Home / Pernikahan / Aku Ingin Bercerai, Pak CEO! / Chapter 241 - Chapter 250

All Chapters of Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!: Chapter 241 - Chapter 250

267 Chapters

241. Kondisi Rahasia

Di sisi lain, tanpa sepengetahuan Adhitama. Risha pergi ke rumah sakit karena merasa kurang sehat. Risha tahu hanya akan membuat Adhitama cemas jika mengeluhkan kondisinya, hingga diam-diam dia memilih menemui dokter. “Saya mau periksa karena kaki saya bengkak sampai seperti ini,” kata Risha sambil memperlihatkan kedua kakinya saat sudah berada di dalam ruangan dokter. “Kenapa bisa sampai sebengkak ini? Apa Anda kurang gerak?” tanya dokter memastikan. “Saya melakukan kegiatan seperti biasa. Tidak banyak duduk juga tidak banyak jalan. Saya tidak tahu kenapa bisa sebengkak ini,” kata Risha menjelaskan. Dokter mencoba mengamati kaki Risha, lalu berkata, “Saya menyarankan agar Anda melakukan tes urine.” Risha setuju. Setelahnya dia memberikan sampel urine untuk tes laboratorium. Risha tidak pulang dan menunggu karena dokter meminta tes urine Risha diselesaikan hari itu juga. Risha akhirnya menunggu hasil laboratorium keluar. Dia duduk dengan ekspresi wajah bingung karena memikirka
Read more

242. Jangan Membandingkan!

Malam itu Risha dan Adhitama mengundang Alma dan Haris untuk makan malam di rumah. Risha bahkan mendatangkan chef ternama untuk menghidangkan makanan spesial untuk mereka. Setelah duduk di meja makan, Haris menyadari ada sesuatu yang kurang. Lily tidak ada bersama mereka di sana. “Di mana Lily?” tanya Haris. Dia memang tidak melihat gadis kecil itu menyambutnya datang tadi. “Oh, Lily sepertinya kecapean karena ada kegiatan fieldtrip di sekolah, jadi dia tidur lebih awal,” jawab Risha. Haris mengangguk. Dia menoleh pada Alma yang agak canggung karena diundang Risha ke sana. Alma duduk di sebelah Haris dan masih terlihat kurang nyaman. “Ayo makan!” ajak Risha sambil menatap pada Alma. Alma mengangguk. Mereka akhirnya menikmati hidangan malam itu sambil membahas hal-hal random. Hingga Risha memandang Alma kemudian bertanya — “Sudah berapa bulan usia kandunganmu?” Alma terkejut mendengar pertanyaan Risha, sampai-sampai dia menoleh pada Haris. “Sudah sebelas minggu
Read more

243. Duniaku

Adhitama dan Risha melihat Lily di kamar setelah Alma dan Haris pulang. Mereka hanya berdiri di ambang pintu memperhatikan Lily yang benar-benar masih terlelap.Adhitama menutup pintu dengan sangat pelan, dia bahkan mengecilkan volume suaranya meski pintu itu sudah tertutup rapat.“Ayo ke kamar,” ucap Adhitama Risha mengangguk, tersenyum saat Adhitama menggandengnya erat. Risha tak pernah membayangkan pernikahannya dengan Adhitama bisa berubah sehangat ini. Dia menunduk mengekori langkah suaminya, sampai beberapa detik kemudian kaget mendengar pertanyaan Adhitama.“Kakimu, kenapa bengkak?”Risha yang sejak kemarin ingin menyembunyikan kondisinya dari Adhitama mencoba untuk berkilah.“Sepertinya karena memakai sepatu yang sempit seharian Mas,” balas Risha.Adhitama diam, dia memandang Risha seolah menuntut penjelasan lain yang lebih masuk akal.Namun, Risha masih saja memberikan alasan yang sama.“Tidak, kamu pikir aku tidak tahu? Atau kamu pikir aku bodoh? Ayo kita ke UGD,” ucap Adhi
Read more

