Share

237. Lamaran?

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-05 19:48:51

Siang menjelang sore, Alma terlihat berdiri di depan pintu ruang kerja Haris.

Alma ragu, meski begitu dia memberanikan diri mengetuk pintu karena Haris memintanya datang.

Setelah mendengar suara Haris memersilahkan, Alma masuk dan melihat Haris yang sudah berdiri dari kursinya.

“Ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanya Alma mencoba bersikap biasa meski Haris sudah tahu semuanya.

“Duduklah,” ajak Haris sambil berjalan menuju sofa.

Alma bingung, kenapa Haris mengajaknya duduk di sana. Namun, dia tetap mengikuti dan duduk di sofa yang sudah Haris tunjuk.

Haris duduk di depan Alma, membuat Alma semakin bingung lagi dengan apa yang ingin dilakukan atasannya itu.

“Aku hanya ingin mengatakan kalau aku serius dan benar-benar menyukaimu. Aku mau bertanggung jawab,” ucap Haris dengan tatapan bersungguh-sungguh.

Alma masih diam, berusaha mencerna maksud ucapan atasannya itu.

“Tapi, karena menurut agama tidak boleh menikahi wanita yang sedang hamil, jadi aku akan menunggu,” ucap Haris lagi.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Wida
bahagia dong alma
goodnovel comment avatar
Yessy Susanti
ayooo jwb iy Al biar lu nikah sm Haris
goodnovel comment avatar
Novita Sari
harus bahagia dong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   238. Tidak Tahu Caranya

    Malam hari Alma kedatangan tamu, dia terkejut ketika membuka pintu rumah dan melihat Haris datang memakai pakaian rapi, sedangkan Alma masih memakai pakaian rumahan.“Kenapa kamu belum siap?” tanya Haris.Alma bingung. Dia berpikir, apa Haris serius ingin mengajaknya pergi?“Kenapa kamu hanya diam? Apa kamu pikir ucapanku siang tadi tidak serius? Kenapa kamu selalu ragu dengan semua tindakan dan ucapanku?” tanya Haris mencecar.“Bu-bukan begitu, Pak.” Alma bingung menjawab.“Kalau begitu segera ganti bajumu. Terserah mau pakai baju apa pun tidak masalah,” perintah Haris.“Sebenarnya Pak Haris mau mengajak saya ke mana?” tanya Alma memastikan lebih dulu.“Makan malam,” jawab Haris.Alma mengangguk pelan, lalu segera masuk untuk mengganti pakaian dengan dres sederhana dan sedikit memoleskan make up tipis di wajah.Setelah selesai. Alma pergi bersama Haris dan tidak tahu pria itu mau mengajaknya makan di mana. Sepanjang perjalanan, Alma hanya diam sambil memandang jalanan yang mereka lew

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   239. Tidak Punya Keluarga

    Pukul tujuh malam Adhitama baru saja pulang. Dia melihat Lily yang sedang makan kue di ruang makan. Dia memandang penuh kasih sayang wajah Lily yang berseri-seri. “Wah, sepertinya enak sekali kuenya Lily.” Adhitama langsung menghampiri. Lily menoleh saat mendengar suara Adhitama, bocah itu melebarkan senyum ketika melihat sang papa yang sudah pulang. “Tolong suapi Papa, dikit aja!" pinta Adhitama sambil menarik kursi di samping Lily lalu duduk di sana. Lily menyuapi Adhitama, lalu bertanya, “Enak ‘kan, Pa?” “Hm … iya enak. Kue dari mana?” tanya Adhitama dengan mulut penuh. “Kak Audrey ulang tahun, terus Bunda beliin kue,” jawab Lily. “Iyakah? Adhitama terkejut. Lily mengangguk-angguk. “Mas Tama banyak kerjaan ya? Jam segini baru pulang,” sapa Risha sambil menghampiri Adhitama dan Lily. Adhitama menatap Risha yang baru saja datang, dia melihat raut wajah Risha yang sedikit berbeda. “Iya, baru saja pulang dan lihat Lily makan kue,” jawab Adhitama sambil beranjak da

