Semua Bab Dicampakkan Calon Suami, Diratukan Suami Pengganti: Bab 21 - Bab 30

189 Bab

Bab 21 : Pertemuan Di Butik

“Enggak kebayang kalau beneran tadi ada uang nyasar sampai 9 milayaran. Mau buat jajan apa uang segitu?” kilahku setelah sudah bersantai dan menikmati minuman yang disuguhkan pihak kafe.  “Haha, kalau kau punya uang segitu mau beli apa?” Ed bertanya padaku. Tangannya sejak tadi tidak ditariknya dari pinggangku.“Entahlah, aku tidak ingin berkhayal yang bukan-bukan,” jawabku mengedikan pundak.Sejak kecil aku memang sering berhalu kelak ketika dewasa bisa bertemu dengan pangeran yang akan membawaku kekerajaannya.Hingga ketika Ramzi menyatakan cintanya, kupikir tuhan sudah mengabulkan angan-anganku itu. Nyatanya, aku hanya memanjangkan angan-angan masa kecilku. Karena dunia nyata tidak semudah itu.Kehidupanku yang sebenarnya adalah bersama suamiku ini. Bukan seorang raja atau orang berkuasa, tapi dia kaya hati dan cinta untukku.   Lalu tiba-tiba aku kembali teringat sesuatu.&l
Baca selengkapnya

Bab 22 : Tidak Terima

Itu suara Tania!Teman baikku yang sungguh tega membuatku tercampakkan di hari perikahanku karena mengancam bunuh diri dan meminta calon suamiku menikahinya.Meski aku tidak ingin bertemu dan bertatap muka dengannya, namun demi memenuhi rasa penasaranku aku mencoba mencari tahu dengan berjalan lebih dekat.Dua wanita yang masih memilih-milih kebaya itu berdiri membelakangiku. Tapi aku tahu betul, wanita satunya itu adalah Tania. Dia teman dekatku selama empat tahun kuliah bareng. Tentu aku sudah hafal gelagatnya.Teringat tentang penghianatannya hatiku meradang. Tidakkah dia merasa bersalah sudah mengacaukan hidupku seperti ini? Bagaimana masih tanpa dosa menampakkan diri di kota ini?  Oh, aku lupa. Sebentar lagi kami harus wisuda. Tentu saja dia akan datang.Lagi pula, siapalah aku? Mau bagaimaanapun menindasku toh bagi mereka aku bukanlah orang yang harus dipertimbangkaan perasaannya. “Kenapa Ramzi takut bertemu de
Baca selengkapnya

Bab 23 : Perkara Kebaya

Lihatlah!  Kedua wanita itu sungguh terperanjat melihatku ada di tempat yang sama dengan mereka. Lebih-lebih Tania. Mukanya memerah sudah seperti kepiting rebus.Aku tidak tahu apa dia malu ataukah marah melihatku di sini?Ah, mana mungkin dia malu pada  wanita yang derajadnya jauh di bawahnya.“Kamila?” Tania menatapku tak berkedip.“Iya. Apa kabar, Nia?” tanyaku mencoba bersikap sewajarnya meski di dalam dada ini sudah tidak karuan gemuruhnya.“O-oh, Eng. Baik. Aku ikut prihatin atas gagalnya pernikahanmu dan Pak Ramzi.”Tania pasti merasa bahwa aku tidak mengetahui hubungannya dengan Mas Ramzi.“Benarkah? Bagaimana kau bisa prihatin kalau kau sendiri yang merebut calon suamiku itu? Bahkan di dalam perutmu itu sudah tumbuh hasil penghianatanmu padaku. Aku benar-benar tidak mengerti kau ini sahabatku tapi malah menusukku dari belakang.”Entahlah, kenapa aku bisa begitu
Baca selengkapnya

