Semua Bab Mencintai Pacar Sahabatku: Bab 161 - Bab 170

225 Bab

Pesan Aneh dari Seseorang

Dany tengah memandang ke layar ponsel, menanti balasan dari pesan yang ia kirim ke sahabatnya.Dany merasa sangat putus asa, dia butuh teman untuk menyampaikan keluh kesahnya. Kekasih yang sangat ia harapkan begitu mematahkan hatinya. Bahkan Bayu tak berusaha untuk menghubunginya. Meskipun dia beralasan ponselnya telah hilang, tapi bukankah ada alternatif lain untuk bisa menghubunginya. Dany sudah mengecek ke semua sosial media milik Bayu. Dan sepertinya pemuda itu sudah seminggu ini tidak aktif di sosial medianya.Tangannya bergerak mengusap permukaan perut yang terlihat masih rata karena usianya baru menginjak satu bulan.Kadang Dany masih tidak percaya dengan kehamilannya. Tubuhnya masih sama seperti sebelumnya, belum ada perubahan fisik terlihat.‘Apa benar ada bayi di perutku? Apa yang harus aku lakukan jika Bayu tidak mau bertanggung jawab? Apa harus aku menggugurkan janin ini? Lalu kemana aku harus pergi?’ ujar Dany pilu dalam hatinya. Begitu banyak pertanyaan yang membebani p
Baca selengkapnya

Baskoro Tersadar

Isi pesan dari nomor yang tak tersimpan dalam kontak ponselnya.Melihat dari gaya bahasa dan pengetikan, dia seperti tidak asing. Panggilan ‘Aang’ tentu hanya panggilan dari orang terdekatnya.Anggara mencoba mengabaikan pesan yang sudah terlanjur dibaca. Kembali ia melanjutkan permainannya.Namun tak lama nomor itu kembali menghubunginya.[Brengs3k lu! Sombong lu ya sekarang. Ingat sampai detik ini lu adalah suami gue, ayah dari anak gue.]Gaya bahasa yang kasar langsung membuat Anggara mengingat. Seseorang dari masa lalunya kembali menghubungi. Padahal Anggara sudah mengganti nomor lamanya. Itupun atas ide dari Baskoro.Selama ini wanita itu hanya bisa menghubungi Baskoro jika dia memerlukan uang.Anggara tak berniat untuk membalasnya. Segera ia mematikan ponselnya.Hatinya berdebar hebat, bayangan masa lalu kembali berputar di otaknya.Anggara mencoba mengenyahkan itu dari pikirannya. Pikiran Anggara kini terganggu dengan kehadiran kembali wanita dari masa lalunya.Perasaan takut m
Baca selengkapnya

Munculnya Wanita Ular

“Siapa Ruth?” Tanya Baskoro, entah siapa yang berani meneleponnya pagi-pagi buta seperti ini.“Nomor asing, Mas.” Beritahu Ruth. “Mau di angkat atau kita biarkan saja?” Lanjutnya lagi.Namun Baskoro mengisyaratkan untuk mendekatkan ponsel itu padanya. Matanya meneliti nomor asing yang tertera di sana. Dia tidak ingat milik siapa nomor itu, hingga akhirnya Baskoro mengabaikan panggilan tersebut.Selisih beberapa menit kembali ponselnya berdering.“Mungkin ada hal yang penting mas, angkat saja.” Saran Ruth, meskipun yang menghubungi suaminya adalah nomor asing, namun dia tetap tenang dan percaya bahwa suaminya setia, tidak mungkin bermain dengan perempuan lain di belakangnya.Baskoro kembali meraih ponselnya lalu menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan.Terdengar dari suara seorang wanita berbicara, namun Baskoro hanya diam dengan wajah dinginnya. Dia mendengar apa yang diucapkan oleh wanita itu, dan tidak ada niat untuk menyela.Hingga di akhir panggilan, Baskoro hanya mengucap
Baca selengkapnya

