Entah ke mana Ethan menyetir mobil. Yang pasti mereka melewati jalan yang gelap. Mau curiga pada Ethan, tapi pria itu calon suaminya sendiri. Mau takut Ethan macam-macam, setiap hari sudah dimacam-macami. Sudahlah Aluna memejamkan saja. Pasrah di bawa ke mana oleh Ethan. Tidak ada Gio. Bocah itu dibawa ke rumah kakek dan neneknya. Sehingga orang tuanya bebas ke mana saja. “Ethan aku mengantuk ini..” Aluna bergumam. “Tidur saja.” Ethan mengusap puncak kepala Aluna. “Aku akan membangunkanmu saat sudah sampai.” Aluna membuka matanya sedikit. “Sungguh? Aku curiga kamu akan membunuhku dan mencincang tubuhku hidup-hidup.” Ethan berdecih pelan. tangannya yang besar itu membekap bibir Aluna agar tidak berbicara yang tidak-tidak. “Akh!” Ethan menarik tangannya yang digigit oleh Aluna. “Tapi ini jalan yang benar kan?” tanya Aluna yang benar-benar tidak tahu Ethan ini akan ke mana. Sudah pukul 10 malam lagi. Takut ada begal juga. Tapi untungnya jalan seram itu h
Ada helikopter yang berada di depan. Helikopter itu nampak mengibarkan sebuah banner ke bawah. Di sertai dengan letupan kembang api. Balon yang berukuran banyak itu terbang ke atas. [Will you marry me, Aluna Freya?] Tulisan yang ada di banner tersebut. Aluna menutup bibirnya. Ia tidak bisa menahan air matanya untuk tidak jatuh. “Will you marry me my princess?” tanya Ethan yang tengah memegang sebuah cincin berwarna silver. Aluna diam… bukan karena menolak. Tapi karena sesak. Karena tangisnya sendiri. Sialnya sampai ia tidak bisa berbicara. “Jawabannya yes or ya.” Aluna mengangguk tapi tidak bisa berucap. “Hei.. bilang iya,” Ethan mengusap air yang membasahi pipi Aluna. “Iyaa…huaa..” Aluna malah menangis. Ethan tertawa dan memasang cincin indah itu di jari manis Aluna. Setelah itu membawa Aluna ke dalam dekapannya. Bahkan semua orang yang terlibat dalam pelaksanaan lamaran ini tersenyum bahagia. Kembang api diluncurkan lebih banyak. Aluna menatapnya
Ethan melepaskan ciuman mereka. Kemudian menyatukan dahinya dengan dahi Aluna. Dengan jarak yang sedekat ini, ia bisa melihat wajah cantik calon istrinya lebih jelas. “Cantik,” ucapnya. Aluna mendengus pelan. “Benarkah?” “Kenapa kamu selalu tidak percaya dengan apa yang aku katakan?” tanya Ethan. Karena selama ini Aluna yang tidak pernah berterima kasih saat ia memujinya. “Aku hanya tidak yakin… diriku cantik..” Aluna mengedikkan bahu. “What?” Ethan mengernyit. “Secantik ini kamu tidak percaya diri?” tanyanya. Ethan menggeleng pelan. “Jika aku jadi kamu akan berjalan dengan angkuh dan percaya diri.” “Sudah tidak diragukan lagi. Jika aku bersikap seperti kamu yang percaya diri, aku bisa menarik perhatian banyak laki-laki.” “Oh…” Ethan mengusap pipi Aluna. “Kalau begitu jangan. Hanya boleh percaya diri di hadapanku.” Aluna tertawa pelan. “Aku masih tidak percaya…” gumam Ethan. “Aku sudah punya anak, akan menikah..” Aluna tertawa pelan. “Kenapa? Apa terlalu tidak mungkin se