244. Keputusan Keputusasaan

Risha menjalani pagi itu seperti biasa, dia menunjukkan senyuman hangat ke Lily. Menunggui anak itu mandi bahkan menyisir rambut Lily dan mengepangnya rapi. Hari itu entah apa yang akan terjadi, Risha pasrah saja jika dokter yang akan dia datangi bersama Adhitama nanti memintanya untuk merelakan calon adik Lily. "Bunda, kapan aku bisa ketemu adik bayi?" Risha masih sibuk mengepang rambut Lily saat anak itu tiba-tiba saja bertanya. Sesak dada Risha mendengar kalau Lily sangat menginginkan adik. Lily bahkan Risha rasa berbeda. Jika anak lain biasanya enggan memiliki saudara karena takut kasih sayang orangtuanya terbagi, Lily malah sangat antusias menunggu kelahiran sang adik. "Em... nanti juga Lily bakal ketemu adik," jawab Risha. Dia berusaha menyembunyikan rasa sakit di hatinya dengan memulas senyum. Mereka sedang menghadap kaca, Risha tak mau sampai Lily melihat kesedihan di raut wajahnya. "Bunda, Papa hari ini libur ya? Kok masih belum siap." Perkataan Lily mem
Read more

245. Perlakuan Tidak Baik

Alma masih merasa kurang nyaman saat berangkat ke kantor. Semua pandangan staf tampak berbeda dan semakin jelas seperti membencinya. Alma berdiri di depan pintu lift membiarkan staf lain berbisik-bisik di belakangnya, bahkan saat pintu lift terbuka, mereka membiarkan Alma masuk sendiri ke lift. Alma mengerutkan kening, dia sampai bertanya" Kenapa kalian tidak masuk?" Para staf itu hanya menatap datar Alma, hingga salah satunya menjawab," Tidak apa-apa, kami bisa menunggu lift lain." Alma semakin sedih, apa di mata orang lain dia sangat hina hanya karena dekat dengan Haris. Alma melepas tombol lift yang tadi dia tahan agar pintu tetap terbuka, di saat itu dia melihat para staf yang ada di depan menyingkir memberi jalan pada seseorang. Alma mendongak, dia melihat Andre masuk lalu menekan tombol agar lift itu tertutup. Alma hanya bisa membeku memandang Andre, tiba-tiba saja air matanya menetes. Andre menoleh memandang Alma. Dia merasa kasihan ke wanita itu lalu menepuk lembut le
Read more

246. Seumur Hidup Itu Lama

Alma menghentikan langkah kakinya saat hampir tiba di pantry. Bukan tanpa alasan, dia melihat beberapa staff berada di sana dan berpikir mereka pasti akan menggunjingnya lagi.Meski memiliki perasaan seperti itu, tapi Alma tetap menguatkan diri menghadapi apa yang terjadi. Dia melangkah, mengambil cangkir lalu membuat teh seperti biasa.Alma merasa sedikit aneh. Apa yang dia takutkan ternyata tidak terjadi. Staf yang dia pikir akan mengejek atau berkata buruk kepadanya memilih pergi.Alma menggeleng pelan, membuat teh kemudian kembali ke ruang kerja Haris untuk memberikan minuman itu.“Ini teh Anda, Pak.” Alma meletakkan cangkir ke meja. Dia tidak langsung pergi dari sana tapi memilih untuk menunggu Haris bereaksi.“Terima kasih,” balas Haris tanpa memandang Alma.Alma yang mendapati sikap Haris seperti ini menjadi berkecil hati, dia merasa sudah membuat kesalahan tapi tidak mengerti kesalahan apa yang sudah dia buat.“Kalau sudah tidak ada lagi yang Anda butuhkan, saya pamit kembali
Read more

247. Ayah dan Anak

Sore itu Roshadi menerima panggilan dari Adhitama yang ingin mengajaknya bertemu. Meski terkejut, tapi Roshadi juga sangat senang, apalagi Adhitama yang berinisiatif mengajaknya lebih dulu. Bukankah sudah lama mereka tidak berhubungan baik seperti ini, Roshadi benar-benar lega dengan perubahan sikap Adhitama padanya. Adhitama mengajak Roshadi bertemu di lapangan golf. Pria itu sendiri berpikir jika Adhitama ingin membahas soal pekerjaan. Roshadi dan Adhitama sudah berada di lapangan dan siap bermain. Adhitama memegang stick golf dan memukul bola. Suami Risha itu menatap ke arah bola itu melesat kemudian menoleh Roshadi. “Sebenarnya, ini adalah impianku sejak dulu, bisa bermain seperti ini bersama Papa, tapi impian yang sangat sederhana itu tidak pernah terlaksana,” ucap Adhitama. Roshadi mengangguk-angguk, mereka berjalan menuju bola lalu Adhitama kembali memukul bolanya sampai terlempar jauh dan jatuh ke arah lubang berada. Roshadi menatap Adhitama. "Apa ada masalah?” tan
Read more

