Share

39. Simpanan Pejabat

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Siang itu Adhitama berada di ruang kerjanya. Diam-diam tanpa sepengetahuan staff atau direksi lain, dia meminta Andre untuk menayangkan video live My Lily saat menjual produk.

“Cara penjualannya sangat bagus untuk menarik customer. Kita seharusnya mengadaptasi cara seperti ini untuk menjual produk Mahesa,” ucap Andre saat melihat live itu.

“Dalam satu hari, berapa jam mereka melakukan live?” tanya Adhitama masih sambil mengamati.

“Dua puluh empat jam,” jawab Andre.

Adhitama sangat terkejut mendengar jawaban Andre, dia menoleh dengan tatapan heran. “Apa mereka sudah gila? Apa ada orang yang mau membeli di jam satu malam?”

Adhitama benar-benar tak habis pikir ada orang yang berjualan sampai 24 jam.

Andre tidak menjawab, mencoba berpikir beberapa saat sebelum akhirnya Adhitama mengingat sesuatu dan berkata padanya.

“Tunggu! Bagaimana bisa aku lupa soal ini? Aku pernah membaca sebuah jurnal kalau kebanyakan orang bersikap impulsive di malam hari," kata Adhitama.

"Jadi ma
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Yessy Susanti
dsarrrr g tau malu lu Sevia
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
udah buang aja orang kayak gitu sih Tama
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Kamu aja bego masih dekatin Tama ,dasar g tau malu sevia
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   40. Rindu?

    Adhitama bergeming, dia hanya memandang Sevia yang masih berdiri di depan meja kerjanya.“Lebih baik kamu pergi dan jangan sering menemuiku di ruang kerja seperti ini,” ucap Adhitama datar pada Sevia.Adhitama mengalihkan tatapan pada ponselnya kembali, dia hanya melirik saat Sevia meletakkan secara kasar produk My Lily yang tadi dia pegang.“Sampai kapan aku harus bersabar? Aku sudah bersabar sangat lama tapi Mas Adhitama seperti tidak peduli!” Sevia mulai menunjukkan amarah.Adhitama tetap tidak bereaksi.Ia tidak peduli jika Sevia mengamuk.Empat tahun ini Adhitama sudah memberikan semua yang Sevia minta, kecuali menjadikan wanita itu istrinya.“Aku akan membocorkan soal hubungan kita ke orang-orang kalau Mas terus memperlakukanku seperti ini!” ancam Sevia.Adhitama menatap ponsel yang menggelap di hadapannya dan berkata, "Jika tidak ada yang ingin kamu bicarakan lagi. Kamu bisa keluar."Adhitama tidak perlu memikirkan ancaman Sevia. Sevia tidak memiliki bukti, lagipula mereka juga

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   41. Merasa Tersaingi

    Pagi itu Risha sedikit sibuk, setelah mengantar Lily dan membereskan beberapa pekerjaan rumah, Risha bergegas pergi bekerja. “Jadwalku agak padat, apa hari ini aku bisa minta tolong ke Kakak menjemput Lily di sekolah jam tiga sore? Aku ada rapat dan setelahnya pergi berkunjung ke pabrik maklon My Lily, jadi sepertinya tidak bisa jemput Lily tepat waktu,” ujar Risha saat pamit ke Haris. “Iya, selama aku di sini kamu bisa mengandalkanku, nanti aku yang akan jemput Lily,” balas Haris sambil memulas seulas senyum. Risha mengangguk lega, biasanya dia harus mondar mandir sendiri, beruntung Haris sedang berkunjung. “Tapi sebenarnya aku juga ingin pergi ke kantormu. Aku bukan pesaing bisnismu, jadi tidak ada alasan untukmu menolakku datang, 'kan? Aku tidak akan mencuri ide usahamu," kata Haris. Risha tertawa karena ucapan Haris, dia mengangguk setuju lantas mengiakan Haris ikut bersamanya. Mereka pergi ke kantor Risha yang masih berupa ruko dengan tiga lantai. Haris memandang ruk

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   42. Ketakutan Terbesar

    Risha diam di ruangannya setelah berkunjung dari pabrik maklon rekanannya itu.Mahesa Group.Mengapa sekarang ia harus kembali bersinggungan dengan Adhitama lagi?Risha cemas. Risha sudah berusaha keras selama 4 tahun ini. Dia mengubur segala hal tentang Adhitama tanpa terkecuali.Risha bahkan sengaja merekayasa kematian agar Adhitama tak lagi mencari tahu tentang hidupnya. Namun, pikiran Risha melayang pada kemungkinan jika Adhitama merasa tersaingi dengan produk My Lily, berarti bukan tidak mungkin suatu saat nanti mereka harus berurusan kembali. Risha memejamkan mata sejenak sambil memijat pelipis, dia masih termenung hingga membuat beberapa staffnya yang berada di luar merasa heran. Beberapa dari staff saling berbisik, melihat atasannya yang tampak bingung. Mereka bisa melihat ekspresi wajah Risha dengan jelas karena dinding ruangan Risha terbuat dari kaca. Akan tetapi, para staff itu menduga Risha sedang grogi karena harus menepati janji pada pengguna produk My Lily. Ris

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   43. Papa Di Mana?

