakan kesempatan. ia memperdalam ciumannya pada bibir Agatha. Mencecap bibir manis perempuan itu. Agatha membalas.. Bagaimanapun ini adalah janjinya. Pahit tapi juga manis… Agatha tidak tahu apa yang diminum oleh Gio sehingga rasa itu tersalur ke lidahnya. Apakah cairan yang berwarna merah keunguan itu? Agatha meremas bahu Gio saat tangan pria itu dengan mudah membawa tubuhnya. “Sir..” lirih Agatha. Gio tidak berhenti. ia sudah membawa Agatha ke pangkuannya. “Tidak..” balas Gio. “Jangan memberontak.. jika kau memberontak aku semakin ingin melahapmu.” Agatha melebarkan matanya.. Tapi sebelum ia kembali berbicara, Gio kembali mencecap bibirnya. Agatha pasrah.. Karena sesungguhnya ia juga menikmati. Apalagi ciuman Gio begitu
Read more

Chapter 348

“Kenapa kau ingin tahu?” tanya Gio. Agatha terdiam. Seakan tidak rela saat Gio melepaskan tangan dari pinggangnya. Agatha perlahan turun dari pangkuan Gio dan memilih duduk di bangku. “Karena ingin tahu…” balas Agatha. Gio tertawa pelan. “Kau harus punya alasan untuk apa tahu tentangku.” Mengambil gelas yang berisi anggur. Meminumnya perlahan. Hari sudah gelap, ia berharap tidak mabuk dengan anggur ini. Ada Agatha juga, Alkohol bisa mengendalikannya dan takut akan lepas kendali pada akhirnya. Agatha tidak bisa menjawab. Tapi ia begitu penasaran tentang Gio. Tentang pria itu..Bagaimana jika Agatha memang sudah terlanjur masuk ke dalam pesona Gio tanpa sadar. Bagaimana jika ternyata Agatha memang menyukai Gio lebih dari yang dirinya sendiri bayangkan. “Kalau anda tidak ingin memberitahu saya tidak masalah,” ucap Agatha. Gio mengangguk.. Pria itu hanya membalas Agatha dengan anggukan saja. Melihat Gio kenapa rasanya bersala ya.. Agatha tidak tahu.. ia meremas kedua tangan
Read more

Chapter 349

Agatha membawa Gio susah payah ke kemar. Pria itu benar-benar mabuk, untungnya ia bisa membawa Gio ke kamar sebelum pria itu benar-benar tidur. Agatha menunggu Gio di samping ranjang. Gio menyamping.. “Agatha..” lirihnya dengan mata yang tertutup. “Ya..” Agatha mengusap helaian rambut Gio. “Aku di sini..” “Agatha..” panggil Gio lagi. Akhirnya Agatha mengambil tangan Gio dan menggenggamnya. “Aku di sini. aku tidak ke mana-mana.” Gio memeluk lengan Agatha. “Maaf..” ucapnya begitu pelan. sangat pelan bahkan terdengar seperti lirihan. Pada akhirnya Agatha ikut berbaring di samping Gio. Padahal dirinya tadi sudah tidur, tapi kenapa hanya berbaring saja ia sudah begitu mengantuk. ~~ Terbangun karena jendela yang terbuka. Sinar matahari yang masuk itu menerpa wajahnya. Agatha mengernyit—ia menoleh ke samping. Menatap samping yangn sudah tidak ada orang. Agatha bangun. Ia membersihkan diri sebelum keluar. Ternyata ada pakaian yang tersedia. Entah darimana? Janga
Read more

Chapter 350

Agatha berada di belakang Gio. Ia duduk dengan was-was dan tangan yang memeluk pinggang Gio dengan erat. “Sungguh bisa kan?” tanya Agatha. Gio berdecak malas. “Kau pikir ini sekarang sedang terbang? Aku sudah mengayuh sepeda, bahkan sepedanya sudah jalan. kau masih berpikir aku tidak bisa?” tanya Gio. Agatha berusaha rileks. Ia menatap ke sekitar… Mereka berada di tepi—di depan mereka langsung mengarah ke pantai yang begitu indah. Gio mengayuh sepeda santai. Angin yang menerpa wajah, membuat Agatha memejamkan mata. “Huuuuu…..” akhirnya melepaskan tangannya dari pinggang Gio. Gio tersenyum tipis. Tingkah Agatha memang kekanak-kanakan. “Waaaah….” Agatha berdecak kagum melihat pantai yang berada di hadapannya. Langit yang begitu cerah dengan pasir putih. “Aku mau foto di sana..” menunjuk pantai. “Ya.” Gio memberhentikan sepedanya. Agatha langsung berlari ke arah pantai. “Waaah..” berjalan di atas pasir yang putih. Gio memilih berteduh di bawah pohon. Ia ha
Read more

Chapter 351

Di tengah perjalanan, ternyata hujan turun begitu deras. Agatha dan Gio berlari ke dalam rumah. Tubuh mereka basah kuyup. Gio menarik Agatha ke dalam rumah. Agatha mengusap wajahnya yang penuh dengan air. Tubuhnya mulai menggigil. Juga rambutnya yang sudah berantakan karena basah. Namun ternyata ada yang lebih berantakan dari dirinya. “Kamu..” Agatha menunjuk Gio. Agatha tertawa. “Rambut kamu..” menunjuk rambut Gio yang terdapat daun. Agatha mengambilnya. “Sudah..” sambil tersenyum. “Sir..” panggil Agatha. “Kamu terllihat pucat.” Agatha mendekat. “Ayo ke kamar kamu bisa segera istirahat. Apalagi cuacanya semakin dingin.” Agatha mengandeng lengan Gio. Gio hanya diam—karena memang tubuhnya mulai kedinginan. Sesampainya di kamar. “Aku pergi dulu. kamu bisa istirahat.” Gio mencegah Agatha pergi dengan menggenggam lengan wanita itu. Kemudian menarik Agatha ke dalam pelukannya. Agatha tidak memberontak. Ia membalas… Entah apa yang dirasakan Gio, tapi sepertinya Gio memang
Read more
PREV
1
...
3334353637
...
47
DMCA.com Protection Status