Bab 24 : Menyumpal Kesombongan

Tania dan ibunya saling berpandangan tidak suka karena aku yang akhirnya membayar kebaya itu.Mereka benar-benar tidak terima kebaya mahal dan elegan itu jatuh ketanganku. Apalagi aku membayarnya sesuai harga yang di minta Ibu Tania. Terlihat mereka sangat tidak mempercayainya. Setelah berhasil membayar kebaya itu, aku tidak berniat membawanya. Sudah ill feel aku dengan kebaya yang menjadi rebutan. Butik kebaya bukan hanya di tempat ini. Masih ada tempat lain yang lebih bagus.Ah. Harusnya aku juga menyampaikan hal itu pada diriku sendiri sejak dulu. Bahwa di dunia ini Ramzi juga bukanlah satu-satunya pria. Masih ada pria baik seperti Ed.“Tolong kasihkan saja pada Ibu dan Mbak itu, Kak. Sepertinya dia memang sangat tertarik dengan barang yang sudah dipilih orang lain. Bilang pada mereka ini hadiah pernikahan dariku,” sindirku.   Seharusnya mereka bisa mendengar dengan jelas karena berdiri hanya beberapa langkah dariku.
Baca selengkapnya

Bab 25 : Edward Permana

 “Halo? Wah ada pelanggan rupanya,” sapanya lalu berhenti tepat di hadapanku.“Oh, halo. Halo Mas Andra!” sapaku balik dengan menyebutnya seperti banyak fans memanggilnya.Aku sampai mencubit lenganku sendiri karena tidak percaya. Benarkah aku seberuntung bisa bertatap muka dengan artis papan atas ini?Padahal pria ini sangat sibuk dengan jadwal syuting program yang sedang dibawakannya.“Nyonya, Anda beruntung sekali bisa bertemu langsung dengan Mas Andra. Dia pasti akan memberikan saran terbaik untuk kebaya yang cocok untuk Nyonya.”“Oh, begitukah?”Kupaksakan tersenyum pada pegawai toko itu walau jantung semakin berdegup tidak menentu teringat berapa uang yang akan aku hamburkan.Artis itu pasti akan menyarankan kebaya yang paling mahal, dan aku pasti sungkan menolak.  Daripada nanti malah dilema, segera kuputuskan saja untuk mengatakan apa adanya,”Mas Andra, ke
Baca selengkapnya

Bab 26 : Nama Suami Sendiri Tidak Tahu!

“Ed. Benar dia temanmu?” tanyaku pada Ed setelah kami sudah sampai rumah.Menikmati secangkir teh di meja makan dan berbincang kecil, hal  seperti inilah yang membuat kami lebih cepat akrab satu sama lain semenjak sebulan lalu kami menikah.“Iya,” jawab Ed singkat. “Kenapa tidak cerita kalau kau punya teman seorang artis terkenal?”“Aku juga baru tahu hal itu. Kalau saja tidak mengantarmu ke sana aku pasti tidak tahu kalau dia itu artis ternama.”“Apa? Dia itu terkenal sekali, lho. Bagaimana kau tidak tahu hal itu?”  “Aku bukan orang menganggur hanya agar tahu siapa saja artis terkenal, Mila!” ujarnya.Aku memutar bola mataku mendengarnya. Sesibuk apa sih pekerjaan seorang sopir truk sampai tidak mengerti bahwa teman SMAnya ada yang sudah menjadi artis besar. Kalau artis itu adalah temanku, sudah pasti aku berbangga dan pamerkan ke tetangga-tetang
Baca selengkapnya

Bab 27 : Tersisih

Biasanya hujan lebih sering turun di sore dan malam hari. Namun sepagi ini sudah turun saja dan belum berhenti sejak sejaman yang lalu. Orang bilang bulan desember memang puncak derasnya musim hujan.  Kulihat Ed yang sudah bersiap keluar masih tertahan di ruang tamu sembari memeriksa ponselnya.Kemarin dia pulang diantar seseorang sehingga tidak bisa membawa mobilnya. Sekarang harus menunggu hujan reda dulu agar bisa keluar memakai motor.“Kenapa mobilnya ditinggal?” tanyaku sembari menyuguhkan kue cubit yang baru aku buat.Suasana hujan begini pengennya nyemil mlulu. Ada tepung dan tape singkong. Bisalah kusulap menjadi kue sederhana itu dengan menambahi susu dan sedikit bahan lainnya.  “Kemarin ada sedikit urusan dengan seorang kawan, jadinya kutinggal mobilku di garasi,” ujar Ed meletakkan ponselnya di meja lalu beralih pada  piring yang kusuguhkan. Namun tak kulihat gerakan tangannya mengambil kue d
Baca selengkapnya