    Risha mengerutkan kening, menunggu Haris menjelaskan maksud ucapannya. "Wanita itu, banyak yang menilai dia tidak pantas menjadi Brand Ambassador Mahesa Skincare," jawab Haris. "Aku juga berpikiran sama seperti mereka, jika bukan Tama yang membawanya tentu tidak akan mudah baginya mendapat posisi itu." Risha hanya diam mendengarkan, membahas Sevia seperti menguak luka lama. Meskipun sudah empat tahun berlalu, tetapi mendengar nama wanita itu ternyata tetap membuat hati Risha terhenyak.Risha memilih mengakhiri perbincangan dengan Haris. Dia meraih tubuh Lily untuk membawa anak itu ke kamar, tapi Haris lebih dulu meletakkan tangan ke punggung Lily. "Biar aku saja!"Risha mengangguk menerima bantuan Haris, membiarkan kakak angkatnya itu menggendong sang putri ke kamar."Besok aku harus pulang ke Jakarta," ucap Haris setelah menidurkan Lily di kasur."Iya, Kak Haris pasti banyak kerjaan, terima kasih karena selalu menyempatkan menjenguk kami ke Jogja," balas Risha."Kenapa kamu bilan

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   44. Tidak Berubah Sama Sekali

    Malam itu, Adhitama mendatangi rumah Kakek Roi untuk makan malam bersama. Dia sengaja datang terlambat agar tidak perlu repot berbincang lebih dulu dengan penghuni rumah terutama Arin. Adhitama kini sudah duduk di ruang makan bersama anggota keluarga yang lain, dia sadar sejak tadi Arin terus memperhatikan dirinya. “Kamu kelihatan lebih kurus, Tam. Apa kamu makan dengan baik?” tanya Arin masih menatap Adhitama yang baru saja bergabung di meja makan. Adhitama mengalihkan tatapan dari piring pada ibu tirinya itu lalu membalas, “Terima kasih sudah memperhatikanku.” Arin tersenyum pahit. Meskipun Adhitama mengucapkan terima kasih, tapi Arin masih merasakan sikap dingin anak tirinya itu. Arin lantas melirik ke arah Kakek Roi duduk. Dia penasaran karena Kakek Roi masih bersikap dingin pada Adhitama, padahal pria tua itu sendiri yang mengundang Adhitama datang untuk makan malam bersama. “Aku mengundangmu makan malam karena ada sesuatu yang perlu aku bicarakan berdua denganmu setelah i

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   45. Mabuk

    Adhitama tak membalas ucapan Roshadi, dia diam sampai Roshadi menyadari bahwa Adhitama sedang menatap Arin yang muncul tiba-tiba. Adhitama pergi tanpa membalas ucapan Roshadi, dia bahkan tak menyapa apalagi pamit ke Arin saat berjalan melawati wanita itu. Adhitama berjalan tegap penuh percaya diri ke luar rumah, setelah itu dia melajukan mobilnya menembus jalanan malam yang sepi. Pikiran Adhitama melayang kembali pada kenangannya bersama Risha setelah perbincangannya bersama Kakek Roi tadi. Adhitama terlihat kesal, dia menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi saat mobilnya berhenti di lampu merah. Adhitama merasakan penyesalan yang tak berujung, tapi tak ingin orang lain menyadari keadaannya. Karena merasa frustasi, Adhitama memilih membelokkan kemudi mobil menuju sebuah klub malam yang cukup ternama. Tak ingin berada di sana seorang diri, Adhitama meminta Andre datang menemaninya. Tiga puluh menit berselang, sekretaris yang sangat patuh pada Adhitama itu datang tergopoh

