Home / Pernikahan / Aku Ingin Bercerai, Pak CEO! / Chapter 221 - Chapter 230

All Chapters of Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!: Chapter 221 - Chapter 230

268 Chapters

221. Aku Bukan Wanita Baik

Perasaan manusia memang sangat rumit, begitu pula dengan Alma. Dia tidak pernah sekalipun membayangkan akan menenggelamkan diri ke situasi yang membuatnya berada dalam masalah. Haris. Pria itu sudah mencuri hatinya sejak pertama kali bekerja di Mahesa. Bagi Alma tak hanya rupawan, tapi sikap Haris yang baik dan perhatian membuat rasa kagum di hatinya berubah menjadi perasaan cinta. Alma tahu Haris tak mudah dirayu, dia juga tidak memiliki niat sama sekali merayu atasannya itu. Dia hanya upik abu, jadi bagaimana mungkin berharap memiliki kekasih seorang pangeran tampan. Alma menyimpan perasaannya dengan cara bekerja sebaik-baiknya untuk Haris. Hingga malam itu datang. Mata Alma buta karena perasaannya. Dia membiarkan saja Haris yang tak sadarkan diri menyentuh bahkan mencium bibirnya penuh gairah. Hingga suasana berubah semakin intim dan Alma dengan sadar menyerahkan kesuciannya. Alma menangis, tapi menyesali semua itu tak ada gunanya. Saat sadar sudah membuat kesalahan
Read more

222. Merasa Berlebihan

Risha tampak berjalan mondar mandir di teras rumah, Lily yang melihatnya bingung. Bahkan pembantunya juga ikut merasakan hal yang sama. Risha seperti orang gelisah, sesekali menggigiti kuku jari telunjuk sampai Lily memberi peringatan. "Bunda itu nanti kumannya masuk mulut!" Risha terkesiap lalu meminta maaf, dia tersenyum canggung dan berkata lupa kalau menggigiti kuku jari itu tidak boleh. "Bunda ngapain sih? Ayo ke kamar Lily aja, nanti juga Papa pulang," ucap Lily. Ternyata Risha menunggu Adhitama pulang. "Iya Nyonya, ini juga udah mau Magrib lho, tidak baik di luar rumah," kata pembantu. Risha diam mencerna ucapan pembantunya. Dia melihat Lily yang mendekat padanya lalu meraih tangannya mengajak masuk. Mereka akhirnya pergi ke kamar Lily, tapi sebelum itu Risha mengambil ponselnya dulu yang ada di nakas untuk menghubungi Adhitama. Dia berjalan lalu berhenti di koridor, baru saja menempelkan ponsel ke telinga, dia mendengar nada dering dari arah belakang. Risha
Read more

223. Gaun Pesta

Hari berikutnya Kakek Roi mengajak bertemu Lily dan Risha di butik untuk mengukur pakaian yang akan dipakai saat acara pesta perusahaan. Lily datang bersama Risha dan Audrey. Kakek Roi lega melihat Risha, kedatangan wanita itu menunjukkan kalau rasa marahnya sudah hilang. “Apa kamu sudah tidak marah, Sha?” tanya Kakek Roi. Risha menoleh Kakek Roi, lalu membalas, “Kalau aku masih marah, aku tidak akan mau bertemu Kakek.” Kakek Roi tersenyum getir, lalu berkata, “Kakek minta maaf karena sudah membohongimu.” Risha merasa kasihan pada Kakek Roi, sehingga dia membalas, “Sudah, Kek. Jangan dibahas lagi. Aku mungkin belum bisa melupakan itu semua, tapi aku sudah memaafkan Kakek.” Kakek Roi akhirnya bisa tersenyum. Dia mengangguk lega. “Tapi ada syaratnya, Kakek harus membayar semua pesanan bajuku di butik ini,” seloroh Risha. Kakek Roi tertawa lalu membalas, “Tentu saja.” Sementara dua orang itu sedang berbincang, Audrey tampak berdiri di dekat Lily yang sedang melihat-li
Read more