Bab 28 : Persiapan Wisuda

Aku bangun lebih pagi  menyiapkan diri untuk pelaksanaan wisuda.Sambil menyapukan foundation ke wajah, bayangan wajah ibu berkelebat di pikiranku. Membuatku menjadi sedih lagi.Apa iya ibu benar-benar tidak ingin melihatku diwisuda?Dulu dia yang menyemangatiku untuk melanjutkan kuliah agar bisa menjadi orang sukses. Lalu berkata sendiri, bahwa akan sangat bangga bila bisa  mendampingiku diwisuda.Nyatanya, hanya karena segan dengan kerabat suaminya yang punya hajatan, Ibu melupakan kebanggannya sendiri.Ternyata tidak enak sekali rasanya kalau berbagi ibu dengan keluarga yang lain. Aku sama sekali tidak berpikir sampai begini ketika memaksa ibu untuk menikah lagi waktu itu.  --hingga terbentik dalam hati, jangan sampai kelak anak-anakku harus merasakan hal seperti ini. Merasa disisihkan karena orang tuanya lebih mementingkan keluarga barunya.Astaga... jauh sekali pikiranku dan sudah kemana-mana saja.  M
Baca selengkapnya

Bab 29 : Karena Macet

Apa katanya? Dia bilang acara wisudaku tidak akan dimulai sebelum aku datang?“Jangan banyak berkhayal. Memangnya siapa kita sampai acara sebesar itu tidak akan dimulai sebelum kedatanganku?” Aku ngedumel pada pria yang sudah meloncoku tadi.Kuletakkan Hair dryer yang selesai kugunakan mengeringkan rambut di tempatnya kembali.  Lalu segera bergegas merias wajahku lagi dari awal. Aku sampai bingung mau melakukan apa dulu karena merasa waktu semakin sempit.Semua ini karena pria yang tidak tahu waktu itu. Bisa-bisanya mengajakku bercinta saat aku harus segera berangkat untuk wisuda.“Kau tanya siapa kita? Aku Edward Permana dan kau adalah istriku,” ujar Ed santai sambil  mengusap rambutnya yang masih basah itu dengan handuk lalu malah bersantai di tempat tidur untuk memeriksa ponselnya.“Kenapa kalau namamu Edward Permana?” Sahutku kemudian. Tidak suka saja kalau sampai pria ini lupa diri bah
Baca selengkapnya

Bab 30 : Tidak Semua Sama

Setelah menurunkan aku, Ed berlalu hendak memarkir mobilnya.Nampak sangat kontras ketika bersamaan sebuah mobil mewah yang juga sedang menurunkan seseorang beserta keluarganya.Tapi aku tidak peduli dengan semua itu.Kutatap mobil pick up Ed dengan rasa syukur dan tidak peduli dengan beberapa ekspresi wajah di sana yang tampak meledek.“Mama, masih ingat ceritaku? Itu mahasiswa yang pernah aku ceritakan. Yang ngejar-ngejar dosen tampan dan berharap dinikahi, tapi sayangnya di hari pernikahan dosen tampan itu tidak datang.”Aku mendengar suara itu dari balik pungungku saat aku memutuskan menunggu Ed balik dari parkiran.Aku tidak mengerti, mengapa dia membicarakanku. Padahal aku masih ada di sekitarnya. Apa mungkin dia berpikir aku tidak mendengar ucapannya?“Oh, yang itu? Tidak tahu diri sekali mahasiswa seperti itu!” ujar satu wanita yang sepertinya tadi dipanggilnya mama.“Iya. Tapi dia sudah me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status