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   240. Penggoda

    Hari itu Alma berangkat bekerja seperti biasa. Dia sudah sampai di perusahaan. Saat akan masuk lift, Alma melihat banyak staf yang memandang padanya, bahkan mereka saling bisik seolah mengabaikan keberadaannya di sana. Meskipun Alma tidak mendengar apa yang mereka bicarakan, dia merasa aneh. Hingga Alma memilih diam lalu masuk ke lift yang sama dengan para staf. Alma berdiri diam meski para staf menatapnya aneh. Dia melihat ke angka berjalan yang ada di atas pintu lift, begitu pintu terbuka di lantai ruangan Haris berada, Alma langsung keluar dari sana. Setelah menaruh tas di mejanya, Alma pergi ke ruangan Haris untuk membereskan meja Haris seperti biasa. Saat dia sibuk menata berkas kemarin agar siap diperiksa ketika Haris datang, ternyata pria itu sudah masuk ke ruangan. “Kamu datang pagi sekali?” Alma terkejut mendengar suara Haris sampai menoleh dengan cepat. “Anda yang datang lebih awal, Pak.” Alma membalas sopan. Haris hanya mengangguk. Tanpa Alma ketahui, ternyat

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   241. Kondisi Rahasia

    Di sisi lain, tanpa sepengetahuan Adhitama. Risha pergi ke rumah sakit karena merasa kurang sehat. Risha tahu hanya akan membuat Adhitama cemas jika mengeluhkan kondisinya, hingga diam-diam dia memilih menemui dokter. “Saya mau periksa karena kaki saya bengkak sampai seperti ini,” kata Risha sambil memperlihatkan kedua kakinya saat sudah berada di dalam ruangan dokter. “Kenapa bisa sampai sebengkak ini? Apa Anda kurang gerak?” tanya dokter memastikan. “Saya melakukan kegiatan seperti biasa. Tidak banyak duduk juga tidak banyak jalan. Saya tidak tahu kenapa bisa sebengkak ini,” kata Risha menjelaskan. Dokter mencoba mengamati kaki Risha, lalu berkata, “Saya menyarankan agar Anda melakukan tes urine.” Risha setuju. Setelahnya dia memberikan sampel urine untuk tes laboratorium. Risha tidak pulang dan menunggu karena dokter meminta tes urine Risha diselesaikan hari itu juga. Risha akhirnya menunggu hasil laboratorium keluar. Dia duduk dengan ekspresi wajah bingung karena memikirka

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   242. Jangan Membandingkan!

    Malam itu Risha dan Adhitama mengundang Alma dan Haris untuk makan malam di rumah. Risha bahkan mendatangkan chef ternama untuk menghidangkan makanan spesial untuk mereka. Setelah duduk di meja makan, Haris menyadari ada sesuatu yang kurang. Lily tidak ada bersama mereka di sana. “Di mana Lily?” tanya Haris. Dia memang tidak melihat gadis kecil itu menyambutnya datang tadi. “Oh, Lily sepertinya kecapean karena ada kegiatan fieldtrip di sekolah, jadi dia tidur lebih awal,” jawab Risha. Haris mengangguk. Dia menoleh pada Alma yang agak canggung karena diundang Risha ke sana. Alma duduk di sebelah Haris dan masih terlihat kurang nyaman. “Ayo makan!” ajak Risha sambil menatap pada Alma. Alma mengangguk. Mereka akhirnya menikmati hidangan malam itu sambil membahas hal-hal random. Hingga Risha memandang Alma kemudian bertanya — “Sudah berapa bulan usia kandunganmu?” Alma terkejut mendengar pertanyaan Risha, sampai-sampai dia menoleh pada Haris. “Sudah sebelas minggu

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   243. Duniaku

    Adhitama dan Risha melihat Lily di kamar setelah Alma dan Haris pulang. Mereka hanya berdiri di ambang pintu memperhatikan Lily yang benar-benar masih terlelap.Adhitama menutup pintu dengan sangat pelan, dia bahkan mengecilkan volume suaranya meski pintu itu sudah tertutup rapat.“Ayo ke kamar,” ucap Adhitama Risha mengangguk, tersenyum saat Adhitama menggandengnya erat. Risha tak pernah membayangkan pernikahannya dengan Adhitama bisa berubah sehangat ini. Dia menunduk mengekori langkah suaminya, sampai beberapa detik kemudian kaget mendengar pertanyaan Adhitama.“Kakimu, kenapa bengkak?”Risha yang sejak kemarin ingin menyembunyikan kondisinya dari Adhitama mencoba untuk berkilah.“Sepertinya karena memakai sepatu yang sempit seharian Mas,” balas Risha.Adhitama diam, dia memandang Risha seolah menuntut penjelasan lain yang lebih masuk akal.Namun, Risha masih saja memberikan alasan yang sama.“Tidak, kamu pikir aku tidak tahu? Atau kamu pikir aku bodoh? Ayo kita ke UGD,” ucap Adhi

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   244. Keputusan Keputusasaan