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   46. Tak Percaya

    Beberapa jam yang lalu di kantornya, Risha merasa gelisah. Dia mencoba meredam debaran di dadanya dengan meremas jemari. Pagi itu Risha akan melakukan live untuk menjual produk My Lily sendiri seperti janjinya. Namun, Risha grogi, tangannya berkeringat dingin sampai staffnya harus menenangkan dan memberinya semangat. Risha mengucapkan terima kasih, merasa tak seharusnya bersikap berlebihan saat mengingat pesan dari Haris beberapa saat yang lalu. “Jika ingin melepas masa lalu, kamu harus benar-benar melupakan masa lalu itu dan menapaki masa depan tanpa beban.” Risha menelan ludah susah payah, dia meminta segelas air dari staffnya, sebelum benar-benar duduk di depan kamera dan menyapa para pengguna produk My Lily, yang selama dua tahun ini sudah setia pada brandnya. Sementara itu di perusahaan, Andre tampak duduk di belakang meja kerjanya. Dia sudah mengirimkan pesan ke Adhitama tapi belum ada balasan. Andre yang penasaran dengan pemilik My Lily sengaja menunda pekerjaannya

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   47. Batas Kesabaran

    Andre merasa bulu kuduknya berdiri, dia mengusap lengannya berkali-kali karena hari sudah menjelang malam, tapi Adhitama malah mengajaknya pergi ke makam. Andre menoleh ke kanan dan kiri, tempat itu sudah mulai gelap karena minimnya pencahayaan. “Apa Pak Tama tidak takut hantu?” Andre menggerutu karena Adhitama tidak ingat waktu sama sekali. “Pak, kenapa Anda pergi ke sini menjelang malam. Apa tidak bisa besok saja?” Andre yang mulai panik mendekat untuk bertanya pada Adhitama, tapi atasannya itu tidak menjawabnya. Andre terpaksa menemani Adhitama yang pergi ke makam Risha saat menjelang petang. Dia sudah ketakutan jika ada apa-apa, tapi Adhitama masih terlihat tenang berdiri di samping makam sambil menatap pusara Risha. Adhitama diam memandang pusara dengan nama Risha di atasnya. Seperti biasa, dia hanya diam memandangi hingga Andre takut dan cemas. Andre mendekat ke Adhitama untuk mengajak bosnya itu pergi karena langit semakin gelap. “Pak, ini sudah menjelang malam,

Bab terbaru

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 5 : Gadis Aneh

    Sesampainya di Jogja, Adhitama meminta sopir yang menjemput untuk mengantar mereka ke hotel yang sudah Adhitama pesan. “Kenapa tidak ke rumah?” tanya Risha terkejut. Andre tampak biasa. Dia hanya melirik sekilas ke Adhitama yang duduk di belakang bersama Risha dan Lily. “Kemarin kamu bilang pembantumu sedang ke luar kota, jadi tidak ada yang membersihkan rumah. Aku takut rumahnya berdebu dan kalian bisa alergi,” ujar Adhitama menjelaskan. “Aku sudah bilang kalau Si mbok udah balik ke rumah,” kata Risha mengingatkan. “Aku sudah terlanjur booking kamar, sudah menginap saja di hotel, lagi pula hanya beberapa hari,” balas Adhitama tetap kukuh menginap di hotel. Risha menghela napas kasar. Akhirnya dia pasrah saja. Mereka sampai di hotel dan langsung pergi ke kamar yang dipesan. Saat Andre hendak masuk kamar, Adhitama mencegah asistennya itu. “Aku mau bicara sebentar,” kata Adhitama. “Apa, Pak?” tanya Andre. “Aku nitip Lily,” kata Adhitama lalu berlalu pergi. Andre terkejut kar

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 4 : Usil

    Pagi itu. Adhitama bersiap-siap untuk pergi ke perusahaan. Dia sedang mengikat dasi, lalu menoleh pada Risha yang sedang mengambilkan jas miliknya. “Oh ya sayang, aku akan pergi ke Jogja untuk mengurus pekerjaan,” kata Adhitama. Risha mengambil jas yang tergantung di lemari, lalu menoleh pada Adhitama sambil bertanya, “Kapan Mas Tama pergi? Aku mau ikut, sekalian melihat kantor di sana.” “Tapi bukan weekend, lusa aku berangkat,” jawab Adhitama. “Ya sudah, tidak apa-apa. Nanti aku ikut sama Lily juga, sekali-kali Lily libur juga tidak apa-apa. Sepertinya dia juga butuh liburan,” ucap Risha. “Oke kalau begitu. Nanti akan aku minta Andre untuk memesankan tiket untuk kalian juga,” ujar Adhitama sambil mengembangkan senyum. “Iya, tapi jangan beritahu Lily dulu ya Mas, takutnya dia nanti heboh." Risha tahu bagaimana sifat Lily, bisa-bisa anak itu akan menanyakan setiap detik kapan mereka pergi. Adhitama tersenyum penuh arti kemudian mengangguk paham. Adhitama akhirnya berangkat ke