H-3 pernikahan Aluna dengan Ethan. Gaun yang akan digunakan Aluna akan segera selesai. Aluna ingin menggunakan gaun seperti seorang princess untuk pernikahan mereka. Dan ingin menggunakan dress seksi untuk acara after wedding mereka. Tentu saja pengumuman pernikahan mereka membuat orang heboh. Apalagi Aluna sendiri adalah asisten Ethan. Kini semua orang bertanya-tanya bagaimana mereka menjalin hubungan. Desas-desus pun terjadi. Pada akhirnya ada satu berita yang tiba-tiba muncul dan membuat semua orang heboh. [Seorang wanita yang dikabaran akan menikah dengan Ethan Winston merupakan wanita panggilan?] sebuah berita tersebar di internet dengan cepat. [Wanita yang dikabarkan akan menjadi istri Ethan sempat pergi ke hotel untuk menemui pria yang sudah membayarnya] Foto Aluna saat memasuki hotel pun tersebar. Namun dengan wajah yang diblur. Saat itu ia menggunakan dress hitam selutut dan heels tinggi. [Dan ternyata…wanita itu juga sudah punya anak?] Aluna membaca b
“Minggir sialan!” Ethan membuat kerumunan itu akhirnya terbelah. Ia langsung meraih Gio dan menggandeng tangan Aluna. Mereka langsung pergi ke rumah sakit. Kata dokter keadaan Gio tidak serius. Bocah itu sesak karena kaget dan dikerumuni banyak orang. Aluna dan Ethan duduk di sofa dekat Gio yang sedang berbaring di atas ranjang. “Kita perlu bicara Aluna,” ucap Ethan. Aluna menoleh. Ia merasa nada bicara Ethan dingin. Pria itu pasti marah. Tentang, berita itu. Ethan pasti kecewa padanya. Di rooftop rumah sakit adalah tempat teraman agar tidak ada orang yang melihat mereka apalagi mendengar pembicaraan mereka. Ethan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. “Aku tidak akan tanya berita itu. Tapi aku percaya kamu tidak akan pernah melakukan hal itu.” Aluna menoleh. “Aku yakin ada orang yang tidak senang denganmu sehingga membuat berita murahan seperti itu..” Ethan menghela nafas. “Bagaimanapun aku akan mencari siapa yang membuat berita itu dan memberinya pelaja
Akhirnya Gio diperbolehkan pulang. Untuk sekarang, Aluna tidak memperbolehkan Gio sekolah. Menunggu keadaan sampai membaik. Aluna baru saja menemani Gio tidur di kamar. Sekarang ia berjalan menuruni tangga. “Aluna..” panggil seorang wanita yang baru saja masuk. Aluna tersenyum ragu. “Mama ke sini..” Margaret mengernyit sinis. Ia mendekat. “Kenapa tidak memberitahu mama Gio masuk rumah sakit? Mama pikir kalian baik-baik saja..” “Gio hanya dirawat sehari di rumah sakit sehingg Aluna tidak memberitahu kalian.” Margaret menyipitkan mata. Ia melangkah mendekati Aluna. Ketika sampai di hadapan Aluna. Tangannya terangkat. Sontak hal tersebut membuat Aluna memejamkan mata. Sampai ia membuka matanya dan merasakan tangan Margaret yang mengusap kepalanya. “Pasti berat sekali ya?” Margaret menghela nafas. “Mama tahu berita yang sedang beredar. Tidak penting kamu melakukannya atau tidak. Tapi mama yakin kalaupun kamu melakukannya kamu pasti menggunakan uang itu untuk me
“Sudah ketemu orang yang menyebar berita tentang Aluna?” tanya Ethan pada Sandy, orang kepercayaannya. “Sudah, sir. Ternyata dia bekerja di tempat bordil. Memang benar dia satu sekolah dengan anda., dia juga berada di angkatan yang sama dengan anda.” “Sial,” geram Ethan. “Hidupnya saja sudah hancur bagaimana aku menghancurkan hidupnya lagi..” lirihnya. “Setelah aku selidiki ternyata di mengidap HIV dan sudah diambang kematian,” jelas Sandy. “Sial…” geram Ethan. “Malah mau mati lagi. Bagaimana aku memberinya pelajaran?” Sandy yang ditanya malah bingung. “Haruskah aku tanya pada Aluna?” tanya Ethan. “Jika anda bertanya pada istri anda. Kemungkinannya hanya satu, kekasih anda pasti ingin anda memaafkan perempuan itu.” Ethan mengerjap. “Aku belum menikah dengan Aluna. Nanti kalau menikah aku akan mengundangmu..” “Aku tidak ingin memaafkannya..” lirih Ethan. “Bukannya tobat akan segera mati, tapi malah mencari masalah dengan orang lain.” “Mungkin iri dengan hidup orang