    Risha menjalani pagi itu seperti biasa, dia menunjukkan senyuman hangat ke Lily. Menunggui anak itu mandi bahkan menyisir rambut Lily dan mengepangnya rapi. Hari itu entah apa yang akan terjadi, Risha pasrah saja jika dokter yang akan dia datangi bersama Adhitama nanti memintanya untuk merelakan calon adik Lily. "Bunda, kapan aku bisa ketemu adik bayi?" Risha masih sibuk mengepang rambut Lily saat anak itu tiba-tiba saja bertanya. Sesak dada Risha mendengar kalau Lily sangat menginginkan adik. Lily bahkan Risha rasa berbeda. Jika anak lain biasanya enggan memiliki saudara karena takut kasih sayang orangtuanya terbagi, Lily malah sangat antusias menunggu kelahiran sang adik. "Em... nanti juga Lily bakal ketemu adik," jawab Risha. Dia berusaha menyembunyikan rasa sakit di hatinya dengan memulas senyum. Mereka sedang menghadap kaca, Risha tak mau sampai Lily melihat kesedihan di raut wajahnya. "Bunda, Papa hari ini libur ya? Kok masih belum siap." Perkataan Lily mem

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   245. Perlakuan Tidak Baik

    Alma masih merasa kurang nyaman saat berangkat ke kantor. Semua pandangan staf tampak berbeda dan semakin jelas seperti membencinya. Alma berdiri di depan pintu lift membiarkan staf lain berbisik-bisik di belakangnya, bahkan saat pintu lift terbuka, mereka membiarkan Alma masuk sendiri ke lift. Alma mengerutkan kening, dia sampai bertanya" Kenapa kalian tidak masuk?" Para staf itu hanya menatap datar Alma, hingga salah satunya menjawab," Tidak apa-apa, kami bisa menunggu lift lain." Alma semakin sedih, apa di mata orang lain dia sangat hina hanya karena dekat dengan Haris. Alma melepas tombol lift yang tadi dia tahan agar pintu tetap terbuka, di saat itu dia melihat para staf yang ada di depan menyingkir memberi jalan pada seseorang. Alma mendongak, dia melihat Andre masuk lalu menekan tombol agar lift itu tertutup. Alma hanya bisa membeku memandang Andre, tiba-tiba saja air matanya menetes. Andre menoleh memandang Alma. Dia merasa kasihan ke wanita itu lalu menepuk lembut le

Bab terbaru

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Memelukmu

    Alma tak menyangka Haris akan menahannya di rumah pria itu. Dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menerima dan mengikuti apa keinginan Haris. Bahkan seperti apa yang pria itu katakan, sudah ada banyak baju untuknya di sana.Meskipun agak canggung kepada pembantu rumah, tapi Alma mencoba untuk bersikap baik.Seperti pagi itu, dia bangun pagi lantas pergi ke dapur untuk membantu menyiapkan sarapan.Awalnya pembantu rumah Haris kaget bahkan memohon Alma untuk tidak melakukan itu. Namun, Alma bersikeras, dia berkata tidak mau menumpang dan makan secara cuma-cuma di sana.“Sudah sewajarnya, karena Mba Alma calon istri Tuan Haris.”Ucapan pembantu membuat Alma menghentikan gerakan tangannya memotong wortel, dia menoleh karena kaget.Bagaimana bisa pembantu rumah tahu kalau dia calon istri Haris?“Apa Pak Haris bilang aku ini calon istrinya?” tanya Alma setengah tak percaya.“Iya, dia bahkan meminta kami menjaga Mba Alma seperti menjaga keluarga sendiri,” kata pembantu itu. “Syukurlah kare

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 7 : Masih Saja Jomlo

    Keesokan harinya. Andre sudah bersiap pergi bersama Adhitama untuk mengurus masalah di anak cabang perusahaan Mahesa yang terdapat di Jogja.Mereka sarapan lebih dulu di restoran hotel, ada Risha dan Lily juga di sana.“Semalam Anda pergi ke mana, Pak?” tanya Andre. Dia tampak menekuk bibir saat melihat Adhitama hanya diam seolah tak mendengar pertanyaannya.“Kita jalan-jalan, Om Andre mau, tapi pas diketuk-ketuk pintunya, Om Andre tidak keluar,” jawab Lily.“Hampir saja aku pikir kamu mati di kamar,” ledek Adhitama, “tapi mendengar suara dengkuranmu yang seperti babi, aku yakin kamu hanya tidur,” imbuh Adhitama.Andre memasang wajah masam. Dia malu lalu melihat Risha yang tertawa.“Mana mungkin kamar di hotel bintang lima tidak kedap suara,” balas Andre.Adhitama dan Risha sama-sama menahan tawa.Andre memilih menyantap makanannya, saat itu dia melihat Mahira masuk restoran bersama kedua orang tuanya.Lily melihat Mahira, dia menatap benci karena sudah dibuat menangis oleh gadis itu

