Semua Bab Perjanjian Panas dengan Bos Arogan: Bab 121 - Bab 130

475 Bab

121

“Mama!”Teriak Gio yang berlari ke arah Aluna dan Margaret berada. Aluna tersenyum. Namun ia berusaha menyembunyikan Gio di belakangnya. “Halo?” Margaret melambaikan tangannya pada Gio. Gio mengintip dari tubuh Aluna. “Hai…” lirihnya. “Mau mainan?” tanya Margaret dengan wajah yang cerah. Gio menatap Aluna dengan ragu. Aluna tersenyum pada Margaret. “Maaf tante. Gio sudah memiliki banyak mainan…” Margaret berdecak sinis. “Aku hanya ingin memberinya hadiah.” Beberapa detik kemudian. Beberapa pria datang—Aluna melotot dan semakin waspada. Ternyata pria itu adalah bodyguard dengan paakaian serba hitam dan tampang yang menyeramkan. Tapi mereka membawa paper bag banyak sekali. Dan salah satu dari mereka membawa satu boneka berwarna pink yang begitu besar. “Mama beruangnya berwarna pink!” Gio menunjuk boneka tersebut.“Itu bukan beruang Gio. Itu hello kitty..” Aluna mengerjap. bagaimana anaknya yang pintar ini tidak bisa membedakan mana beruang dan mana hello kitty. “Oh.. hello k
Baca selengkapnya

Chapter 122

Siapa yang sangka jika bocah laki-laki yang tidak diinginkannya, malah membuatnya jatuh cinta. Margaret yang awalnya tidak ingin melihat Gio. Kini malah begitu sayang dengan cucunya. Hanya dengan melihat kedua bola mata bocah laki-laki itu membuatnya langsung luluh. Apalagi dengan ketulusan dan didikan Aluna, membuat bocah itu nampak begitu pintar dan sopan. “Ya? Sayang.” Margaret menunduk ketika Gio memanggilnya. “Nenek sayang Gio?” tanya Margaret. Margaret mengangguk. “Tentu saja. kamu cucu nenek yang paling tampan dan pintar,” jawabnya tanpa berpikir lebi dahulu. “Nenek sayang juga pada mama ya…” Gio mendekat. “Karena Gio sangat sayang mama…” lirihnya. Margaret terdiam sebentar sebelum tersenyum dengan canggung. Jujur karena ia tidak bisa menerima Aluna. Aluna yang menurutnya jauh dari standar menantu idamannya. “Gio..” peringat Aluna. Gio menoleh ke belakang dan kembali menatap neneknya. “Gio ingin melihat mama dan papa bahagia.” Ucapan sederhana bocah it
Baca selengkapnya

Chapter 123

“Aku harus memberitahu Mama agar tidak mengganggu kalian.” “Tidak perlu!” Aluna menggeleng.“Sepertinya mama kamu memang tulus. Dia terlihat bahagia ketika bertemu dengan Gio..” lirih Aluna. “Bagaimana dengan kamu?” tanya Ethan. “Apa kamu nyaman bertemu dengannya? jangan memikirkan orang lain dulu jika kamu tidak nyaman.” “Aku tahu kamu masih takut dengan Mamaku setelah kejadian itu.” Ethan mengusap helaian rambut Aluna. “Aku tidak takut. Hanya…” Aluna menatap lurus. “Belum bisa melupakan kejadian itu. Tapi its oke. Aku tidak ingin terus berlarut dalam masa lalu.” “Tidak usah beritahu mama kamu. biar saja kalau ingin bertemu dengan Gio. Lagipula tidak akan setiap hari ke sini.” Ethan mengangguk pasrah. Ia mendekat dan merengkuh tubuh Aluna. Terdengar helaan nafas berat dari pria itu. “Bagaimana dengan hari ini? Kamu berhasil meyakinkan investor?” tanya Aluna. “Sulit.” Ethan menyandarkan wajahnya di ceruk leher Aluna. “Aku hanya mendapatkan satu investor saja.” Ethan mengusap
Baca selengkapnya