Ethan menatap dirinya di depan cermin. Sudah sempurna! Kemeja beserta jas putih itu melekat sempurna di tubuhnya. Namun ada yang membuat Ethan frustasi. Sejak kemarin walaupun berada di dalam hotel yang sama, ia tidak boleh bertemu dengan Aluna. Katanya dipingit. Tapi Ethan sungguh tidak tahan ingin melihat Aluna. Akhirnya ia keluar dari kamarnya. Baru saja sampai di depan kamar Aluna, ia terlonjak begitu kaget. “Hayoo mau ngapain kamu!” teriak Margaret mengejutkan Ethan. Ethan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Aku hanya melihat-lihat..” sambil menyipitkan mata. “Kasihan tidak bisa melihat Aluna…” lirih Margaret sambil menggelengkan kepala. “Padahal Aluna sangat cantik.” “Benarkah?” kedua mata Ethan berbinar. “Aku akan menemuinya.” Berusaha membuka pintu. Namun saat terbuka malah berhadapan dengan ibu Aluna. “Tidak boleh masuk!” Linda bersindekap menatap Ethan. “Sebentar saja ya bu..” Ethan memohon sambil menyatukan tangannya. “Tidak boleh..” Linda menyilangkan
Di dalam sebuah ruangan. Seorang pria sampai tertidur di kursi dengan kepala yang bersandar pada ranjang. Gio tidak akan meninggalkan Agatha sampai wanita itu bangun. Sampai pria itu terbangun akibat usapan lembut di kepalanya. Gio bangun dan melihat Agatha yang tengah menatapnya. “Kamu butuh apa?” tanya Gio. Agatha membuka bibirnya. tapi ucapannya sangat kecil. Seperti lirihan.. “Haus..” lirihnya. Gio dengan sigap bangun. Mengambil air untuk Agatha. membantu Agatha sedikit bangun agar bisa minum dengan nyaman. Gio hendak membaringkan tubuh Agatha lagi. tapi wanita itu menolaknya. “Kenapa?” tanya Gio. “Kamu harus istirahat dulu kata dokter.” Agatha menggeleng. “Aku lelah…” lirihnya. Gio menghela napas. “Benar. Kamu memang lelah setelah lama terbaring di kasur.” Akhirnya Agatha duduk di ranjang. kedua matanya juga terbuka dengan lebar meski hari masih malam. Seolah sangat segar dan tidak bisa tertutup. “Kenapa aku merasa aneh..” lirihnya. “Apa aku koma te
Beberapa hari sebelum kejadian. Beberapa hari sebelum rapat… Gio baru saja keluar dari perusahaan… Berjalan pelan—sempat diam sebentar mengamati langit yang mendung. Hari ini sangat melelahkan. Jujur ia ingin sekali pulang dan istirahat. Tapi…. Gio merogoh ponselnya—melihat satu pesan yang baru saja muncul. Pesan dari bodyguard yang menjaga ruangan Agatha di rumah sakit. [Sir nona Agatha kritis. Keadaannya kian memburuk. Para dokter sedang memberikan pertolongan.] Tanpa menunggu waktu lama lagi. Gio langsung pergi ke rumah sakit di mana Agatha dirawat. Agatha yang berada di ruangan sedang dikerubungi oleh dokter dan perawat. Gio memejamkan mata—kedua tangannya menutupi wajahnya. “Bertahan Agatha…” lirihnya. Sampai akhirnya dokter keluar… “Agatha…. tidak selamat.” Dokter itu mengatakan hal keramat itu pada Gio. “Para perawat akan segera mencabut alat-alat medis dari tubuhnya.” Gio menggeleng—ia segera masuk ke dalam ruangan. Menghalangi para perawat y