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 6 : Keluarga Aneh

    Ternyata, saat Andre tidur, Adhitama mengajak Risha dan Lily pergi keluar. Mereka pergi ke alun-alun kidul Jogja dan duduk-duduk di sana.Lily sangat senang. Anak itu sibuk bermain gelembung sabun sampai tertawa begitu bahagia. Dia berlari-lari sambil tertawa senang mengejar gelembung yang berterbangan tertiup angin.“Padahal sudah malam, tapi anak-anak masih betah main begituan,” kata Risha mengamati beberapa anak kecil yang juga bermain gelembung seperti Lily.“Namanya juga anak-anak,” balas Adhitama.Mereka duduk memakai tikar plastik yang tadi dibeli dari penjual seharga sepuluh ribu. Risha hanya tersenyum menanggapi balasan Adhitama dan terus memperhatikan Lily yang sedang bermain.Sudah lama tidak melihat Lily sesenang itu saat berlarian. Risha lega putrinya bisa kembali ceria. Risha masih memandang ke arah Lily, lalu melihat anak itu berbicara dengan anak kecil seusianya.Adhitama juga memperhatikan sang putri, sebelum memalingkan pandangan lalu menyandarkan kepala di pundak Ri

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 5 : Gadis Aneh

    Sesampainya di Jogja, Adhitama meminta sopir yang menjemput untuk mengantar mereka ke hotel yang sudah Adhitama pesan. “Kenapa tidak ke rumah?” tanya Risha terkejut. Andre tampak biasa. Dia hanya melirik sekilas ke Adhitama yang duduk di belakang bersama Risha dan Lily. “Kemarin kamu bilang pembantumu sedang ke luar kota, jadi tidak ada yang membersihkan rumah. Aku takut rumahnya berdebu dan kalian bisa alergi,” ujar Adhitama menjelaskan. “Aku sudah bilang kalau Si mbok udah balik ke rumah,” kata Risha mengingatkan. “Aku sudah terlanjur booking kamar, sudah menginap saja di hotel, lagi pula hanya beberapa hari,” balas Adhitama tetap kukuh menginap di hotel. Risha menghela napas kasar. Akhirnya dia pasrah saja. Mereka sampai di hotel dan langsung pergi ke kamar yang dipesan. Saat Andre hendak masuk kamar, Adhitama mencegah asistennya itu. “Aku mau bicara sebentar,” kata Adhitama. “Apa, Pak?” tanya Andre. “Aku nitip Lily,” kata Adhitama lalu berlalu pergi. Andre terkejut kar

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 4 : Usil

    Pagi itu. Adhitama bersiap-siap untuk pergi ke perusahaan. Dia sedang mengikat dasi, lalu menoleh pada Risha yang sedang mengambilkan jas miliknya. “Oh ya sayang, aku akan pergi ke Jogja untuk mengurus pekerjaan,” kata Adhitama. Risha mengambil jas yang tergantung di lemari, lalu menoleh pada Adhitama sambil bertanya, “Kapan Mas Tama pergi? Aku mau ikut, sekalian melihat kantor di sana.” “Tapi bukan weekend, lusa aku berangkat,” jawab Adhitama. “Ya sudah, tidak apa-apa. Nanti aku ikut sama Lily juga, sekali-kali Lily libur juga tidak apa-apa. Sepertinya dia juga butuh liburan,” ucap Risha. “Oke kalau begitu. Nanti akan aku minta Andre untuk memesankan tiket untuk kalian juga,” ujar Adhitama sambil mengembangkan senyum. “Iya, tapi jangan beritahu Lily dulu ya Mas, takutnya dia nanti heboh." Risha tahu bagaimana sifat Lily, bisa-bisa anak itu akan menanyakan setiap detik kapan mereka pergi. Adhitama tersenyum penuh arti kemudian mengangguk paham. Adhitama akhirnya berangkat ke