224. Perebut Laki Orang

Setelah pulang dari butik. Risha meminta Audrey menjaga Lily sementara dia pergi ke kantornya karena ingin melakukan live. Sudah lama dia tidak pernah melakukan live dan berinteraksi dengan customernya, Risha melakukan ini agar tidak dianggap menghilang setelah produknya sempat terkena masalah. Risha langsung masuk ke live yang sebelumnya dipandu oleh salah satu staffnya. Risha menyapa ramah, lalu mulai menjelaskan kondisi My Lily sekarang. “Saya mohon maaf sekali atas kasus overclaim yang terjadi. Tapi sekarang, kami selalu menguji langsung produk My Lily setelah diproduksi untuk memastikan komposisi di dalam produk tidak ada yang overclaim lagi dan tentunya produknya bagus juga aman untuk digunakan.” Setelah mengatakan itu, banyak yang memberikan komentar negatif, tapi ada juga yang memberi komentar positif dan mendukung, sehingga Risha merasa sangat lega. Sampai Risha terkejut saat membaca salah satu komentar. ‘Apa benar model bernama Sevia mati karena berurusan dengan Bu Own
Read more

225. Tanda-tanda

Haris duduk berhadapan dengan Alma di sofa ruang kerjanya. Dia harap-harap cemas karena Alma kemarin berkata dia akan meluruskan semua yang Haris tidak ketahui tentang malam itu. “Apa kamu baik-baik saja? Wajahmu terlihat pucat,” kata Haris. Alma meremas jemari tangannya di atas paha, dia sampai tak sadar Haris sejak tadi terus mengamati. "Kalau kamu sakit lebih baik ke dokter dulu, apa mau aku antar?" Haris menawarkan bantuan. Alma menggeleng, dia menolak tawaran Haris kemudian memberanikan diri menatap pria itu. "Sebenarnya malam itu tidak terjadi apa-apa di antara kita," kata Alma. Haris terdiam, entah kenapa hatinya seketika kecewa. "Saya meminta maaf karena sudah lancang masuk ke kamar Anda, saya mendengar Anda menyebut nama Bu Risha dan berkata ingin merebut Bu Risha dari Pak Tama," kata Alma. "Benarkah aku berkata begitu?" tanya Haris yang tak percaya begitu saja ucapan Alma. Alma mengangguk, berharap Haris percaya dan tak lagi bertanya hal lain. Namun, dia
Read more

226. Sakit Bukan Karena itu

Risha yang sedang memeriksa laporan penjualan produknya kaget mendapat panggilan dari Haris. Dia semakin heran karena Haris tiba-tiba saja menanyakan soal ciri wanita hamil."Kenapa Kak Haris bertanya soal wanita hamil? Memangnya ada apa?"Risha diam menunggu jawaban Haris, dia sampai menjauhkan ponsel dari telinga untuk memeriksa apakah panggilan itu masih terhubung karena tak ada jawaban.“Kak!” Risha memanggil nama Haris.“Aku hanya penasaran saja,” jawab Haris.“Kenapa tidak Kakak cari saja di internet,” ucap Risha. Dia hanya asal bicara tapi Haris menanggapinya serius.Haris malah minta maaf karena sudah menganggu Risha lalu mematikan panggilan itu.Risha semakin heran, tak biasanya Haris bersikap seperti ini padanya.“Dia kenapa? Kenapa tiba-tiba bertanya soal wanita hamil,” gumam Risha. Dia meletakkan ponselnya dan kembali melanjutkan pekerjaan.Sementara itu Haris merasa sangat bodoh, dia kemudian membuka ponselnya dan mencari artikel seperti apa yang Risha katakan.Haris tak
Read more

227. Pesta Mahesa

Malam itu Pesta ulangtahun perusahaan Mahesa diselenggarakan. Risha dan Lily sudah siap untuk pergi ke pesta. Mereka ada di ruang keluarga menunggu Adhitama turun. “Lily sudah cantik ‘kan, Bunda?” tanya Lily sambil menggoyangkan gaunnya. “Iya dong, anak bunda pasti cantik,” puji Risha gemas karena Lily narsis. Lily tertawa, lalu menoleh saat melihat ada yang datang. “Kak Audrey.” Lily melebarkan senyum. Risha menoleh. Dia melongo melihat penampilan Audrey. Bukannya memakai gaun, Audrey malah memakai jas pria dengan rambut panjangnya yang diikat ekor kuda sangat rapi. Audrey sedikit membungkuk pada Risha. “Kenapa kamu jadi ganteng?” tanya Risha yang terkejut. Lily menatap Risha dan Audrey secara bergantian, lalu berkata, “Tuh ‘kan, Kak Audrey lebih keren kalau nyamar begini. Cocok pakai jas, kan Bunda?” Risha terkejut karena masih termangu melihat penampilan Audrey. Dia menoleh pada Lily lalu membalas, “Iya, cocok kalau begini.” “Siapa yang keren?” tanya Adhitama tiba-tiba
Read more