“Kenapa ingin bertemu denganku?” tanya Leonard pada Levin yang ada di hadapannya. Mereka dipisahkan oleh kaca dan tembok.. Leonard hanya bisa melihat ayahnya itu dari kaca. “Aku ingin kau meneruskan perusahaan,” ucap Levin. Leonard menatap ayahnya tidak percaya. “Kau pikir aku kau?” tanyanya. “Aku bukan kau. aku bukan kau yang membunuh saudara, keponakan sendiri untuk mendapatkan kekuasaan.” Levin tertawa pelan. “Kau hidup karena uangku. Kau hidup karena kekusaanku.” Menatap anaknya itu. “Darahmu itu mengalir darahku juga. Mau berlari seperti apapun, kau tetap sama denganku.” Leonard mengepalkan kedua tangannya. “Tidak puas kau menyakiti Mom dan aku? Tidak puas? sampai sekarang pun kau masih menyuruhku sesuka hatimu!” teriak Leonard. Tatapan Leonard pada ayahnya sepenuhnya dendam dan kebencian. Bukan tanpa alasan. Leonard tahu semuanya. Tahu yang terjadi pada orang tuanya. Levin sering menyiksa dan memukul ibunya. Ia juga tahu perselingkuhan yang dilakukan Levin
“Saya tadi mencari anda. Tapi anda langsung pergi. saya bertanya pada bodyguard anda, katanya anda sedang pergi ke gereja.” Polisi yang membantu penyelidikan kasus Agatha. Gio mengangguk. mereka duduk di sebuah bangku. Polisi itu mengeluarkan rokok, menyulutnya kemudian menghisapnya perlahan. “Terima kasih,” ucap Gio. “Terima kasih sudah membantu saya. Kapanpun anda membutuhkan bantuan, anda bisa menghubungi saya.” Polisi itu mengangguk.“Saya dulu yang memegang kasus Bryan Harper.” Gio menoleh. baru tahu mengenai hal itu. “Dari awal saya memang menemukan keanehan pada kasus itu. namun, para atasan menyuruh saya untuk diam saja. waktu itu saya memberontak dan berusaha untuk mengungkap kasus tersebut, tapi karena saya membangkang. Saya diturunkan jabatan…” “Dari sanalah saya tidak memegang kasus besar. Tapi anda datang, membantu saya juga…” polisi itu menatap Gio. “Saya juga berterima kasih pada anda. Karena anda, saya bisa menempati posisi awal saya.” Gio mengangguk. “Ternya
“Ditetapkan menjadi tersangka berdasarkan bukti….” Semua dijelaskan secara rinci. Semua yang membuktikan Levin sebagai dalang dibalik pembunuhan dan perencanaan pembunuhan. “Sebelum itu, ada hal yang ingi disampaikan?” tanya Hakim. Levin menatap semua orang yang ada di sana. Tidak ada satupun keluarga Levin yang datang ke pengadilah. Saudara, anak bahkan istrinya tidak ada yang datang. Tidak tahu apa yang terjadi. Tapi mereka tidak ada yang datang. “Tidak ada.” “DASAR BAJINGAN!” teriak Jessika. “KAU TIDAK HANYA MEMBUNUH SAUDARAMU SENDIRI, KAU MEMBUNUH ANAK SAUDARAMU JUGA. KAU TIDAK MERASA BERSALAH?” Pak Rudi berusaha menenangkan Jessika lagi. “Tenang Jessika…” Jessika memberontak. Ia melepaskan tangan pak Rudi di lengannya. “DASAR BAJINGAN! DASAR IBLIS! SAMPAI KAPANPUN AKU TIDAK AKAN PERNAH MEMAAFKANMU!” “Iya Jessika. Iya… tenang dulu ya..” pak Rudi membawa Jessika untuk duduk kembali. “Jangan berteriak. Nanti kau bisa diusir..” ucap Pak Rudi lagi. Sementara
Semua berjalan begitu saja. Dan Agatha masih sama. tidak kunjung bangun. Kata dokter, tidak ada perubahan pada Agatha. Dan yang terakhir. Dokter itu menegaskan. Tidak ada harapan, tubuh Agatha hanya ditopang oleh alat-alat medis. Jika tanpa alat medis tersebut—Agatha tidak akan bertahan. Tapi Gio bersikukuh mempertahankan Agatha. ia akan menunggu—sampai kapanpun. Ia akan menunggu selama apapun. Ia akan tetap menunggu Agatha bangun. “Dia terlihat lelah bukan…” Aluna berada di samping Gio. Menatap kaca yang menampilkan Agatha terbaring lemah. Kian hari kian kurus.. Kian hari tubuhnya—seluruh tubuhnya termasuk wajahnya juga pucat. Gio menghela napas. Kemudian mengangguk. Hanya anggukan untuk menjawab ucapan mamanya. “Jangan bilang mama juga menyuruhku untuk melepaskan Agatha, seperti orang-orang lain yang menyuruhku untuk menyerah saja?” tanya Gio. Aluna menggeleng. “Tidak.” “Mama tidak akan menyuruh kamu melepaskan. Jika mama ada di posisi kamu. mama juga