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 3 : Ada Apa Dengan Haris

    Setelah makan malam yang sedikit menegangkan itu, Haris dan Alma beranjak pulang. Risha dan Adhitama juga memilih mengantar keduanya sampai ke halaman. “Hati-hati di jalan,” ucap Risha bersamaan dengan Haris dan Alma yang berjalan menuju mobil.Alma mengangguk lalu masuk mobil, begitu juga dengan Haris.Haris melajukan mobil meninggalkan rumah Risha. Sepanjang perjalanan, Haris melihat Alma terus saja diam. Sikap Alma membuatnya berpikir, apakah gadis itu marah karena tindakan tegasnya ke staf HRD.“Apa kamu marah?” tanya Haris untuk memastikan.“Tidak,” jawab Alma dengan suara agak lirih.Haris diam sejenak, berpikir jika Alma sudah menjawab seperti itu artinya dia tidak perlu memperpanjang masalah.“Bagaimana tadi, apa kamu sudah dapat baju untuk pernikahan kita?” tanya Haris. Untuk memecah rasa canggung dia memilih membahas hal lainnya.“Belum karena tadi Kak Risha harus menjemput Lily yang sakit,” jawab Alma dengan suara datar.Haris merasa Alma bersikap sedikit aneh. Dia kembal

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 2: Tidak Berkontribusi

    Tanpa memberitahu, Malam harinya Haris menjemput Alma di rumah Risha. Saat sampai di sana, dia pergi ke kamar Lily dan bocah itu langsung meminta gendong karena masih sakit. “Kenapa badannya hangat?” tanya Haris saat menggendong Lily. “Dia demam, makanya tadi dijemput dari sekolah,” jawab Risha. Haris kaget, lalu menoleh Lily yang menyandarkan kepala di pundak. “Lily sakit? Sudah minum obat belum?” tanya Haris. “Sudah,” jawab Lily. "Lily bobok aja ya." Haris membujuk. Lily menggeleng lalu berkata," Lily maunya digendong Paman Haris.” Haris memeluk Lily, membiarkan anak itu bersikap manja, lalu kembali membujuk dan mengajak Lily berbaring di kasur. Haris mengambil buku cerita di nakas kemudian membacakan cerita untuk Lily. Alma juga ada di sana, ikut mendengarkan Haris bercerita. “Aku tinggal sebentar,” kata Risha pamit dan Alma membalasnya dengan anggukan kepala. Risha berjalan keluar dari kamar Lily. Saat menuruni anak tangga, dia melihat Adhitama yang baru

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 1 : Dari Butik Ke Sekolah

    Hari itu Risha mengajak Alma pergi ke butik untuk melihat baju pernikahan. Mereka sudah ada di butik dan sedang melihat-lihat katalog untuk memilih model mana yang cocok.Saat masih memilih, Alma memberanikan diri untuk mengajak Risha mengobrol. “Kak, entah ini hanya perasaanku saja atau memang benar, tapi aku lihat akhir-akhir ini Lily jadi pemurung, apa ada masalah?” tanya Alma sambil mengalihkan tatapan dari desain gaun di katalog ke Risha. “Bukan masalah besar. Dia hanya sedih karena Audrey sudah tidak bekerja dengan kami lagi dan juga dia kehilangan adiknya,” jawab Risha. Alma mengangguk-angguk paham. Dia merasa bersimpati dan kasihan. “Mungkin nanti kalau anakku lahir, aku akan minta Lily yang memberinya nama supaya Lily senang dan sedikit terhibur,” ujar Alma. Risha terkejut sampai menoleh Alma. “Jangan, bisa-bisa nanti anakmu malah diberi nama yang aneh-aneh Sama Lily.” Alma tertawa kecil mendengar jawaban Risha. Mereka masih sibuk mengobrol sambil melihat-lihat baju

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   260. Aku Sangat Menyayangi Kalian

    Pagi itu Lily pergi ke rumah sakit untuk menemui Risha. Dia sangat tidak sabar, sampai-sampai berjalan dengan cepat agar bisa segera menemui Risha. “Bunda!” Lily berlari ke arah ranjang ketika sampai di ruang inap Risha. Risha terkejut tapi juga senang karena Lily ada di sana. “Bunda, adiknya Lily sudah tidak ada, ya?” tanya Lily dengan tatapan sedih. Risha mengangguk. “Bunda nggak akan sakit lagi, kan?” tanya Lily lagi. “Iya,” balas Risha sambil memulas senyum. Adhitama mendekat, lalu mengusap rambut Lily dengan lembut. “Kenapa hari ini Lily tidak mau sekolah?” tanya Risha. “Nggak mau, Lily maunya sama Bunda,” jawab Lily sambil memainkan telunjuk di atas sprei. Adhitama dan Risha saling tatap. “Bagaimana di rumah Kakek Roshadi? Apa di sana seru?” tanya Adhitama. Lily hanya diam menunduk, tapi kemudian menjawab, “Iya Kakek Roshadi juga punya kolam ikan.” “Iya, Kakek membuat itu spesial untuk Lily karena Lily suka sama ikan Koi,” balas Adhitama. “Em ... kalau Lily suka di

DMCA.com Protection Status