Home / Pernikahan / Aku Ingin Bercerai, Pak CEO! / Chapter 231 - Chapter 240

All Chapters of Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!: Chapter 231 - Chapter 240

268 Chapters

231. Baru Mau Tenang

Karena kejadian di pesta ulang tahun perusahaannya kemarin, siang itu Adhitama memanggil beberapa wartawan karena akan mengadakan konferensi pers. Adhitama sudah berada di ruangan khusus bersama staff perusahaan dan juga wartawan yang siap meliput. “Pak, sudah bisa dimulai,” kata Andre memberi instruksi. Adhitama mengangguk. Dia duduk dengan tegap lalu mulai mendekat pada mic yang sudah terpasang di meja. Para wartawan sudah menunggu, mereka bersiap mencatat dan merekam apa yang akan disampaikan oleh Adhitama. “Pertama-tama, saya ingin mengucapkan pada semua teman wartawan yang sudah hadir di sini. Seperti yang kalian ketahui, saya mengundang kalian semua ke sini untuk meluruskan kesalahpahaman publik yang sudah tidak bisa saya diamkan lagi,” ucap Adhitama memulai klarifikasi. “Seperti yang kalian ketahui. Akhir-akhir ini Mahesa khususnya saya dan istri saya dituduh sebagai salah satu penyebab kematian Sevia. Ini sangat mengganggu bagi kami, karena bagaimanapun saat kemat
Read more

232. Curhatan Pria

Adhitama yang mendengar seketika melebarkan manik mata, dia menatap bingung Risha dan hanya bisa bertanya— "Apa kamu serius?" “Serius Mas, Kak Haris sendiri yang bilang," balas Risha. “Bagaimana bisa Alma hamil?” tanya Adhitama seolah tidak percaya. Risha mencebik mendengar pertanyaan suaminya itu. “Namanya mereka sudah dewasa, apanya yang bagaimana?" jawab Risha. “Bukan begitu. Maksudku masalah mereka ini membingungkan, Haris dan Andre sama-sama menyukai Alma, lalu tiba-tiba Alma dihamili Haris. Bukankah wajar jika aku terkejut dan penasaran?" balas Adhitama. Risha menghela napas kasar. “Begitulah! Kak Haris cerita kalau dia mabuk dan tidak sengaja tidur dengan Alma. Nahasnya, dia lupa pernah melakukan itu, makanya Alma seperti menghindari Kak Haris, Alma pasti takut jika sampai jujur dan malah dikira menipu,” ujar Risha menjelaskan. Adhitama mengangguk-angguk. “Betul juga. Kalau Haris jahat, pasti Haris tidak akan mengakui perbuatannya,” balas Adhitama. “Makany
Read more

233. Jangan Aneh-aneh

Di luar masalah yang sedang terjadi, Alma masih bekerja seperti biasa. Pagi itu dia merapikan mejanya sebelum mulai bekerja dan menunggu Haris datang. Saat Alma sedang mengecek berkas, tiba-tiba ada yang meletakkan botol jus di mejanya, membuat Alma mendongak dan kaget.Alma melihat Haris sudah berdiri di depan mejanya dengan wajah datar. “Apa ini, Pak?” tanya Alma karena terkejut. “Jus, kamu harus menjaga kesehatan,” jawab Haris. Alma terkejut. Dia sampai menoleh sekitar karena cemas jika sampai ada staff yang melihat atau mendengar ucapan Haris. “Anda tidak perlu melakukan ini,” ucap Alma dengan suara pelan dan sedikit penekanan. “Kenapa? Aku hanya tidak ingin kamu sakit,” balas Haris. Alma tidak bisa berkata-kata. Dia melihat Haris melenggang masuk ruang kerja. Dia benar-benar pusing karena perubahan sikap Haris. Pria itu terasa sedikit dingin karena meski memberi perhatian, tapi tak ada senyum yang terlukis di wajahnya.Alma bekerja seperti biasa, dia lega karena Haris tid
Read more

