Semua Bab Bertukar Tubuh dengan CEO Tampan: Bab 131 - Bab 140

169 Bab

Bab 131. Pertarungan Yin dengan Orang-orang Baoshan

BRUUAAAAKK!Tiba-tiba saja mobil mewah itu pun terguncang. Lamunan Ma Zimo tentang Ma Yin Fei pun buyar seketika. Tahu-tahu dia melihat tubuh keponakannya itu membentur kap mesin, lalu terguling dan akhirnya jatuh ke jalan raya beraspal. “Hah?!”Ma Zimo terkejut bukan kepalang tatkala mendapati kalau Ma Yin Fei yang katanya memiliki kemampuan taekwondo dan kick boxing itu tak kunjung bangkit berdiri.Bulu kuduk Ma Zimo semakin meremang ketika melihat Pei Yan dan beberapa anak buahnya berjalan mendekati pintu mobil. Sungguh ketakutan yang dialaminya itu membuat dia melupakan satu hal, kalau pintu mobilnya itu telah dikunci oleh Yin.Suara pintu mobil pun terbuka. Yin turun dari mobil. Dia lalu mengembuskan napasnya dengan panjang. Begitu mantan jenderal besar Dinasti Qing itu membalikkan badan, sepasang matanya yang kecil langsung beradu pandang dengan mata Pei Yan yang menyorot tajam ke arahnya.“Siapa kau?” Pei Yan bertanya dengan nada suara yang berat. Seorang pria yang berdiri d
Baca selengkapnya

Bab 132. Kekuatan Tersembunyi Milik Pei Yan

Indera penglihatan Yin yang mengalami buta warna itu mampu melihat gerakan tangan Pei Yan yang bergerak cepat. Sebelum ujung pisau lipat itu berhasil menyentuh pakaiannya, mantan jenderal besar Dinasti Qing itu langsung menepis pergelangan tangan Pei Yan dengan menggunakan tangan kirinya.PLETAK!“Hah?!” Pei Yan pun tersentak, karena mendapai pisau lipatnya tiba-tiba terlepas dari genggaman tangannya.Belum sempat pemimpin Baoshan itu berpikir, datanglah sebuah serangan lain dari Yin. Serangan yang berasal dari pukulan tangan kanan Yin yang begitu kuat itu langsung menghantam perutnya.BUGH!Satu pukulan itu berhasil membuat tubuh pemimpin Baoshan terseret hingga beberapa meter menjauhi Yin. Pria berusia sekitar pertengahan empat puluh tahun itu pun terjengkang di tengah jalan raya dan nyaris saja tertabrak oleh kendaraan lain.“Menantu tak berguna ini ternyata memiliki kemampuan,” gumam Ma Zimo yang awalnya terkejut menyaksikan pertarungan itu di dalam mobil.Apa yang mengejutkan Ma
Baca selengkapnya

Bab 133. Hanya Aku yang Boleh Mengambil Nyawanya

“Hei, Pemuda ingusan! Kau tak perlu menunggu seranganku, karena siang ini kau akan mati di tanganku! Ma Zimo, tunggu giliranmu!” tantang Pei Yan.Ma Zimo yang mendengar perkataan Pei Yan di dalam mobil langsung memerosotkan tubuhnya. Kini dia hanya mampu meletakkan nasibnya di tangan sopir barunya yang kini sedang berada di dalam sandera anak buah Pei Yan.Apa yang kira-kira bisa diperbuat oleh menantu payah itu?Sementara hidup pemuda itu juga sedang berada di ujung tanduk!Entah apakah pemuda itu akan mati di tangan Pei Yan atau di tangan anak buah Pei Yan yang menjerat lehernya dengan rantai logam?Memang benar, kalau nasib Yin sedang diujung tanduk. Akan tetapi, mantan jenderal besar Dinasti Qing yang telah melewati kematian pertamanya itu tidak mempercayakan nasibnya di tangan orang-orang Baoshan!Dengan sikapnya yang tenang dan sorot matanya yang tajam, Yin memperhatikan bagaimana Pei Yan telah mengeluarkan jurus andalannya.“Serangan Macan Mengamuk!” teriak Pei Yan.Lompatan ya
Baca selengkapnya