Chapter 124

“Gio….” Panggil seseorang yang baru saja masuk ke dalam rumah. Margaret masuk ke dalam rumah anaknya santai. Bukannya menanyakan Ethan, tapi langsung menanyakan langsung cucunya. Hanya beberapa hari saja tidak melihat cucunya membuatnya rindu. Setelah menyelesaikan kegiatan arisannya di luar negeri, Margaret buru-buru datang ke rumah anaknya hanya untuk menemui cucunya. Aluna menatap Margaret yang sudah berada di ruang tamu. “Di mana Gio?” tanya Margaret. “Jangan halangi aku bertemu cucuku.” Dengan mata yang menyipit sinis. “Gio sedang bermain di belakang.” Aluna menunjuk taman belakang rumah. “Baiklah.” Margaret melewati Aluna begitu saja. Aluna mengerjap. Apa mungkin ini saatnya mencari perhatian calon ibu mertuanya itu? Aluna mengangguk. Ia pergi ke dapur. Katanya, ibu mertua itu suka menantu yang bisa memasak. Jadi ia akan membuat kue untuk camilan Gio dan Margaret yang sedang bermain di belakang. Berbekal resep di youtube, Aluna nekat akan membuat browni
Baca selengkapnya

Chapter 125

Akhirnya selesai juga. Brownis banyak untuk orang yang ada di rumah. Pelayan yang bekerja di rumah Ethan begitu senang mencicip brownis. Tidak lupa satpam yang berjaga di depan juga. Mereka berterima kasih dengan wajah yang sumringah. Rasanya lega sekaligus senang bisa membuat orang lain bahagia. Aluna duduk di sofa ruang tamu. Begitupun dengan Margaret. Mereka berdua terlihat begitu lelah. “Meskipun melelahkan, tapi ini seru. Aku sudah lama tidak membuat kue sebanyak itu,” ujar Margaret mengambil kue buatan mereka berdua. “Ehm..” Margaret mengangguk. “Rasanya biasa seperti yang aku buat, selalu enak.” Aluna tertawa pelan sambil mengangguk. “Benar. Rasanya memang enak.” “MAMA NENEK!” Gio turun bersama pelayan yang menjaganya. “Mama dan nenek membuat banyak kue?” tanya Gio dengan polos. Aluna mengangguk. “Duduklah dan makan.” Gio patuh dan memakan kue dengan lahap. “Mama Gio mau main mobil…” Gio sudah pergi mengambil mainannya dengan tangan yang masih meng
Baca selengkapnya

Chapter 126

“Aku sudah memberitahu mama semuanya, jangan macam-macam.” Ethan menaruh tangannya di sakunya. Margaret menyipitkan mata. Kemudian menaruh tangannya di bahu Aluna. Ethan melotot. “Jangan lakukan apapun!” menunjuk tangan mamanya dengan panik. “Kenapa?” Margaret mengalunkan tangannya di bahu Aluna. “Kita sudah berteman.” Sambil mengedipkan salah satu matanya. Ethan menatap ibunya tidak yakin. “Kenapa? kamu masih tidak yakin?” tanya Margaret. Kemudian berdiri. “Mama sudah merestui kalian.” Ethan masih tidak yakin. Sungguh! Ia tidak bisa mempercayai mamanya begitu saja. “Masih tidak percaya?” Ethan mengangguk. “Mama mencurigakan.” Margaret menghela nafas. “Mama sudah minta maaf pada Aluna. Maaf juga mau minta maaf pada kamu. Mama yang terlalu egois sampai tidak memikirkan kebahagiaan kamu.” “Tapi sekarang, Mama akan selalu dukung keputusan kamu.” “Tinggal restu papa kan? Supaya kalian bisa menikah?” tanya Margaret. Ethan mengangguk. “Gampang!” Margaret hanya menjentikkan jar
Baca selengkapnya

Chapter 127

Arena berkuda. Tempat Ethan dan papanya dulu sering latihan. Bahkan Ethan pernah meraih juara dalam perlombaan. Namun, datang ke tempat ini untuk acara keluarga bukanlah keputusan yang tepat bukan? “Papa itu kuda!” Gio nampak begitu bersemangat saat melihat kuda yang begitu besar. “Mau naik?” tanya Ethan. “Mau!” jawab Gio semangat. “Papa tidak menyangka kamu mau datang.” Peter mendekati mereka. Pandangannya jatuh pada Gio yang sekarang sembunyi di balik badan Ethan. Gio hanya takut, apalagi pertemuan pertama mereka Peter hanya menunjukkan wajah yang datar. “Mau bertanding?” tanya Peter. “Tidak. Aku datang ke sini untuk mengajak Gio bermain.” Ethan menggendong Gio di lengannya. “Kamu sudah lama tidak bermain. Jangan membawa anak kecil saat menunggang kuda.” “Biar Gio bersamaku.” Peter memandang Gio yang terlihat ragu menatapnya. “Gio..” panggilnya. “Kakek akan mengajari kamu caranya berkuda.” “Apa papa yakin tidak mencelakakan Gio?” tanya Ethan yang masih ti
Baca selengkapnya

