Interkom di meja kerja berbunyi. Ma Zimo yang baru saja mendudukkan dirinya di atas kursi langsung menekan sebuah tombol merah yang berkedip-kedip.“Ya?”“Tuan Han ingin bertemu dengan Anda.” Terdengar suara feminin yang cukup familiar di telinga Ma Zimo. Suara sekretarisnya. Wanita itulah yang selalu menjadi garda paling depan bagi semua orang yang ingin bertemu dengan Presiden Komisaris Group Ma.Ma Zimo meminta sang sekretaris untuk mempersilakan tamu itu masuk.Pintu lantas terbuka, Ma Zimo perlu mengangkat kepala untuk melihat kehadiran seorang pria yang sedikit lebih muda darinya, namun memiliki tubuh yang jauh lebih tinggi dari tubuhnya.Dia adalah Han Ping—Kepala Keluarga Han.“Bagaimana kabar tanah yang ada di Baoshan?” Han Ping bertanya sambil mendudukkan dirinya di salah satu sofa panjang yang ada di tengah ruangan. “Kudengar mereka masih menolak untuk angkat kaki dari sana dan sudah tiga minggu ini, aku tidak mendengar perkembangan apa pun dari Group Ma. Apa perusahaanmu
Sudah tiga jam Lu Dong meninggalkan tempat kediaman Keluarga Lu seorang diri. Selama itu pula mobil listrik yang dikemudikannya terus berputar-putar menyusuri jalanan yang ada di Kota Shanghai.Dia belum menghubungi Li Na dan kedua putrinya. Dia juga tidak mengkhawatirkan, kelak akan tinggal di mana istri dan anak-anaknya itu setelah mereka kehilangan rumah besar tersebut.“Yang seharusnya dikhawatirkan itu aku,” gumam Lu Dong yang berbicara di balik kemudi. “Fen Fen dan Shen Shen sudah dewasa. Mereka bisa mengurus diri sendiri dan ibunya. Jika aku tidak berhasil menemukan Mey Mey dan membuat dia memuntahkan semua yang telah kuberikan, selamanya Lu Dong tidak akan pernah bisa bangkit kembali.”Selepas mengatakan hal tersebut, Lu Dong membawa mobil listriknya menuju Perpustakaan Shanghai. Sudah sangat lama pria paruh baya itu tidak menginjakkan kakinya ke dalam gedung tinggi dengan menaranya yang berbentuk mercusuar.“Aku ingin mencari Mey Mey!” pintanya kepada Dong Mey—seorang pustaka
Suara bariton yang tiba-tiba terdengar di belakang punggungnya itu langsung membuat Yin terkejut.Mungkinkah orang yang berdiri di belakangnya ini telah mendengar pembicaraannya dengan Arthur?Meskipun baru bertemu satu kali dan mendengar gaya suaranya yang singkat, namun mantan jenderal besar Dinasti Qing yang mendapat kekuatan indera pendengaran yang tajam dari Dewa Kematian itu langsung mengenali, siapa pemilik suara tersebut.Tidak salah lagi. Dia adalah Asun!Orang kepercayaan Ma Zimo itu telah berdiri di hadapannya, setelah mantan jenderal besar Dinasti Qing itu memutar kedua tumitnya.Untuk mengendalikan kegugupan dan keterkejutannya di depan pria paruh baya tersebut, maka berpura-puralah Yin untuk menjadi seorang pribadi yang jenaka.“Aku sedikit bingung. Kau lebih muda dari Tuan Ma Zimo, tetapi lebih tua dariku. Lantas bagaimana caraku memanggilmu? Asun atau Paman Asun?” Yin menggaruk bagian kepalanya yang tidak gatal.“Paman Asun,” ucapnya dengan suara yang lebih rendah dari
Asun yang masih tetap menyangsikan kehebatan Yin, lantas bertanya kepada Ma Zimo. “Tuan, apa dia sanggup menjalankan tugas ini? Jika hanya mengalahkan Pei Yan dan orang-orangnya, anak buah kita juga sanggup.” “Kita lihat saja,” ujar Ma Zimo sembari menautkan kesepuluh jarinya di depan dada. Dia kemudian berkata kepada Yin. “Aku hanya memberimu waktu tiga hari.”“Tiga hari ….” Yin yang sejak tadi mendengar pembicaraan Asun dan Ma Zimo hanya tersenyum dingin. “Bagaimana jika aku gagal, apa Tuan akan memberiku hukuman?” tanyanya sembari memindahkan hiasan meja, yang semula berada di tengah kini digeser ke salah satu sudut meja yang paling dekat dengan Ma Zimo. “Ternyata kau pesimis juga.” Asun menyeringai.“Aku bukan orang yang pesimis. Aku hanya ingin memperhitungkan untung dan ruginya saja,” ucap Yin.“Mana boleh seperti itu!” hardik Asun. “Sungguh tidak sopan! Seharusnya kau berterima kasih karena Tuan Ma mempercayaimu dengan memberimu tugas, tapi kau malah perhitungan seperti ini!
