21++ Setelah ucapa pernikahan mereka. Ethan dan Aluna seharusnya berada di kamar hotel untuk dirias. Persiapan acara resepsi yang akan dilakukan nanti malam. mereka hanya mempunya waktu beberapa jam sampai acara mulai. Tapi Ethan malah menariknya ke sebuah ruang yang sepertinya digunakan untuk menyimpan berbagai alat kebersihan. “Ethan kamu gila—” ucapan Aluna terpotong saat Ethan telah menarik tengkuknya. Menciumnya dengan rakus. Ethan bahkan tidak membiarkan Aluna bernafas dengan benar. Aluna mengalunkan tangannya di leher Ethan. jujur saja susah untuk menolak permianan suaminya itu. Ethan mengangkat tubuh Aluna ke atas meja yang sedikit reot itu. “Aku merindukanmu..” Ethan mengecup leher Aluna. Memberi tanda kepemilikan di sana.. “Ah!” Aluna mendongak. mengusap kepala Ethan sebagai pelampiasannya. “Pelankan suaramu babe,” ucap Ethan. Ia mengusap bibir Aluna menggunakan jari jempolnya. Sedangkan bibirnya turun membelai dada Aluna yang begitu seksi. “Aku
Ada satu gedung yang digunakan acara resepsi. Resepsi hanya dihadiri oleh kerabat, rekan bisnis Winston. Aluna yang begitu cantik menggunakan dress berwarna maroon. Rambutnya disanggul begitu cantik. Mereka menyapa para tamu sebelum acara inti resepsi ini dimulai. “Sudah lelah?” tanya Ethan. Aluna mengangguk. “Bukan hanya lelah, tapi aku mengantuk. Kamu menyiksaku tadi saing.” Ethan tertawa. “Bukan menyiksamu. Kamu menikmati sekali kok..” “Ih!” Aluna memukul pelan bahu Ethan. Sampai mereka terdiam karena orang tua Ethan mendekat sembari membawa seorang perempuan bersama mereka. Aluna yakin perempuan itu adik tiri Ethan yang sudah dibicarakan oleh Ethan sendiri. Aluan menatap Ethan yang ternyata hanya diam dan menatap orang tuanya dengan datar. Aluna menggandeng lengan Ethan. Ia mengusap lengan Ethan pelan untuk menenangkan Ethan yang sepertinya tidak begitu suka. “Ethan..” panggil Peter. “Ini adik kamu, Ellya. Dia baru sampai tadi sore sehingga tidak bisa men
“Siapa? Aku tidak pernah melihatmu?” mengulurkan tangan. Namun baru saja Ellya ingin menjabat tangan Bobby, Ethan lebih dulu menepis tangan Bobby. “Hei kau!” Bobby yang tidak terima acara perkenalannya dihancurkan oleh Ethan begitu saja. “Jangan dekat-dekat… jangan sembarangan.” Ethan sembari menatap tajam Bobby. “Aku hanya ingin berkenalan dengan gadis cantik ini..” Bobby menggeleng frustasi dan menepuk dadanya sendiri. “Apa salahku hah..” “Dia adikku. Jangan sembarangan kau.” Jika saja tidak berada di acaranya, Ethan pasti sudah menendang kaki temannya ini untuk diam dan jangan menggangu Ellya. “Adik?” heran Bobby. Bobby menatap Ellya dan Ethan bergantian. Mirip sih! Tapi masa adik? Dari mana? Tapi setelah berpikir lebih jauh.. ia baru sadar. Adik Ethan yang tidak pernah muncul. Bahkan keberadaannya antara ada dan tiada karena selalu diasingkan ke luar negeri. “Oh kau adik Ethan…” Bobby mengambil tangan Ellya lancang dan mencium punggung tangan mulus itu. “H
Acara dimulai. Dengan memotong kue bersama sampai berdansa di tengah. Aluna menoleh pada ibunya yang membawa Gio pergi. Syukurlah Gio harus segera istirahat. Jangan sampai kelelahan dan sakit. “Gio sudah aman. Aku menghubungi dokter untuk berjaga-jaga. Dokter itu akan segera ke sini saat kondisi Gio melemah..” Ethan memeluk pinggang Aluna. Tubuh mereka saling menempel. “Hm. Aku sangat kawatir dengan Gio..” “Aku takut tubuhnya semakin melemah.” “Kita akan segera mendapatkan pendonor jantung untuk Gio.” Aluna mengangguk. “Semoga.” Ethan memutar tubuh Aluna. Tangannya terangkat hingga Aluna berputar sendiri. Sampai tubuh mereka saling mendekat kembali. Dan lebih erat dari sebelumnya. Ethan menyatukan dahi mereka. Ethan melirik mama papanya yang berada di samping mereka. “Mereka tidak mau kalah. semakin tua semakin romantis,” ucap Ethan sembari menyatukan dahinya dengan dahi Aluna. “Adik kamu…” Aluna menyipitkan mata melihat Ellya yang berdansa dengan Bobby.