228. Apa Kamu Hamil?

Saat acara dimulai, para karyawan dan sekretaris berada di meja masing-masing. Mereka duduk berkelompok di meja bundar yang sudah disediakan. Di salah satu meja. Haris memandangi Alma yang berkumpul dengan staff lainnya. Haris sedang berpikir, dia ingin menanyakan sesuatu pada Alma dan malam ini harus mendapatkan kepastian. Saat Haris masih memandang Alma, ternyata sekretarisnya itu juga menoleh padanya, hingga mereka pun saling tatap. Meski begitu Haris sama sekali tidak mengalihkan pandangan layaknya orang yang ketahuan sedang mengamati secara diam-diam. Di saat bersamaan, Andre juga tak sengaja menoleh pada Alma, hingga dia menyadari ke mana arah tatapan Alma. Dia patah hati, tapi karena Alma masih baik padanya, Andre pun bersikap biasa. Dia bersyukur karena hubungan pertemanan dengan Alma masih terjaga dengan baik. Setelah acara sambutan. Mereka pun melanjutkan dengan menikmati hidangan yang sudah tersedia. Para karyawan itu mulai mengobrol dari membahas masalah pekerjaan sa
Read more

229. Akhir Pesta

Di dalam ruang pesta, Risha tampak menyembunyikan wajah ke pundak Adhitama. “Siapa yang memberi ide untuk mengadakan acara dansa seperti ini? seperti acara pernikahan saja,” gerutu Rissa merasa kurang nyaman. “Aku,” jawab Adhitama. Risha melongo. “Dulu aku tidak pernah terpikirkan ingin melakukan ini waktu kita menikah, jadi anggap saja sekarang ini gantinya,” ujar Adhitama menjelaskan. “Tentu tidak terpikirkan karena dulu Mas Tama tidak cinta padaku,” balas Risha sambil tersenyum masam. Dia bertahan beberapa tahun dengan cinta bertepuk sebelah tangan. “Dulu, perasaan sukaku padamu hanya sebatas pada adik, bukan cinta pada wanita. Karena itu aku agak berat menerimamu,” ujar Adhitama menjelaskan. Risha langsung memasang wajah masam lalu mengeluh. “Kenapa Mas Tama jujur sekali?” Adhitama menahan tawa, lalu membalas, “Itu dulu, kalau sekarang aku cinta sekali dan ingin seumur hidup bersamamu.” Risha tersenyum. Dia semakin memeluk erat pada Adhitama ketika masih berdans
Read more

230. USG

Alma benar-benar panik karena Haris tidak main-main dengan ucapan akan membawanya ke rumah sakit. Dia ingin kabur tapi sadar kalau itu mustahil, sehingga sekarang Alma terjebak di sana bersama Haris menunggu dokter yang akan memeriksa. “Anda tidak harus melakukan ini. Saya sudah mengatakan jika tidak akan menuntut pertanggungjawaban Anda, kenapa Anda masih memaksa, Pak?” Alma berusaha meyakinkan agar Haris tidak merasa bersalah. Haris menoleh pada Alma, lalu memberikan tatapan datar. Alma akhirnya diam. Dia meremas tas yang dipegang dengan perasaan yang bercampur aduk menjadi satu. Akhirnya Alma dipanggil masuk. Haris ikut masuk dan langsung bicara pada dokter. “Aku ingin mengetahui, apakah dia benar hamil atau hanya sakit asam lambung,” ujar Haris lalu menoleh pelan pada Alma dan menatap pada sekretarisnya yang terlihat pucat. Dokter menatap bingung dengan sikap Haris, tapi akhirnya mengangguk. Dokter meminta Alma berbaring di ranjang, sedangkan Haris menunggu di lua
Read more
PREV
1
...
2122232425
...
27
DMCA.com Protection Status