Semua Bab Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!: Bab 31 - Bab 40

267 Bab

31. Mencari Perhatian

Sevia melihat Arin dan Rara memandangnya aneh, lalu keduanya tertawa merendahkan Sevia.“Kamu? Jangan bohong. Kami tidak percaya. Itu pasti hanya akal-akalanmu saja, ‘kan?” Arin mengibaskan tangan, meremehkan Sevia. “Sudahlah, intinya kesepakatan kita selesai di sini.”Arin dan Rara berdiri dari duduknya. Sebelum meninggalkan Sevia, Arin menunjuk Sevia dan berkata dengan pongah. “Ingat, jangan pernah hubungi kami lagi.”Lalu meninggalkan Sevia yang menyimpan perasaan marah di dadanya.Sevia juga masih tidak percaya kalau Risha sudah mati, terlalu mudah jika wanita itu sudah mati saat ini.“Apa coba aku pastikan secara langsung ke Mas Adhitama?”Dia lantas mengambil ponsel dan menelepon Adhitama, tetapi pria itu tak menjawab panggilannya meski sudah beberapa kali terdengar nada sambung.Sevia akhirnya menghubungi Andre dengan mengirim pesan untuk menanyakan keberadaan Adhitama.“Kenapa dia juga tidak balas pesanku?”Sevia sebal mengetahui Andre mengabaikan pesannya. Di saat yang sama,
Baca selengkapnya

32. Tidak Percaya

Namun, orang yang membuntuti Adhitama tak mengikuti lagi setelah melihat Adhitama menurunkan Sevia. Bahkan ia pergi lebih dulu sebelum Adhitama pergi.Adhitama mengemudikan mobilnya pulang ke rumah. Ia ingin istirahat dan mencoba memikirkan semua masalah ini dengan kepala dingin. Akan tetapi, saat sampai di rumah, Adhitama malah melihat mobil kakeknya terparkir di halaman. “Untuk apa Kakek ada di sini?” Adhitama cukup terkejut.Adhitama memarkirkan mobil persis di samping mobil Kakek Roi, lalu segera masuk untuk menemui sang Kakek.Adhitama baru menginjakkan kaki di teras hendak masuk rumah saat melihat pelayan rumahnya lari tergopoh menghampiri. “Tuan, itu … Kakek Anda ada di sini,” ucap salah satu pelayan rumahnya. “Aku tahu,” balas Adhitama dingin sambil berlalu meninggalkan pelayan rumahnya. Adhitama menuju ke tempat Kakek Roi berada. Dia mendekat hendak menyapa, tetapi sebuah tamparan lebih dulu mendarat di pipi sebelum Adhitama bahkan sempat membuka mulutnya. Kakek Roi ter
Baca selengkapnya

33. Datang Tiba-tiba

Hari itu, setelah Risha menenangkan diri setelah ditenangkan Haris, Risha mendapati bercak darah di pakaian dalamnya saat baru masuk kamar mandi. Tubuhnya bergetar terkejut dan juga ketakutan. Risha berteriak memangil pembantu rumah Haris untuk menemaninya. Risha tidak mampu menahan tangisannya.“Ada apa, Non?” tanya pembantu yang panik saat masuk kamar mandi dan melihat Risha menangis.Risha memperlihatkan bercak di pakaian dalamnya, tentu saja hal itu membuat pembantu Haris terkejut.Pembantu lalu pergi mencari Haris dan menyampaikan apa yang terjadi.“Itu, Tuan. Non Risha ngeluarin darah,” kata pembantu dengan ekspresi wajah panik.“Apa?” Haris sangat terkejut.Haris pergi ke kamar Risha. Dia lalu buru-buru menggendong Risha keluar dari kamar menuju mobil. Haris segera membawa Risha ke rumah sakit agar segera mendapat penanganan.Di rumah sakit. Dokter langsung melakukan USG untuk melihat kondisi janin Risha. Risha sudah menangis sambil merintih menahan sakit di perutnya karena me
Baca selengkapnya