Bab 134. Anak Laki-laki itu Bernama Yin

Ma Yin Fei palsu tersenyum kecut tatkala Yin datang menghampirinya. Semenjak dirinya terkena serangan Pei Yan, lalu tubuhnya jatuh menimpa kap mesin, sejak itulah dia tak sadarkan diri.Ketika kesadarannya telah kembali, Ma Yin Fei palsu justru dikejutkan dengan adegan pertarungan yang dilakukan Yin melawan Pei Yan serta orang-orang Baoshan di jalan raya.Dia tidak menyangka, kalau mantan pekerja perpustakaan yang memiliki penyakit jantung bawaan itu sanggup menyerang Pei Yan. Bahkan membuat pemimpin dan beberapa orang Baoshan terluka.“Dari mana datangnya ilmu bela dirinya itu? Setelah berhasil selamat dari kecelakaan mobil, keberuntungan yang didapatnya naik berkali-kali lipat. Bukan hanya penyakit gagapnya saja yang telah sembuh, tetapi kemampuan ini—" Ma Yin Fei palsu berkata dalam hati.“Aku pria normal. Untuk apa kau memandangku seperti itu?” kata Yin.Dia kemudian menarik kembali uluran tangannya yang tadi sempat diberikannya kepada Ma Yin Fei palsu. “Kurasa kau masih bisa bangk
Baca selengkapnya

Bab 135. Suster Anne dan Panti Asuhan Mu Ai

Lima belas menit sebelum pukul lima sore, asisten Mok telah tiba di kawasan Konsesi Perancis. Di mana itu adalah sebuah kawasan kependudukan Perancis yang masih dibiarkan berkembang di bagian Shanghai Tenggara. Tempat ini dulunya diperuntukkan bagi orang-orang Perancis yang menetap di Shanghai.Mok melayangkan pandangannya ke sebuah bangunan bergaya Eropa kuno yang berbaris dari ujung jalan yang satu ke ujung jalan yang lain.Tidak seperti bangunan yang ada di Shanghai pada umumnya, yang tingginya hampir mencapai langit. Bagunan yang dilihat Mok itu hanya memiliki dua lantai dengan dinding batunya yang tetap dibiarkan ter-ekspose dan jendela-jendela kaca dengan bingkai besi yang hanya bisa dibuka ke arah luar.“Tidak salah lagi, ini panti asuhannya. Gedung yang ada di dalam foto masih terlihat sama seperti sekarang. Padahal sudah puluhan tahun berlalu,” gumam Mok.“Kau sedang mencari siapa, Anak muda?”Pundak Mok sedikit tersentak ketika mendengar suara sapaan yang berasal dari belakan
Baca selengkapnya

Bab 136. Mendapat Kepercayaan Ma Zimo

Interkom di meja kerja berbunyi. Ma Zimo yang baru saja mendudukkan dirinya di atas kursi langsung menekan sebuah tombol merah yang berkedip-kedip.“Ya?”“Tuan Han ingin bertemu dengan Anda.” Terdengar suara feminin yang cukup familiar di telinga Ma Zimo. Suara sekretarisnya. Wanita itulah yang selalu menjadi garda paling depan bagi semua orang yang ingin bertemu dengan Presiden Komisaris Group Ma.Ma Zimo meminta sang sekretaris untuk mempersilakan tamu itu masuk.Pintu lantas terbuka, Ma Zimo perlu mengangkat kepala untuk melihat kehadiran seorang pria yang sedikit lebih muda darinya, namun memiliki tubuh yang jauh lebih tinggi dari tubuhnya.Dia adalah Han Ping—Kepala Keluarga Han.“Bagaimana kabar tanah yang ada di Baoshan?” Han Ping bertanya sambil mendudukkan dirinya di salah satu sofa panjang yang ada di tengah ruangan. “Kudengar mereka masih menolak untuk angkat kaki dari sana dan sudah tiga minggu ini, aku tidak mendengar perkembangan apa pun dari Group Ma. Apa perusahaanmu
Baca selengkapnya

Bab 137. Pembalasan Dari Mantan Jenderal Besar Dinasti Qing

Sudah tiga jam Lu Dong meninggalkan tempat kediaman Keluarga Lu seorang diri. Selama itu pula mobil listrik yang dikemudikannya terus berputar-putar menyusuri jalanan yang ada di Kota Shanghai.Dia belum menghubungi Li Na dan kedua putrinya. Dia juga tidak mengkhawatirkan, kelak akan tinggal di mana istri dan anak-anaknya itu setelah mereka kehilangan rumah besar tersebut.“Yang seharusnya dikhawatirkan itu aku,” gumam Lu Dong yang berbicara di balik kemudi. “Fen Fen dan Shen Shen sudah dewasa. Mereka bisa mengurus diri sendiri dan ibunya. Jika aku tidak berhasil menemukan Mey Mey dan membuat dia memuntahkan semua yang telah kuberikan, selamanya Lu Dong tidak akan pernah bisa bangkit kembali.”Selepas mengatakan hal tersebut, Lu Dong membawa mobil listriknya menuju Perpustakaan Shanghai. Sudah sangat lama pria paruh baya itu tidak menginjakkan kakinya ke dalam gedung tinggi dengan menaranya yang berbentuk mercusuar.“Aku ingin mencari Mey Mey!” pintanya kepada Dong Mey—seorang pustaka
Baca selengkapnya