21++ Aluna menurunkan dressnya sepenuhnya. Kini tubuhnya hanya menggunakan dalaman berwarna merah menyala. Sangat kontras dengan tubuhnya yang berwarna putih pucat. Ethan berdecih pelan. Senyum smirk melihat keberanian Aluna. Tangannya hanya berpegang pada pagar di belakangnya. Sedangkan tangannya yang satunya lagi masih menjepit rokok. Ethan menghembuskan asap rokoknya dengan santai. “Goda aku sampai aku ingin menerjangmu…” Ethan tersenyum miring. Aluna berdecih pelan… “Kalau aku berhasil. Apa yang akan aku dapatkan?” “Semuanya. Aku akan memberikanmu apapun.” Aluna menatap Ethan dengan tatapan memuja. Bibirnya terbuka—bibir wanita itu berwarna merah karena lipstik. “Aku tidak menginginkan apapun..” lirih Aluna. “Karena aku hanya ingin memberimu hadiah….” Aluna mendekat… Ethan tahu. Ethan tahu sekali sebenarnya Aluna gugup. Hanya saja Aluna memang berusaha membuatnya tergoda. Gila! Ethan bahkan ingin segera menerjang Aluna yang begitu menggoda. Kali
Masih 21++ Yang gak bisa baca, bisa skip aja. Seperti yang sudah dikatakan Aluna, malam ini miliknya. Dia ia yang akan memuaskan suaminya. Aluna mengecup perut bawah Ethan. Menjilat 6 pahatan sempurna milik pria itu. Sixpack yang terbentuk dari olahraga itu, selalu membuat Aluna tergila-gila. Tubuh suaminya yang begitu sempurna. Aluna bergerak berdiri perlahan dengan bibir yang melakukan tugasnya. Suara kecupan itu terdengar—tidak peduli hawa dingin yang menerpa mereka di balkon ini. Mereka benar-benar sudah diliputi oleh gairah yang sudah tidak terbendung. Ethan frustasi—namun juga tergila-gila. Ia tidak bisa mendominasi permainan ini. Tapi di sisi lain ia juga menikmati permainan Aluna. Perempuan amatir tapi membuatnya begitu tergila-gila. Aluna mengecup dan menjilat puncak dada Ethan. Ethan mendongak—tangannya akhirnya terulur hanya untuk mengusap puncak kepala Aluna. “Sayang..” desah Ethan. “Kamu belajar dari mana?” Aluna tersenyum—tanpa menjawab ia
Sudah hampir 10 bulan pernikahan Ethan dan Aluna. Dan saat ini Aluna sedang mengandung 8 bulan anak kedua mereka. Tidak ada yang aneh mengenai Aluna. Tapi yang aneh malah Ethan. Ethan yang sering mutah di bulan pertama Aluna hamil. Ethan yang tiba-tiba suka makanan yang dulu dibenci. Tiba-tiba sensitif dengan bau. Sedangkan Aluna? Biasa saja. “Semua gejala dan sakit orang hamil ada di kamu. Aku tidak merasakannya sama sekali..” Aluna menyandarkan kepalanya di dada Ethan. “Biar saja…” lirih Ethan sembari membaca buku. “Mungkin semuanya memang dilimpahkan padaku karena dulu aku tidak bersama kalian..” balas Ethan sembari mengusap puncak kepala Aluna pelan. “Bisa jadi. Tapi kamu keberatan seperti ibu hamil?” tanya Aluna. “Tidak.” Ethan menaruh bukunya ke samping. “Aku tidak masalah selama kamu tidak menderita… Aku malah sedih kalau kamu yang merasakannya.” Ethan mengusap perut Aluna dari belakang. “Yang terpenting dia sehat..” Aluna mengangguk. menoleh ke sem
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Aluna tidak bisa menahan rasa sakit di perutnya. “Aduh..” keluh Ethan karena Aluna tidak berhenti menjambak rambutnya. Ia menyesal tidak memotong rambutnya pendek sebelum Aluna melahirkan. Dari sekian banyaknya anggotan tubuhnya—kenapa harus rambutnya yang menjadi pelampiasan istrinya. “Akhh!” “Sakit!!” Aluna menarik lebih keras rambut Ethan. Pasrah. Ethan membiarkan Aluna. Sampai di rumah sakit, segera di bawa ke ruang persalinan. Ethan tidak melepaskan genggaman tangannya di tangan Aluna. Ia menemani Aluna berjuang melahirkan anak mereka. “Kamu harus kuat.” Ethan mengecup kening Aluna yang berkeringat. Setelah berjuang beberapa lama di ruang persalinan. Akhirnya terdengar suara tangisan. “Selamat tuan dan nyonya. Bayi anda berjenis perempuan.” Dokter itu menggendong tubuh seorang bayi yang begitu kecil. Ethan mengusap sudut matanya yang berair. Tidak bisa membendung kebahagiannya. Akhirnya Ethan memberanikan diri u