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 3 : Ada Apa Dengan Haris

    Setelah makan malam yang sedikit menegangkan itu, Haris dan Alma beranjak pulang. Risha dan Adhitama juga memilih mengantar keduanya sampai ke halaman. “Hati-hati di jalan,” ucap Risha bersamaan dengan Haris dan Alma yang berjalan menuju mobil.Alma mengangguk lalu masuk mobil, begitu juga dengan Haris.Haris melajukan mobil meninggalkan rumah Risha. Sepanjang perjalanan, Haris melihat Alma terus saja diam. Sikap Alma membuatnya berpikir, apakah gadis itu marah karena tindakan tegasnya ke staf HRD.“Apa kamu marah?” tanya Haris untuk memastikan.“Tidak,” jawab Alma dengan suara agak lirih.Haris diam sejenak, berpikir jika Alma sudah menjawab seperti itu artinya dia tidak perlu memperpanjang masalah.“Bagaimana tadi, apa kamu sudah dapat baju untuk pernikahan kita?” tanya Haris. Untuk memecah rasa canggung dia memilih membahas hal lainnya.“Belum karena tadi Kak Risha harus menjemput Lily yang sakit,” jawab Alma dengan suara datar.Haris merasa Alma bersikap sedikit aneh. Dia kembal

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 2: Tidak Berkontribusi

    Tanpa memberitahu, Malam harinya Haris menjemput Alma di rumah Risha. Saat sampai di sana, dia pergi ke kamar Lily dan bocah itu langsung meminta gendong karena masih sakit. “Kenapa badannya hangat?” tanya Haris saat menggendong Lily. “Dia demam, makanya tadi dijemput dari sekolah,” jawab Risha. Haris kaget, lalu menoleh Lily yang menyandarkan kepala di pundak. “Lily sakit? Sudah minum obat belum?” tanya Haris. “Sudah,” jawab Lily. "Lily bobok aja ya." Haris membujuk. Lily menggeleng lalu berkata," Lily maunya digendong Paman Haris.” Haris memeluk Lily, membiarkan anak itu bersikap manja, lalu kembali membujuk dan mengajak Lily berbaring di kasur. Haris mengambil buku cerita di nakas kemudian membacakan cerita untuk Lily. Alma juga ada di sana, ikut mendengarkan Haris bercerita. “Aku tinggal sebentar,” kata Risha pamit dan Alma membalasnya dengan anggukan kepala. Risha berjalan keluar dari kamar Lily. Saat menuruni anak tangga, dia melihat Adhitama yang baru

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 1 : Dari Butik Ke Sekolah

    Hari itu Risha mengajak Alma pergi ke butik untuk melihat baju pernikahan. Mereka sudah ada di butik dan sedang melihat-lihat katalog untuk memilih model mana yang cocok.Saat masih memilih, Alma memberanikan diri untuk mengajak Risha mengobrol. “Kak, entah ini hanya perasaanku saja atau memang benar, tapi aku lihat akhir-akhir ini Lily jadi pemurung, apa ada masalah?” tanya Alma sambil mengalihkan tatapan dari desain gaun di katalog ke Risha. “Bukan masalah besar. Dia hanya sedih karena Audrey sudah tidak bekerja dengan kami lagi dan juga dia kehilangan adiknya,” jawab Risha. Alma mengangguk-angguk paham. Dia merasa bersimpati dan kasihan. “Mungkin nanti kalau anakku lahir, aku akan minta Lily yang memberinya nama supaya Lily senang dan sedikit terhibur,” ujar Alma. Risha terkejut sampai menoleh Alma. “Jangan, bisa-bisa nanti anakmu malah diberi nama yang aneh-aneh Sama Lily.” Alma tertawa kecil mendengar jawaban Risha. Mereka masih sibuk mengobrol sambil melihat-lihat baju

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   260. Aku Sangat Menyayangi Kalian