Bab 138. Permintaan Ma Zimo

Suara bariton yang tiba-tiba terdengar di belakang punggungnya itu langsung membuat Yin terkejut.Mungkinkah orang yang berdiri di belakangnya ini telah mendengar pembicaraannya dengan Arthur?Meskipun baru bertemu satu kali dan mendengar gaya suaranya yang singkat, namun mantan jenderal besar Dinasti Qing yang mendapat kekuatan indera pendengaran yang tajam dari Dewa Kematian itu langsung mengenali, siapa pemilik suara tersebut.Tidak salah lagi. Dia adalah Asun!Orang kepercayaan Ma Zimo itu telah berdiri di hadapannya, setelah mantan jenderal besar Dinasti Qing itu memutar kedua tumitnya.Untuk mengendalikan kegugupan dan keterkejutannya di depan pria paruh baya tersebut, maka berpura-puralah Yin untuk menjadi seorang pribadi yang jenaka.“Aku sedikit bingung. Kau lebih muda dari Tuan Ma Zimo, tetapi lebih tua dariku. Lantas bagaimana caraku memanggilmu? Asun atau Paman Asun?” Yin menggaruk bagian kepalanya yang tidak gatal.“Paman Asun,” ucapnya dengan suara yang lebih rendah dari
Baca selengkapnya

Bab 139. Buku Harian itu Berbicara (1)

Asun yang masih tetap menyangsikan kehebatan Yin, lantas bertanya kepada Ma Zimo. “Tuan, apa dia sanggup menjalankan tugas ini? Jika hanya mengalahkan Pei Yan dan orang-orangnya, anak buah kita juga sanggup.” “Kita lihat saja,” ujar Ma Zimo sembari menautkan kesepuluh jarinya di depan dada. Dia kemudian berkata kepada Yin. “Aku hanya memberimu waktu tiga hari.”“Tiga hari ….” Yin yang sejak tadi mendengar pembicaraan Asun dan Ma Zimo hanya tersenyum dingin. “Bagaimana jika aku gagal, apa Tuan akan memberiku hukuman?” tanyanya sembari memindahkan hiasan meja, yang semula berada di tengah kini digeser ke salah satu sudut meja yang paling dekat dengan Ma Zimo. “Ternyata kau pesimis juga.” Asun menyeringai.“Aku bukan orang yang pesimis. Aku hanya ingin memperhitungkan untung dan ruginya saja,” ucap Yin.“Mana boleh seperti itu!” hardik Asun. “Sungguh tidak sopan! Seharusnya kau berterima kasih karena Tuan Ma mempercayaimu dengan memberimu tugas, tapi kau malah perhitungan seperti ini!
Baca selengkapnya

Bab 140 - Buku Harian itu Berbicara (2)

Buku harian si pemilik tubuh.... [Rabu malam. Aku pulang sedikit terlambat dari jam kerjaku. Bukan tanpa alasan, aku merasa kasihan dengan Denise. Kuambil setengah pekerjaannya hari ini, karena dia sedang demam, tapi memaksakan diri untuk bekerja. Meskipun aku tahu, dia tidak akan pernah membagi gaji hariannya padaku. Denise memang egois, tapi hanya dialah satu-satunya teman yang kumiliki saat ini.] [Pukul sembilan malam. Metro yang kutunggu datang. Malam ini tidak seramai malam-malam sebelumnya. Hanya ada empat orang penumpang termasuk aku yang mengisi gerbong tersebut. Dua menit kemudian, aku baru menyadari, ada orang lain—bertudung jaket hijau—di belakangku—ikut masuk ke dalam metro. Aku yakin, dia adalah pria yang sama seperti yang kulihat dua hari yang lalu di depan rumah][Ada banyak bangku kosong di metro, tapi entah kenapa pria itu justru memilih duduk di seberang? Membuat kami saling menghadap. Aku ingin pindah, tapi metro telah melaju dan perutku akan mual, jika kupaksakan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status