Buku harian si pemilik tubuh.... [Rabu malam. Aku pulang sedikit terlambat dari jam kerjaku. Bukan tanpa alasan, aku merasa kasihan dengan Denise. Kuambil setengah pekerjaannya hari ini, karena dia sedang demam, tapi memaksakan diri untuk bekerja. Meskipun aku tahu, dia tidak akan pernah membagi gaji hariannya padaku. Denise memang egois, tapi hanya dialah satu-satunya teman yang kumiliki saat ini.] [Pukul sembilan malam. Metro yang kutunggu datang. Malam ini tidak seramai malam-malam sebelumnya. Hanya ada empat orang penumpang termasuk aku yang mengisi gerbong tersebut. Dua menit kemudian, aku baru menyadari, ada orang lain—bertudung jaket hijau—di belakangku—ikut masuk ke dalam metro. Aku yakin, dia adalah pria yang sama seperti yang kulihat dua hari yang lalu di depan rumah][Ada banyak bangku kosong di metro, tapi entah kenapa pria itu justru memilih duduk di seberang? Membuat kami saling menghadap. Aku ingin pindah, tapi metro telah melaju dan perutku akan mual, jika kupaksakan
“Apa? Jadi suami Wan Wan berasal dari panti asuhan?”Perkataan Pengxi membuat mata semua karyawan Ma Yuan Food yang ada di dalam restoran itu tertuju pada Lu Wan Wan. Bibir mereka menganga dan kening mereka mengerut dalam. Tak percaya, kalau wanita secantik dan selembut Lu Wan Wan akan memiliki seorang suami yatim piatu. Hong Hong yang duduk di samping Pengxi, lantas menyikut lengan pria itu. “Hust! Pelankan suaramu! Apa kau tidak bisa bicara dengan mode normal?”“Ye! Suaraku sudah begini dari sejak dari orok!” elak Pengxi sambil mengusap-usap lengannya yang terkena sikutan Hong Hong. “Memangnya kau sudah tahu, kalau suami Wan Wan itu berasal dari panti asuhan?”“Mana kutahu.” Hong Hong mengangkat pundaknya.“Kau sendiri tidak tahu, tapi malah menyikut lenganku yang tidak bersalah.”“Selama ini Wan Wan tidak pernah cerita tentang kehidupan pribadinya.”“Itu memang benar sih.” Pengxi mengangguk-angguk. “Dia lebih tertutup dari kerang mutiara yang ada di dasar laut.”Anhe yang duduk di
“Maaf, teman-teman. Aku harus pergi dari sini,” pamit Lu Wan Wan.“Eh, Wan Wan! Kau akan pergi ke mana?”Pertanyaan dari rekan kerjanya itu seolah hanya angin lalu yang masuk ke dalam telinga kiri lalu keluar di telinga kanan Lu Wan Wan.Setelah menyambar tas tangan yang ada di belakang punggungnya, wanita muda itu langsung mengayunkan sepasang kakinya dengan cepat. Ketukan sepatu bertumit tinggi saling bersahutan, hingga akhirnya menghilang di balik tembok restoran.Hanya satu yang ada di dalam pikiran Lu Wan Wan saat ini, keselamatan Yin. Bagaimana bisa suaminya itu terlibat perkelahian di dalam hotel?Sebelas orang yang masih duduk melingkari meja panjang itu terkesiap melihat kepergian si empunya acara. Beberapa kepala mulai tertunduk. Pemilik bibir merah tampak menganga, tak tahu harus berkata apa, karena rasa bersalah mendadak menyelimuti hati mereka.“Ini salahmu, Anhe,” cetus Hong Hong tiba-tiba.“Hah? Enak saja! Kenapa aku yang harus disalahkan?” balas Anhe sewot.“Tenyu saja
Bruaakk!Suara gedebuk yang pelan pun terdengar. Dari semua tamu hotel yang berlalu lalang dan beberapa petugas resepsionis yang sedang berdiri melayani para tamu, tidak ada seorang pun peduli dengan apa yang terjadi pada Lu Wan Wan.Istri Yin terjatuh dan tubuhnya hampir menyentuh lantai, jika tidak segera ditopang oleh seorang wanita muda lain yang tak kalah cantik dari si petugas hotel. Wanita itu menarik kedua sudut bibirnya lebar sambil menatap kelopak mata Lu Wan Wan yang tertutup. Dia hanya memeluk Lu Wan Wan dengan sebelah tangan, sementara tangan yang lain digunakannya untuk menyerahkan selembar cek kepada petugas hotel tersebut.“Kerja bagus! Ini bayaranmu,” ucapnya.Sepasang mata milik petugas hotel tampak berbinar di bawah bulu mata yang lentik. Bagaimana dia tidak senang, saat melihat angka sebanyak lima ratus ribu Yuan tertera di sana. Ternyata wanita cantik yang berdiri di sampingnya itu tidak berkata bohong.Dia hanya melakukan seperti yang wanita itu suruhkan, yaitu