Mencari Keberadaan Bayu

Pagi itu, Akira sengaja bangun lebih awal. Dia sudah menyetel alarm jam lima pagi, dan semalam ia telah memberitahu orang tuanya untuk berangkat sekolah lebih awal, karena Dany meminta untuk dijemput lebih dulu.Akira segera merapikan tempat tidur dan mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah.Tepat jam enam, dia sudah menyelesaikan sarapannya. Ibu Lidiya sudah bangun sebelum dia bangun. Sarapan sudah terhidang di meja makan.“Apa kabar Dany nak? Sudah sehatkah dia?” Tanya Lidiya yang tengah duduk di samping putrinya. Sebelumnya dia sudah mendengar cerita dari Akira bahwa Dany sudah tiga hari tidak masuk sekolah. Akira mengatakan Dany sedang sakit.“Mungkin sudah sehat Bu, makanya hari ini Lena ingin memastikan. Dany bilang hari ini mau berangkat sekolah bersama.” Jawab Akira. Ia mengangkat piring kotornya ke wastafel dan mencucinya.“Ibu titip kue untuk keluarga Dany. Sampaikan salam ibu untuk Dany dan keluarga ya, Nak.” Lidiya sudah mempersiapkan paper bag berisi dua toples kue keri
Baca selengkapnya

Maafkan Aang, pa!

“Iya, non. Ada keperluan apa?” Ucap wanita yang sudah berumur itu dengan ekspresi bingung. Selama dia bekerja di rumah ini, dia tidak pernah melihat wajah gadis yang tengah memakai seragam putih abu-abu tersebut.“Selamat pagi, saya mau bertemu dengan Argi. Arginya ada?” Ujar Dany sembari memaksakan senyumnya yang terlihat sangat kaku. Melihat dari penampilan wanita di hadapannya, dia menduga bahwa wanita itu adalah asisten rumah tangga di rumah Argi.“Mas Argi masih melakukan pengobatan, non. Dia tidak di rumah.” Jelas bik Minah. Oh ternyata ini teman sekolah anak dari majikannya. Begitu pikir Minah dalam hati.“Pengobatan? Masih di Rumah Sakit maksudnya bik?” Tanya Dany lagi. Selama ini juga dia tidak mendengar kabar kelanjutan dari teman kekasihnya itu. Dany terlalu larut dalam masalahnya sendiri. Setahunya, terakhir kali melihat Argi masih dalam kondisi kritis di rumah sakit. Dany kembali melirik ke arah dua mobil yang terparkir di halaman. Minah menangkap kemana arah pandangan g
Baca selengkapnya

Bertemu Dengan Pemilik Mobil Mewah

Anggara akan menuruti apapun yang direncanakan papanya. Dia tidak bisa berkata-kata lagi. Anggara merasa menyesal karena sempat membangkang perintah Baskoro, dan membuat pertengkaran hebat sehingga membuatnya pergi dari rumah.Kini dia sadar, ayahnya selalu mempunyai rencana yang baik untuk dirinya. Seperti saat ini jika papanya menyuruh untuk pindah pendidikan sesuai permintaan awal, Anggara akan melakukannya. Dia akan mengesampingkan keinginannya sendiri. Karena selama ini papanya sangat berkorban banyak untuknya, dan dia terlambat untuk menyadarinya.Anggara saat ini tengah berada di perjalanan pulang ke rumah. Nanti ada kelas pagi, sehingga dia harus mempersiapkan diri untuk ke kampus.Ketika sampai di rumah, ia bertemu dengan bik Rumi yang tengah menyiram tanaman di pekarangan rumah. Melihat kedatangan mobil mewah milik anak majikannya, Rumi segera mematikan kran air, dan menaruh kembali selang air di tempatnya.Wanita sepuh yang masih terlihat sehat itu berjalan menghampiri putr
Baca selengkapnya

Mencari Jalan Keluar

Anggara menggeser tubuhnya, agar Akira bisa duduk di sampingnya.“Ang, sudah lama nunggu? Sorry ya aku baru keluar dari kelas.” Ucap Akira sembari duduk di samping Anggara.“It’s ok, beb. Baru sepuluh menit yang lalu aku datang.” Jawab Anggara. Segera ia meraih tangan kanan gadis itu dan menciumnya dengan lembut. Lalu beralih menatap Dany, dan menyapa gadis itu. “Hay Dan, apa kabar?” Sapanya dengan ramah.“Hum, tidak terlalu baik.” Jawab Dany sembari memaksakan senyumnya. Mendengar jawaban Dany membuat alis Anggara mengerut. Apa gerangan yang tengah membuat teman kekasihnya itu merasa tidak baik?Dany segera duduk di kursi yang berhadapan dengan Akira dengan wajah layu. Tidak seperti biasa yang selalu ceria dimanapun berada.Mendadak dia sangat iri pada sahabatnya karena mempunyai kekasih yang begitu baik seperti Anggara. Tidak seperti kekasihnya yang kini pergi entah kemana, meninggalkan dirinya sendiri dengan masalah yang belum menemui jalan keluar.“Kalian mau minum atau makan? Aku
Baca selengkapnya

Siapa Wanita Itu?