Semua bukti telah diberikan kepada polisi. Dengan semua bukti yang telah lengkap itu, kasus langsung ke kejaksaan. Semua orang dipanggil… Calista menjadi tersangka utama dalam kasus itu. Calista yang terbukti menjadi orang yang menyuruh pria untuk membunuh Agatha. Sampai akhirnya Calista ditetapkan menjadi tersangka. Karena tidak ingin hancur sendirian. Ia juga menyeret nama Levin. Sampai Levin pun sekarang menjadi terdakwa… Menjadi orang yang dicurigai menjadi dalang utama dari rencana pembunuhan Agatha. Satu persatu terbuka… Kasus yang telah ditutup pun akhirnya dibuka juga. Kasus kecelakaan Jordy dan kecelakaan Bryan Harper. Rumah Levin digrebek. Ruangan kantor Levin juga tidak luput dari penyelidikan. Penangkapan Levin pun menjadi perbincangan karena, pria itu ditangkap saat berada di bandara. Hendak melarikan diri keluar negeri. Ada banyak bukti-bukti yang di dapatkan setelah penggrebekan itu. Ponsel-ponsel yang disembunyikan oleh Levin… Ponsel yan
Gio mengangguk mengerti. “Saya punya kenalan seorang hakim yang sangat tegas…” polisi itu berhenti sejenak. “Tapi saya tidak bisa memilik hakim saat kasus sudah masuk ke kejaksaan.”“Siapa hakim itu?” tanya Gio. “Saya akan mengirimkan detailnya.” Gio berdiri dari duduknya. “Jika kau berhasil mengerjakan kasusku dengan baik. aku akan memberimu bayaran tambahan.”Polisi itu ikut berdiri kemudian menggeleng. “Tidak. Sudah menjadi tugas saja menangani kasus dengan benar. Anda datang ke sini menandakan bahwa saya adalah penegak hukum yang dapat dipercaya.” “Anda tidak perlu membayar saya lagi. karena memang sudah tugas saya.” Gio mengernyit. tapi kemudian berjalan mendekat. “Jika suatu nanti kau memerlukan bantuan. Kau bisa menghubungiku.” Setelah itu Gio pergi. [Keadaan Agatha memburuk] sebuah pesan dari bodyguard. Gio langsung pergi ke rumah sakit. Meski jadwalnya yang begitu padat. Gio tidak peduli. Ia tetap pergi ke rumah sakit untuk melihat bagaimana keadaan kekasihnya. Ses
Sudah beberapa hari Agatha dirawat. Meski mendapatkan penjagaan ketat, Gio masih mengijinkan orang-orang terdekat Agatha menjenguk. Bukan hanya terdekat, karyawan Agatha, teman-teman Agatha. Silih berganti orang-orang datang—mereka hanya bisa melihat Agatha dari jendela. Semuanya berhati-hati. keadaan Agatha belum stabil. Gio menunduk—di sela-sela kesibukannya. Ia menyempatkan diri untuk datang menjenguk Agatha. “Babe..” panggil Gio. “Kamu tidak bosan terus tidur seperti ini?” tanya Gio. “Semua orang menyayangi kamu.” Gio mengambil tangan Agatha. Mengenggamnya perlahan. Mengusapnya dengan sayang. Sesekali mengecupnya. Wajah Agatha kian hari kian pucat. Kata dokter, mengajak pasien koma berbicara dan bercerita bisa membantu mereka pulih. Untuk itu, Gio selalu berbicara. Meski ia tidak terlalu bisa bercerita. “Hari ini.. semua karyawanmu datang menjenguk. Ada perempuan yang mengajak kamu minum juga. Aku tidak tahu namanya.” “Tapi dia terlihat begitu sedih melih