“Sudah ketemu orang yang menyebar berita tentang Aluna?” tanya Ethan pada Sandy, orang kepercayaannya. “Sudah, sir. Ternyata dia bekerja di tempat bordil. Memang benar dia satu sekolah dengan anda., dia juga berada di angkatan yang sama dengan anda.” “Sial,” geram Ethan. “Hidupnya saja sudah hancur bagaimana aku menghancurkan hidupnya lagi..” lirihnya. “Setelah aku selidiki ternyata di mengidap HIV dan sudah diambang kematian,” jelas Sandy. “Sial…” geram Ethan. “Malah mau mati lagi. Bagaimana aku memberinya pelajaran?” Sandy yang ditanya malah bingung. “Haruskah aku tanya pada Aluna?” tanya Ethan. “Jika anda bertanya pada istri anda. Kemungkinannya hanya satu, kekasih anda pasti ingin anda memaafkan perempuan itu.” Ethan mengerjap. “Aku belum menikah dengan Aluna. Nanti kalau menikah aku akan mengundangmu..” “Aku tidak ingin memaafkannya..” lirih Ethan. “Bukannya tobat akan segera mati, tapi malah mencari masalah dengan orang lain.” “Mungkin iri dengan hidup orang
Ethan menatap dirinya di depan cermin. Sudah sempurna! Kemeja beserta jas putih itu melekat sempurna di tubuhnya. Namun ada yang membuat Ethan frustasi. Sejak kemarin walaupun berada di dalam hotel yang sama, ia tidak boleh bertemu dengan Aluna. Katanya dipingit. Tapi Ethan sungguh tidak tahan ingin melihat Aluna. Akhirnya ia keluar dari kamarnya. Baru saja sampai di depan kamar Aluna, ia terlonjak begitu kaget. “Hayoo mau ngapain kamu!” teriak Margaret mengejutkan Ethan. Ethan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Aku hanya melihat-lihat..” sambil menyipitkan mata. “Kasihan tidak bisa melihat Aluna…” lirih Margaret sambil menggelengkan kepala. “Padahal Aluna sangat cantik.” “Benarkah?” kedua mata Ethan berbinar. “Aku akan menemuinya.” Berusaha membuka pintu. Namun saat terbuka malah berhadapan dengan ibu Aluna. “Tidak boleh masuk!” Linda bersindekap menatap Ethan. “Sebentar saja ya bu..” Ethan memohon sambil menyatukan tangannya. “Tidak boleh..” Linda menyilangkan
Pintu terbuka. Gaun putih yang memanjuntai indah. Aluna tersenyum dibalik tudung yang digunakan. Gaun putih itu melekat sempurna di tubuhnya. Aluna menatap Ethan yang tengah menunggunya sembari tidak berhenti menatapnya. Bagi Ethan, dari banyaknya hari yang dilalui bersama Aluna. Hari ini adalah hari yang paling membahagiaakan. Apalagi Aluna menggunakan dress putih itu—seperti seorang bidadari yang sedang berjalan ke arahnya. Seperti ada satu sorot lampu yang hanya menyinari mereka berdua. Ethan hanya fokus pada Aluna yang saat ini semakin dekat dengannya. Aluna berhenti ketika ia berada di hadapan Ethan. “Jangan menangis Ethan..” lirih Aluna. Ethan mengerjap. “Aku tidak menangis..” melotot, tidak terima dikatakan menangis. Padahal Cuma berkaca-kaca saja.. Ethan mengulurkan tangannya. Aluna menyambutnya dan mereka berhadapan dengan pendeta. Aluna dan Ethan saling memandang saatnya mengucapkan janji pernikahan mereka. “I Ethan Winston, take you Aluna Freya,
21++ Setelah ucapa pernikahan mereka. Ethan dan Aluna seharusnya berada di kamar hotel untuk dirias. Persiapan acara resepsi yang akan dilakukan nanti malam. mereka hanya mempunya waktu beberapa jam sampai acara mulai. Tapi Ethan malah menariknya ke sebuah ruang yang sepertinya digunakan untuk menyimpan berbagai alat kebersihan. “Ethan kamu gila—” ucapan Aluna terpotong saat Ethan telah menarik tengkuknya. Menciumnya dengan rakus. Ethan bahkan tidak membiarkan Aluna bernafas dengan benar. Aluna mengalunkan tangannya di leher Ethan. jujur saja susah untuk menolak permianan suaminya itu. Ethan mengangkat tubuh Aluna ke atas meja yang sedikit reot itu. “Aku merindukanmu..” Ethan mengecup leher Aluna. Memberi tanda kepemilikan di sana.. “Ah!” Aluna mendongak. mengusap kepala Ethan sebagai pelampiasannya. “Pelankan suaramu babe,” ucap Ethan. Ia mengusap bibir Aluna menggunakan jari jempolnya. Sedangkan bibirnya turun membelai dada Aluna yang begitu seksi. “Aku