234. Penyerangan

Audrey semakin bersikap baik pada Lily, setelah bocah itu membantunya hingga dia tidak perlu mengenakan gaun di acara ulang tahun perusahaan Adhitama. Audrey bahkan menuruti keinginan Lily membeli es krim setiap pulang sekolah tiga hari ini.Namun, tak Audrey sangka hari itu Lily meminta es krim lagi padanya. “Kak Audrey, Lily mau es krim, ya.” Lily menatap Audrey yang sedang menyetir. Dia mengedip-ngedipkan kelopak mata dengan lucunya untuk merayu Audrey. Audrey menoleh pada Lily. Dia ingin menolak karena takut jika sampai anak itu sakit. Akan tetapi dia tidak bisa melakukan itu karena Lily pasti akan merajuk padanya. “Baiklah, tapi ini yang terakhir, besok tidak ada lagi es krim,” kata Audrey mengiyakan dengan syarat. “Asyik, makasih kak Audrey.” Lily sangat senang karena mendapat apa yang dia inginkan. Audrey membelokkan mobil menuju kedai es krim seperti biasa. Dia memarkirkan mobil tak jauh dari kedai itu. “Lily tunggu di sini saja,” kata Audrey saat akan keluar d
Read more

235. Patah Hati

Andre sangat syok dan masih tidak percaya Haris berkata Alma hamil. Belakangan ini dia sampai tidak fokus bekerja dan banyak melamun.Andre masih tidak menyangka. Bagaimana bisa Alma hamil anak Haris? Kapan mereka dekat? Kenapa semuanya mendadak sampai membuat Andre bertanya-tanya. Andre masih melamun, sampai dia terkejut ketika mendengar suara telepon. Dia segera menjawab karena ternyata Adhitama yang menghubungi.“Iya, Pak.” Andre menjawab dengan nada lemas.“Apa, iya, iya? Mana berkas yang harus aku periksa dan tandatangani, bukankah kamu bilang akan membawanya ke ruanganku?” Suara Adhitama terdengar menggelegar dari seberang panggilan. “Oh ya, Pak. Sebentar, saya bawakan ke ruangan Anda,” kata Andre lalu mengakhiri panggilan itu.Andre panik karena tidak fokus bekerja sampai lupa dengan tugasnya. Dia langsung mencari berkas yang Adhitama maksud, lalu segera membawanya ke ruang kerja Adhitama, sebelum terkena amuk atasannya itu.Adhitama menatap Andre yang baru saja masuk. Dia me
Read more

236. Hari Ulang Tahun

Hari itu di kantor Risha. Ibu dari pelaku penyerangan terhadap Lily datang. Wanita itu terlihat sedih dan bingung berdiri di depan pintu, hingga salah satu staf Risha yang melihat mendekat.“Permisi, saya mau bertemu dengan Bu Risha,” kata wanita itu saat bertemu dengan salah satu staf di kantor Risha.“Maaf, Bu. Hari ini Bu Risha sangat sibuk, jadi tidak bisa menemui Anda,” kata staf itu.“Tolonglah, sebentar saja,” pinta wanita itu.Staf Risha menggeleng tetap tidak memberi izin. Wanita itu keluar dari kantor Risha, tapi ternyata tidak pergi dan malah menunggu di depan sampai siang untuk menemui Risha.Saat siang hari. Risha keluar dari ruang kerjanya, saat berpamitan untuk pulang, stafnya memberitahu soal kedatangan wanita tadi.“Mencariku?” tanya Risha terkejut.“Iya, Bu. Tadi saya sudah minta dia pergi karena Bu Risha sibuk, tapi sepertinya dia masih ada di depan,” kata staf.Risha sangat terkejut. Dia langsung keluar dan melihat wanita itu duduk di depan kantornya. Dia merasa k
Read more

237. Lamaran?

Siang menjelang sore, Alma terlihat berdiri di depan pintu ruang kerja Haris.Alma ragu, meski begitu dia memberanikan diri mengetuk pintu karena Haris memintanya datang.Setelah mendengar suara Haris memersilahkan, Alma masuk dan melihat Haris yang sudah berdiri dari kursinya. “Ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanya Alma mencoba bersikap biasa meski Haris sudah tahu semuanya. “Duduklah,” ajak Haris sambil berjalan menuju sofa. Alma bingung, kenapa Haris mengajaknya duduk di sana. Namun, dia tetap mengikuti dan duduk di sofa yang sudah Haris tunjuk. Haris duduk di depan Alma, membuat Alma semakin bingung lagi dengan apa yang ingin dilakukan atasannya itu. “Aku hanya ingin mengatakan kalau aku serius dan benar-benar menyukaimu. Aku mau bertanggung jawab,” ucap Haris dengan tatapan bersungguh-sungguh. Alma masih diam, berusaha mencerna maksud ucapan atasannya itu. “Tapi, karena menurut agama tidak boleh menikahi wanita yang sedang hamil, jadi aku akan menunggu,” ucap Haris lagi.
Read more