248. Rencana Risha

Setelah meminta izin dadakan ke Adhitama, Risha pergi ke rumah Alma untuk mengajak pergi. Risha menunjukkan senyumannya seolah menutupi kenyataan pahit yang sebentar lagi akan dia hadapi. Kedatangannya membuat Alma penasaran apa yang mungkin akan dia lakukan. “Apa kamu sudah benar-benar keluar dari Mahesa?” tanya Risha sesaat setelah Alma membuka pintu rumah. “Hari ini aku sudah izin tidak masuk, besok baru akan mengambil barang-barang di kantor,” jawab Alma. “Apa Kak Haris bertanya, kamu izin hari ini untuk apa?” tanya Risha. “Iya, dia sempat khawatir kalau aku kenapa-kenapa,” jawab Alma. “Lihat! Kecemasasannya saja sudah menunjukkan kalau Kak Haris memang memiliki perasaan padamu. Tapi kenapa kamu masih ragu?” tanya Risha sambil menatap Alma. Alma diam tak bisa menjawab. Dia akhirnya mengalihkan pembicaraan. “Apa sebenarnya rencana Kakak?” tanya Alma. Risha tersenyum lalu membalas, “Nanti kamu akan tahu. Sekarang berkemaslah, bawa beberapa pakaian.” Alma mengeru
Read more

249. Istri Nakal

Jam menunjukkan pukul sebelas malam dan semua orang yang ada di villa sudah terlelap tidur. Namun, Risha tampak berada dia ambang pintu menatap ke arah penjaga yang sedang membukakan pagar. Risha memulas senyum, satu unit mobil yang sangat dia kenali masuk ke dalam lalu berhenti. Senyuman wanita itu semakin lebar kala mendapati Adhitama keluar lalu berbicara sejenak dengan si penjaga villa. Risha berjalan mendekat sambil tertawa karena melihat wajah Adhitama masam. Adhitama tiba-tiba menyentil kening Risha saat mereka berhadap-hadapan. "Aduh! Sakit tahu Mas," keluh Risha. Dia seketika diam melihat wajah dingin Adhitama.Risha tak berani marah dan malah tertawa, dia melingkarkan tangan ke pinggang Adhitama memeluk untuk merayu pria itu. "Bisa-bisanya!" ucap Adhitama. Risha tahu kalau Adhitama tidak akan marah padanya. Suaminya itu bahkan sudah membalas memeluk dan terasa lebih erat dari pelukan Risha. "Aku tahu Mas Tama pasti akan menyusul ke sini," ucap Risha, dia tert
Read more

250. Ternodai

Risha membuat Adhitama tersenyum bahagia dengan pelayanannya yang memuaskan di atas ranjang. Adhitama bahkan sampai menutup wajah menggunakan selimut sambil sesekali menginitp Risha yang sudah bangkit hendak membersihkan diri. Risha hanya tersenyum dan melenggang masuk ke kamar mandi, tapi tak lama Adhitama ternyata menyusul masuk. “Kenapa Mas Tama ikut?” tanya Risha keheranan. “Kita gantian saja,” imbuhnya. “Aku tiba-tiba saja lapar,” jawab Adhitama. Risha membenarkan pakaiannya dan mengerutkan dahi. “Bukannya tadi bilang mau makan malam sama Papa?” “Iya sudah, tapi hanya sedikit karena buru-buru ingin menyusulmu ke sini,” balas Adhitama. “Dasar Mas Tama ini.” Risha menggeleng sambil menahan tawa. “Ya sudah, aku keluar dulu melihat di kulkas ada stok apa yang bisa dimasak,” ujarnya. “Tidak usah saja, lagipula ini hampir jam satu malam. Aku tidak mau malam-malam makan yang mengandung karbo, nanti perutku jadi gendut dan tidak sixpack lagi,” tolak Adhitama. Risha me
Read more
PREV
1
...
222324252627
DMCA.com Protection Status