Ada satu gedung yang digunakan acara resepsi. Resepsi hanya dihadiri oleh kerabat, rekan bisnis Winston. Aluna yang begitu cantik menggunakan dress berwarna maroon. Rambutnya disanggul begitu cantik. Mereka menyapa para tamu sebelum acara inti resepsi ini dimulai. “Sudah lelah?” tanya Ethan. Aluna mengangguk. “Bukan hanya lelah, tapi aku mengantuk. Kamu menyiksaku tadi saing.” Ethan tertawa. “Bukan menyiksamu. Kamu menikmati sekali kok..” “Ih!” Aluna memukul pelan bahu Ethan. Sampai mereka terdiam karena orang tua Ethan mendekat sembari membawa seorang perempuan bersama mereka. Aluna yakin perempuan itu adik tiri Ethan yang sudah dibicarakan oleh Ethan sendiri. Aluan menatap Ethan yang ternyata hanya diam dan menatap orang tuanya dengan datar. Aluna menggandeng lengan Ethan. Ia mengusap lengan Ethan pelan untuk menenangkan Ethan yang sepertinya tidak begitu suka. “Ethan..” panggil Peter. “Ini adik kamu, Ellya. Dia baru sampai tadi sore sehingga tidak bisa men
“Siapa? Aku tidak pernah melihatmu?” mengulurkan tangan. Namun baru saja Ellya ingin menjabat tangan Bobby, Ethan lebih dulu menepis tangan Bobby. “Hei kau!” Bobby yang tidak terima acara perkenalannya dihancurkan oleh Ethan begitu saja. “Jangan dekat-dekat… jangan sembarangan.” Ethan sembari menatap tajam Bobby. “Aku hanya ingin berkenalan dengan gadis cantik ini..” Bobby menggeleng frustasi dan menepuk dadanya sendiri. “Apa salahku hah..” “Dia adikku. Jangan sembarangan kau.” Jika saja tidak berada di acaranya, Ethan pasti sudah menendang kaki temannya ini untuk diam dan jangan menggangu Ellya. “Adik?” heran Bobby. Bobby menatap Ellya dan Ethan bergantian. Mirip sih! Tapi masa adik? Dari mana? Tapi setelah berpikir lebih jauh.. ia baru sadar. Adik Ethan yang tidak pernah muncul. Bahkan keberadaannya antara ada dan tiada karena selalu diasingkan ke luar negeri. “Oh kau adik Ethan…” Bobby mengambil tangan Ellya lancang dan mencium punggung tangan mulus itu. “H
Acara dimulai. Dengan memotong kue bersama sampai berdansa di tengah. Aluna menoleh pada ibunya yang membawa Gio pergi. Syukurlah Gio harus segera istirahat. Jangan sampai kelelahan dan sakit. “Gio sudah aman. Aku menghubungi dokter untuk berjaga-jaga. Dokter itu akan segera ke sini saat kondisi Gio melemah..” Ethan memeluk pinggang Aluna. Tubuh mereka saling menempel. “Hm. Aku sangat kawatir dengan Gio..” “Aku takut tubuhnya semakin melemah.” “Kita akan segera mendapatkan pendonor jantung untuk Gio.” Aluna mengangguk. “Semoga.” Ethan memutar tubuh Aluna. Tangannya terangkat hingga Aluna berputar sendiri. Sampai tubuh mereka saling mendekat kembali. Dan lebih erat dari sebelumnya. Ethan menyatukan dahi mereka. Ethan melirik mama papanya yang berada di samping mereka. “Mereka tidak mau kalah. semakin tua semakin romantis,” ucap Ethan sembari menyatukan dahinya dengan dahi Aluna. “Adik kamu…” Aluna menyipitkan mata melihat Ellya yang berdansa dengan Bobby.
21++ Aluna menurunkan dressnya sepenuhnya. Kini tubuhnya hanya menggunakan dalaman berwarna merah menyala. Sangat kontras dengan tubuhnya yang berwarna putih pucat. Ethan berdecih pelan. Senyum smirk melihat keberanian Aluna. Tangannya hanya berpegang pada pagar di belakangnya. Sedangkan tangannya yang satunya lagi masih menjepit rokok. Ethan menghembuskan asap rokoknya dengan santai. “Goda aku sampai aku ingin menerjangmu…” Ethan tersenyum miring. Aluna berdecih pelan… “Kalau aku berhasil. Apa yang akan aku dapatkan?” “Semuanya. Aku akan memberikanmu apapun.” Aluna menatap Ethan dengan tatapan memuja. Bibirnya terbuka—bibir wanita itu berwarna merah karena lipstik. “Aku tidak menginginkan apapun..” lirih Aluna. “Karena aku hanya ingin memberimu hadiah….” Aluna mendekat… Ethan tahu. Ethan tahu sekali sebenarnya Aluna gugup. Hanya saja Aluna memang berusaha membuatnya tergoda. Gila! Ethan bahkan ingin segera menerjang Aluna yang begitu menggoda. Kali