Chapter 128

Ethan turun dari kuda. Ia mendekati Gio yang masih berada di atas dan di dampingi oleh Peter. “Ayo turun Gio.” Ethan menggendong Gio yang berada di atas kuda. Akhirnya bocah itu berada di pelukan Ethan. “Suka?” tanya Ethan. Gio mengangguk. “Tadi kakek sangat hebat,” puji Gio pada kakeknya. Peter yang diam-diam mendengarkan menjadi tersenyum. Ethan mengerjap. “Lebih hebat dari papa?” tanya Ethan tidak terima. “Iya!” Gio mengangguk. “Tadi papa terjatuh!” “Benar.” Peter mendekat. “Untung saja kamu berkuda dengan kakek jika bersama papamu. Kamu bisa jatuh berguling-guling seperti papamu.” Gio mengangguk setuju dengan ucapan kakeknya. “Hah! Aku tidak berguling-guling..” Ethan melotot. “Kudanya sulit dikendalikan hingga aku jatuh! Tapi aku tidak sampai berguling-guling separah itu!” Peter berdecih pelan sambil tertawa. “Lihat baju kamu. Seperti terjebur di dalam kolam lumpur!” Ethan menatap dirinya sendiri. “Ini—” “Gio ikut kakek sini..” Peter sudah merebut Gio
Baca selengkapnya

Chapter 129

Ellya Winston, anak yang selama ini disembunyika, diusir dan dianggap tidak ada keberadaannya. Ethan bahkan sudah lupa dengan adiknya itu. Namun sejak kapan ia menganggap perempuan itu adiknya. Ethan menggeleng pelan setelah mendengar ucapan Papanya. “Mama sudah tahu?” “Kami sudah berdiskusi. Mama akan menerima Ellya dan akan berusaha menggapnya anak sendiri. Dia sudah terlalu lama diasingkan.” “Papa ingin menebus kesalahan Papa..” lirih Peter. “Meskipun kesalahan Papa tidak pernah dimaafkan.” Ethan mengangguk. “Setidaknya Papa sudah berusaha.” Ethan menatap Peter. “Ethan hargai usaha Papa.” Peter tersenyum. “Papa harap kamu bisa menerimanya.” “Ethan akan berusaha.” Sebagai akhir yang menyenangkan. Ethan yang berbaikan dengan ayahnya. Orang tuanya juga tidak egois dan mau belajar untuk menjadi orang tua yang lebih baik. Setelah membersihkan diri Ethan menyusul keluarganya yang berada di lantai atas. Di meja sudah penuh dengan makanan. “Waah es krimnya ena
Baca selengkapnya

Chapter 130

“Waah siapa tuh kekanak-kanakan…” Ethan yang mendengar kalimat terakhir Aluna. “Bukan aku kan sayang..” Ethan mengecup pipi Aluna dari samping. Peter mengernyitkan matanya menatap Ethan. Tidak pernah melihat Ethan seceria itu. Anaknya satu itu terlihat begitu bahagia bersama Aluna. “Ya kamulah!” ucap Peter. Ethan berdecak. “Masa?” “Ethan kamu benar-benar berani ya..” ucap Peter yang terlihat kesal dan ingin sekali menepuk kepala Ethan dengan garpu yang ada di tangannya. Ethan tertawa pelan. “Aku sudah tidak takut denganmu, Pa.” Ethan menggeleng pelan. “Hanya Aluna yang bisa mengatasi kamu.” Peter menunjuk Ethan dengan dagunya. “Segera menikah saja kalian.” Peter menatap Aluna dan Ethan bergantian. Ethan mengangguk. “Bagaimana kalau minggu depan?” Aluna mengernyit. “Secepat itu? kamu tidak persiapan memangnya?” herannya. Margaret yang baru saja datang menggeleng pelan. Memang sedang dimabuk asmara jadi wajar saja. “Jangan terburu-buru. Siapkan dulu pernikaha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
48
DMCA.com Protection Status