34. Ungkapan Rasa

Beberapa menit lalu.Haris menemui Adhitama di ruang tamu setelah ia memastikan Risha masuk kamarnya.Meski sudah dipersilakan duduk oleh pembantu, tapi ternyata Adhitama masih berdiri. “Di mana Risha?” Adhitama langsung bertanya tanpa basa-basi saat melihat Haris datang. “Bukankah sudah jelas yang aku katakan? Kenapa kamu masih saja bertanya?” Haris merasa geram, Adhitama memang suka seenaknya sendiri. “Aku mau melihat kamar Risha yang ada di rumah ini. Aku mau mencari petunjuk di sana karena aku yakin kalau istriku belum mati!” kata Adhitama.Haris tersenyum mencibir mendengar kalimat Adhitama.‘Apa dia bilang tadi? Istri?’ “Sudah dua tahun Risha tidak datang ke sini, jadi apa yang mau kamu lihat? Petunjuk apa? Kenapa kamu menyangkal kenyataan kalau Risha sudah tidak ada? Sekarang kamu menyesal? Atau hanya ingin memastikan kebenaran agar bisa menikahi wanita itu dengan mudah tanpa ada halangan nantinya?!” Haris bicara secara bertubi sambil menatap tak senang ke Adhitama. Adhit
Baca selengkapnya

35. Ini Akhir Atau Awal?

Malam itu, Adhitama tidak bisa tidur dengan nyenyak, dan itu membuatnya terbangun pagi-pagi sekali. Setelah membersihkan diri, Adhitama menatap kasurnya. Biasanya di sana ada kemeja yang sudah disiapkan Risha, namun hari ini kasur itu kosong. Adhitama tidak sadar di bawah matanya berair. Pria itu mulai berpakaian dan pergi ke ruang makan untuk sarapan. Saat sedang sarapan, salah satu pelayan rumah Adhitama terlihat menampilkan wajah sedih. Pelayan rumah itu mendekat, lalu dengan perlahan bicara. “Maaf sebelumnya, Tuan. Maaf kalau saya lancang menanyakan hal ini, tapi apa benar kalau Nyonya sudah meninggal?” Adhitama diam mendengar pertanyaan salah satu pelayan rumahnya. Dia hanya menatap hingga membuat pelayan rumah itu langsung menundukkan kepala. “Maaf, Tuan.” “Risha masih hidup. Selama aku belum melihat makamnya, maka bagiku Risha masih hidup,” balas Adhitama dingin. Adhitama berdiri setelah mengatakan itu. Dia meninggalkan meja makan dengan wajah menggelap. Namun, baru sa
Baca selengkapnya

36. Ulang Tahun

Adhitama masih duduk di ruang kerjanya meski hari sudah malam. Beberapa kali Adhitama berusaha mempelajari sistem marketing produk ‘My Lily’. Dia masih terus membaca secara teliti hingga tiba-tiba gerakan tangannya terhenti. Di bawah temaram lampu ruang kerja, tiba-tiba saja Adhitama mengingat Risha. Dia menghela napas kasar lalu menyandarkan punggung ke kursi. Ini sudah empat tahun berlalu, tapi Adhitama masih tidak bisa melupakan Risha. Bahkan dia masih tak percaya jika Risha pergi begitu saja dari hidupnya untuk selamanya. Selama empat tahun ini, Adhitama juga selalu datang ke makam Risha sambil membawakan bunga. Adhitama menghela napas lelah setelah mengingat Risha, lalu kembali fokus bekerja karena ancaman Kakek Roi akan jadi kenyataan jika dia tidak bisa membuktikan bisa mengelola perusahaan dengan baik. Awalnya Kakek Roi tidak setuju jika Sevia yang menjadi model untuk produk skincare Mahesa Group, tetapi Adhitama meminta kesempatan untuk menjadikan Sevia model, se
Baca selengkapnya

37. Gadis Kecil

Sementara itu esok paginya di area kedatangan domestik sebuah bandara, terlihat gadis kecil sedang duduk di kursi tunggu sambil mengayunkan kedua kaki bergantian ke depan dan belakang.Pandangan matanya tertuju ke pintu kedatangan yang beberapa menit lalu bundanya tunjuk.Gadis sudah duduk lama menunggu, sampai bibirnya cemberut, lalu menoleh ke bundanya yang berada tak jauh darinya berdiri memunggungi sambil menerima telepon.“Kenapa lama sekali?” Gadis kecil itu menggerutu lalu kembali mengerucutkan bibir.Hingga tak lama kemudian matanya tertuju ke satu arah, senyumnya mengembang lalu dia melompat dari kursi.“Paman Haris!” Gadis kecil itu berteriak memanggil sambil melambaikan tangan ke arah pria yang baru saja keluar dari pintu kedatangan.Haris melambai lalu tatapannya tertuju ke bunda gadis kecil yang saat ini berlari ke arahnya itu.Risha menoleh mendengar gadis kecil tadi berteriak memanggil nama Haris. Dia lalu mematikan ponsel, menoleh bangku dan ternyata gadis kecil itu s
Baca selengkapnya