Anggara mengulurkan buku menu pada Dany. Dany meraih buku menu itu, membuka halaman yang berisi menu-menu pizza yang tersedia. Lalu mulai mencari pizza yang sama dengan yang ia makan waktu itu. Pizza dengan potongan daging sapi asap dan jamur dipadu dengan lumuran keju mozzarella super creamy, menjadi pilihannya. Anggara membawa buku menu ke meja kasir, dan hendak memesan sesuai dengan apa yang diminta Dany. “Na, gue iri deh sama lu. Bisa punya pacar sebaik Anggara.” Ujar Dany berbisik. Membuat wajah Akira merona, pandangannya mengarah ke Anggara yang tengah berbicara dengan pelayan cafe. Memang benar apa kata Dany, Anggara memang sangat baik. Dia terlihat sangat menjaga dan merupakan sosok yang bertanggung jawab. “Andai saja Bayu sama baiknya seperti Anggara.” Lanjut Dany. Menurutnya Akira begitu beruntung selama ini didekati oleh dua pemuda yang sama-sama baik. Sangat menjaga, tidak seperti Bayu yang membuatnya terjerumus pada lingkaran pergaulan yang kurang baik. “Mudah-mud
Baca selengkapnya

Wanita Bar-Bar

Wajah yang tak asing bagi Anggara. Sudah cukup lama mereka tidak bertemu, namun kini kembali dipertemukan dengan kondisi tak terduga.“Aang, berhenti lo, gue mau ngomong!” Ujar wanita itu dengan suara lantang. Membuat orang yang berada di sekitar mereka memusatkan pandangan padanya.Anggara terdiam, membuka kacamata hitam yang bertengger di hidungnya untuk memastikan penglihatannya.Ya, di hadapannya adalah wanita dari masa lalunya. Berdiri merentangkan kedua tangannya. Dengan pakaian mini yang melekat di tubuhnya. Wajahnya yang penuh permak, sangat berbeda dengan yang terakhir kalinya Anggara lihat dua tahun lalu. Pipi wanita itu terlihat lebih tirus dan hidungnya yang lancip seperti telah melakukan operasi plastik. Rambut panjang berwarna coklat keemasan. Sungguh penampilannya seperti tante-tante. Tidak mencerminkan umurnya yang masih dua puluh tahunan.“Turun Lo, gue mau ngomong!” Ucap wanita itu tidak sabar, dia mengetuk-ngetuk kap mobil dan bersuara dengan nyaring. Sikapnya sung
Baca selengkapnya

Permintaan Papa

Kini mobil Anggara sudah berada di parkiran rumah sakit. Dia berniat akan menjenguk papanya. Dengan menenteng paper bag berisi makanan kesukaan orang tuanya, dia melangkah menuju ruangan rawat khusus pasien VIP.Anggara mengetuk pintu sebelum membukanya, tampak Baskoro tengah duduk bersandar dengan mulut terbuka, menerima suapan dari istrinya.“Ang, sudah pulang?” Sapa Ruth dengan bahagia. Keadaan Baskoro yang semakin membaik, serta kehadiran putranya sebagai pelengkap kebahagiaannya.Anggara melangkah dengan wajah datar tanpa ekspresi, menghampiri ranjang papanya. Dia meletakkan paper bag yang ia bawa, di atas nakas.“Bawa apa itu Ang?” Tanya sang ibu.“Aang bawain makanan kesukaan mama dan papa.” Jawabnya singkat lalu menghampiri orang tuanya untuk mencium tangan mereka.Ruth kembali menyendok bubur dan mengarahkannya pada mulut suaminya.“Sudah ma, cukup. Papa sudah kenyang.” Ucap Baskoro menolak. Bubur itu terasa hambar membuatnya merasa cepat kenyang.“Apa kabar Ang? Bagaimana ha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
23
DMCA.com Protection Status