    Pagi itu Lily pergi ke rumah sakit untuk menemui Risha. Dia sangat tidak sabar, sampai-sampai berjalan dengan cepat agar bisa segera menemui Risha. “Bunda!” Lily berlari ke arah ranjang ketika sampai di ruang inap Risha. Risha terkejut tapi juga senang karena Lily ada di sana. “Bunda, adiknya Lily sudah tidak ada, ya?” tanya Lily dengan tatapan sedih. Risha mengangguk. “Bunda nggak akan sakit lagi, kan?” tanya Lily lagi. “Iya,” balas Risha sambil memulas senyum. Adhitama mendekat, lalu mengusap rambut Lily dengan lembut. “Kenapa hari ini Lily tidak mau sekolah?” tanya Risha. “Nggak mau, Lily maunya sama Bunda,” jawab Lily sambil memainkan telunjuk di atas sprei. Adhitama dan Risha saling tatap. “Bagaimana di rumah Kakek Roshadi? Apa di sana seru?” tanya Adhitama. Lily hanya diam menunduk, tapi kemudian menjawab, “Iya Kakek Roshadi juga punya kolam ikan.” “Iya, Kakek membuat itu spesial untuk Lily karena Lily suka sama ikan Koi,” balas Adhitama. “Em ... kalau Lily suka di

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   259. Berurusan Denganku

    Alma tak langsung pulang setelah menitipkan barangnya ke mobil Andre. Dia masih menyelesaikan pekerjaannya sampai pukul lima. “Permisi Pak, aku izin pulang dulu,” pamit Alma.“Apa kamu sudah mengecek semuanya? siapa tahu masih ada barang yang tertinggal?” tanya Haris memastikan.Alma menggelengkan kepala.“Sudah tidak ada, semua barangnya sudah aku titipkan ke mobil Andre,” jawab Alma.Haris mengerutkan dahi.“Aku pulang dulu,” kata Alma lagi. Dia merasa sedikit canggung dan tetap memutar tumit pergi dari ruangan Haris.Saat Alma akan meraih gagang pintu, Haris mencegah dan berkata, “Besok lagi tidak ada titip-titip barang ke pria lain.”Alma menoleh dan hanya tersenyum sambil mengangguk. Dia pergi meninggalkan Haris.Alma turun ke lobi, saat sampai di sana sudah ada Andre yang menunggunya.“Ayo pulang,” kata Andre.Alma mengangguk. Dia dan Andre berjalan keluar dari lobi secara bersamaan.Saat mereka sedang berjalan, Alma mendengar ada dua staf yang berbisik-bisik menggunjing diriny

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   258. Antar Aku!

    Di sisi lain, Risha dan Adhitama pergi mengantar Lily ke sekolah. Risha menoleh Lily yang duduk di bangku belakang, sedikit ragu untuk bicara. “Nanti Bunda sama Papa tidak bisa jemput Lily, jadi Kakek Roshadi yang jemput, ya.” Risha berpesan lebih dulu agar Lily tidak bingung. “Iya,” balas Lily tanpa bertanya Risha mau ke mana. Risha mengusap lembut rambut Lily lalu mencium kening anak itu. Setelahnya dia melambai pada Lily yang sedang masuk ke gedung sekolah. Risha dan Adhitama meninggalkan sekolah Lily, mereka pergi ke rumah sakit sesuai dengan jadwal yang diberikan dokter. Risha sudah mendapat kamar karena mendaftar lebih dulu sebelumnya. “Mas Tama kalau mau pulang tidak apa-apa, misal mau kerja atau apa. Aku tidak apa-apa di sini sendirian,” ucap Risha setelah berada di kamar inap. “Tidak, aku mau di sini menemanimu,” balas Adhitama. “Tindakannya masih nanti sore, jadi semisal Mas Tama ingin mengurus pekerjaan dulu juga tidak apa-apa,” ucap Risha lagi. “Tadi pag

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   257. Tunggu Saja

    Pagi itu Alma datang ke perusahaan untuk mengemasi barang-barangnya. Dia melihat beberapa rekan kerjanya masih seperti kemarin, menatapnya sinis, tapi Alma tidak peduli.Alma bergegas menuju ruang kerjanya, fokus membereskan barang-barang. Saat dia masih memasukkan barangnya ke kardus, Haris tampak datang dan langsung membantunya.“Biar aku saja,” kata Alma sambil meraih barangnya dari tangan Haris.“Tidak apa-apa,” balas Haris. Pria itu tersenyum dan bersikeras tetap ingin membantu.Alma tidak bisa mengelak, akhirnya dia membiarkan Haris membantu mengemas barang-barang miliknya.Saat sedang membereskan barang, ponsel di meja Alma berdering. Alma agak tak enak hati saat melihat nama Andre terpampang di sana.“Jawab saja,” kata Haris saat melihat Alma seperti berpikir.Alma mengangguk lalu menjawab panggilan dari Andre.“Halo," sapa Alma.“Aku diberitahu kalau kamu diminta datang ke ruang HRD,” kata Andre dari seberang panggilan."Oh iya, terima kasih sudah memberitahuku,” balas Alma,

DMCA.com Protection Status