38. Kenangan Kejadian Lalu

Saat malam hari, Risha berada di kamar Lily untuk menemani anak itu sambil membacakan buku cerita. Risha sudah biasa melakukannya setiap malam sampai Lily tidur.Risha masih membaca buku cerita kesukaan Lily, hingga akhirnya putri kecilnya itu tidur dengan pulas. Risha turun dari ranjang, lalu menyelimuti kaki Lily dan tak lupa mencium kening Lily dengan penuh kasih sayang.Saat baru saja menyelimuti Lily, ponsel Risha berdering, dia buru-buru menjauh agar bunyinya tak sampai mengganggu Lily. Ternyata anak buah Risha menghubungi untuk memberitahukan sebuah kabar baik.'Bu, para pembeli sangat antusias memborong produk kita karena ingin melihat Bu Risha menampakkan diri di live. Sepertinya mereka sangat penasaran, sampai-sampai rela memborong agar Bu Risha mau menunjukkan wajah.'Risha malah terkejut mendengar ucapan anak buahnya itu. Dia agak takut karena sebenarnya tak berniat melakukannya, dia hanya iseng memberi syarat yang baginya tak mungkin bisa tercapai, tapi siapa sangka jika
Baca selengkapnya

39. Simpanan Pejabat

Siang itu Adhitama berada di ruang kerjanya. Diam-diam tanpa sepengetahuan staff atau direksi lain, dia meminta Andre untuk menayangkan video live My Lily saat menjual produk. “Cara penjualannya sangat bagus untuk menarik customer. Kita seharusnya mengadaptasi cara seperti ini untuk menjual produk Mahesa,” ucap Andre saat melihat live itu. “Dalam satu hari, berapa jam mereka melakukan live?” tanya Adhitama masih sambil mengamati. “Dua puluh empat jam,” jawab Andre. Adhitama sangat terkejut mendengar jawaban Andre, dia menoleh dengan tatapan heran. “Apa mereka sudah gila? Apa ada orang yang mau membeli di jam satu malam?” Adhitama benar-benar tak habis pikir ada orang yang berjualan sampai 24 jam. Andre tidak menjawab, mencoba berpikir beberapa saat sebelum akhirnya Adhitama mengingat sesuatu dan berkata padanya. “Tunggu! Bagaimana bisa aku lupa soal ini? Aku pernah membaca sebuah jurnal kalau kebanyakan orang bersikap impulsive di malam hari," kata Adhitama. "Jadi ma
Baca selengkapnya

40. Rindu?

Adhitama bergeming, dia hanya memandang Sevia yang masih berdiri di depan meja kerjanya.“Lebih baik kamu pergi dan jangan sering menemuiku di ruang kerja seperti ini,” ucap Adhitama datar pada Sevia.Adhitama mengalihkan tatapan pada ponselnya kembali, dia hanya melirik saat Sevia meletakkan secara kasar produk My Lily yang tadi dia pegang.“Sampai kapan aku harus bersabar? Aku sudah bersabar sangat lama tapi Mas Adhitama seperti tidak peduli!” Sevia mulai menunjukkan amarah.Adhitama tetap tidak bereaksi.Ia tidak peduli jika Sevia mengamuk.Empat tahun ini Adhitama sudah memberikan semua yang Sevia minta, kecuali menjadikan wanita itu istrinya.“Aku akan membocorkan soal hubungan kita ke orang-orang kalau Mas terus memperlakukanku seperti ini!” ancam Sevia.Adhitama menatap ponsel yang menggelap di hadapannya dan berkata, "Jika tidak ada yang ingin kamu bicarakan lagi. Kamu bisa keluar."Adhitama tidak perlu memikirkan ancaman Sevia. Sevia tidak memiliki bukti, lagipula mereka juga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
27
DMCA.com Protection Status