238. Tidak Tahu Caranya

Malam hari Alma kedatangan tamu, dia terkejut ketika membuka pintu rumah dan melihat Haris datang memakai pakaian rapi, sedangkan Alma masih memakai pakaian rumahan.“Kenapa kamu belum siap?” tanya Haris.Alma bingung. Dia berpikir, apa Haris serius ingin mengajaknya pergi?“Kenapa kamu hanya diam? Apa kamu pikir ucapanku siang tadi tidak serius? Kenapa kamu selalu ragu dengan semua tindakan dan ucapanku?” tanya Haris mencecar.“Bu-bukan begitu, Pak.” Alma bingung menjawab.“Kalau begitu segera ganti bajumu. Terserah mau pakai baju apa pun tidak masalah,” perintah Haris.“Sebenarnya Pak Haris mau mengajak saya ke mana?” tanya Alma memastikan lebih dulu.“Makan malam,” jawab Haris.Alma mengangguk pelan, lalu segera masuk untuk mengganti pakaian dengan dres sederhana dan sedikit memoleskan make up tipis di wajah.Setelah selesai. Alma pergi bersama Haris dan tidak tahu pria itu mau mengajaknya makan di mana. Sepanjang perjalanan, Alma hanya diam sambil memandang jalanan yang mereka lew
Read more

239. Tidak Punya Keluarga

Pukul tujuh malam Adhitama baru saja pulang. Dia melihat Lily yang sedang makan kue di ruang makan. Dia memandang penuh kasih sayang wajah Lily yang berseri-seri. “Wah, sepertinya enak sekali kuenya Lily.” Adhitama langsung menghampiri. Lily menoleh saat mendengar suara Adhitama, bocah itu melebarkan senyum ketika melihat sang papa yang sudah pulang. “Tolong suapi Papa, dikit aja!" pinta Adhitama sambil menarik kursi di samping Lily lalu duduk di sana. Lily menyuapi Adhitama, lalu bertanya, “Enak ‘kan, Pa?” “Hm … iya enak. Kue dari mana?” tanya Adhitama dengan mulut penuh. “Kak Audrey ulang tahun, terus Bunda beliin kue,” jawab Lily. “Iyakah? Adhitama terkejut. Lily mengangguk-angguk. “Mas Tama banyak kerjaan ya? Jam segini baru pulang,” sapa Risha sambil menghampiri Adhitama dan Lily. Adhitama menatap Risha yang baru saja datang, dia melihat raut wajah Risha yang sedikit berbeda. “Iya, baru saja pulang dan lihat Lily makan kue,” jawab Adhitama sambil beranjak da
Read more

240. Penggoda

Hari itu Alma berangkat bekerja seperti biasa. Dia sudah sampai di perusahaan. Saat akan masuk lift, Alma melihat banyak staf yang memandang padanya, bahkan mereka saling bisik seolah mengabaikan keberadaannya di sana. Meskipun Alma tidak mendengar apa yang mereka bicarakan, dia merasa aneh. Hingga Alma memilih diam lalu masuk ke lift yang sama dengan para staf. Alma berdiri diam meski para staf menatapnya aneh. Dia melihat ke angka berjalan yang ada di atas pintu lift, begitu pintu terbuka di lantai ruangan Haris berada, Alma langsung keluar dari sana. Setelah menaruh tas di mejanya, Alma pergi ke ruangan Haris untuk membereskan meja Haris seperti biasa. Saat dia sibuk menata berkas kemarin agar siap diperiksa ketika Haris datang, ternyata pria itu sudah masuk ke ruangan. “Kamu datang pagi sekali?” Alma terkejut mendengar suara Haris sampai menoleh dengan cepat. “Anda yang datang lebih awal, Pak.” Alma membalas sopan. Haris hanya mengangguk. Tanpa Alma ketahui, ternyat
Read more
PREV
1
...
222324252627
DMCA.com Protection Status