Semua Bab Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu : Bab 101 - Bab 110

134 Bab

Bab 101 Flashback

Aku tak pernah menyangka bahwa hal seperti ini akan terjadi dalam hidupku, aku diceraikan oleh suami yang berhasil aku rebut dari sahabatku sendiri, Rania.Apa yang aku lakukan ini akhirnya membawa karma yang buruk kepada diriku, hidupku hancur dan aku menerima ganjaran yang setimpal akibat dari ulahku sendiri.Ibu dan ayahku merasa begitu marah saat mereka mengetahui perlakuan buruk yang aku terima dari mantan suamiku, Mas Arkan.Rasanya mereka tak mampu menerima kenyataan ini, sebab selama ini kedua orangtuaku lah yang memberikan dukungan moral dan finansial kepada kami dalam menghadapi masalah ekonomi, saat Rania sudah tak bisa lagi diandalkan seperti saat dia bekerja di luar negri. Dalam hatiku terasa semakin hancur, saat orang yang aku pertahankan selama ini, akhirnya mencampakkan diriku, setelah aku dianggap tak berguna lagi bagi dirinya.Dulu, aku pernah ditolong oleh Rania ketika pernikahanku dengan Mas Andri berjalan tak sesuai rencana. Seolah nasibku selalu buruk dalam men
Baca selengkapnya

Bab 102 Menerima Tawaran Arif

Aku, Kalea, terkejut saat mendengar pengakuan yang keluar dari bibir ayahku.Aku berusaha menenangkan hati yang terasa panik dan kecewa, ketika aku berpikir jika tidak akan ada satu orang pun yang percaya dengan kata-kataku, tapi ternyata aku salah, ternyata ayahku masih percaya dengan ucapanku. Mendengar apa yang disampaikan oleh ayahku, saat itu juga, ada rasa senang yang tiba-tiba muncul dari hatiku. Ayahku sudah membela aku dan menunjukkan bahwa dia lebih mempercayai aku daripada fitnah yang mereka lancarkan kepadaku.Sejenak, aku merasa dihargai, diakui oleh ayahku, dan tidak lagi harus hidup dalam bayang-bayang ketidakpercayaan. "Bagaimana mungkin mereka berani menfitnahku seperti ini? Apakah mereka tidak sadar bahwa kebenaran pasti akan terungkap juga?" gumamku dalam hati. Ayahku tidak pedulikan fitnah yang mereka lontarkan kepadaku, karena dia lebih percaya padaku ketimbang ucapan orang lain. Namun, perasaan itu berubah saat orang-orang yang ada di sana terkejut mendengar
Baca selengkapnya

Bab 103 Terbongkar semua Kebohongan

Setelah aku mengatakan setuju untuk menjadi istrinya, aku melihat senyuman melengkung di sudut bibirnya. Ada yang aneh dari senyuman itu, tapi sulit bagiku untuk memahami arti di baliknya. "Apa yang sedang Mas Arif pikirkan sebenarnya?" gumamku dalam hati. Namun, aku tidak punya banyak waktu untuk merenungkan hal itu, sebab setelah aku setuju, kini aku harus menandatangani surat pernyataan dari tetua di sana, yang menyatakan bahwa aku akan menikah dengan Mas Arif setelah masa Iddah.Aku pun menghela nafas dalam-dalam, lalu menggoreskan tinta hitam di atas kertas putih tersebut, menandatangani komitmen baru dalam hidupku. Aku menyerahkan surat tersebut kepada mereka, seraya memandang mereka satu per satu. "Kalian akan menikah setelah masa iddahmu selesai," ujar Pak Heri, mengingatkanku tentang keputusan yang baru saja aku buat.Ada perasaan cemas menghantui pikiranku, tapi aku berusaha mengesampingkannya. Aku hanya terdiam, berusaha menyembunyikan wajah kesalku di depan mereka sem
Baca selengkapnya

Bab 104 Mulai Hidup Baru

Hati orang tua mana yang tak hancur, saat mereka mendapati kebenaran tentang cucunya yang saat itu tak bisa diselamatkan.Aku terpaksa berbohong kepada kedua orangtuaku, karena saat itu aku tidak mau mereka terpuruk jika mengetahui kebenaran tentang apa yang aku katakan.Sudah pasti saat ini mereka mengira jika anakku berada di tangan suamiku, saat aku bertemu dengan mereka seorang diri.Mungkin saat itu mereka tidak sempat curiga, saat aku datang sendiri ke rumah ini, tanpa menggendong seorang bayi yang diperkirakan usianya lima bulan.Mereka mungkin saat itu sedang panik, saat menerima kabar tentang fitnah yang mereka berikan kepadaku.Ayahku menatap wajahku tidak percaya, guratan wajahnya kini mulai terlihat kasar, menandakan jika saat ini dirinya tengah marah."Kenapa kau berbohong kepada diriku?" tanya ayahku dengan tatapan penuh menelisik.Aku terhenyak saat mendengar pertanyaan dari ayahku saat ini.Seolah tak bisa memberikan sebuah alasan untuk dirinya, aku pun berusaha untuk
Baca selengkapnya

Bab 105 Raka marah

Saat ini, aku, Raka, sedang mengurus surat perceraianku dengan Kalea. Sudah lama sekali aku tidak menemui dirinya di rumah lama kami, karena ibuku yang selalu melarangku ke sana dan aku tidak tau alasannya apa.Setelah proses perceraianku dengan Kalea selesai, aku ingin memberikan kejutan ini untuk Kalea. Tanpa memberi tahu ibuku dan istri mudaku, Andien, aku segera pergi ke rumah lamaku.Namun, sesampainya di sana, aku terkejut melihat rumah dalam keadaan sepi dan kotor.Perasaan marah mulai menguar dalam hati. "Kenapa Kalea tinggal di sini, tapi tidak merawat rumah ini? Apakah dia ingin membuatku marah? Dasar istri pemalas" batin ku penuh amarah. Aku segera mengetuk pintu rumahku yang tampak terkunci dengan keras. "Tok! Tok! Tok! Kalea, buka pintunya!" Aku berteriak memanggil namanya, tak sabar ingin menyampaikan isi hati dan perasaan kesalku padanya.Sembari menunggu, aku berpikir tentang apa yang akan aku sampaikan padanya nanti.Namun, beberapa menit kemudian, aku pun semakin
Baca selengkapnya

Bab 106 Raka Shock

Aku terkejut ketika mendengar suara Andien yang tiba-tiba ada di belakangku. Aku pun menoleh ke arahnya dan melihat Andien menatapku dengan penuh curiga. Hatiku mulai berdebar kencang, mencoba mencari alasan yang masuk akal untuk menjelaskan keadaan ini. "Kenapa dia bisa ada di sini? Apakah dia mendengar pembicaraan kami?" batin ku penuh kekhawatiran.Andien menghampiriku dan melipat kedua tangannya ke depan dadanya, seolah-olah sedang mengintrogasi diriku. "Apa yang kalian bicarakan? Siapa yang diusir? Sepertinya kalian membicarakan hal serius. Bolehkah aku mengetahui apa yang kalian bicarakan?" tanyanya dengan tatapan yang penuh intimidasi. Aku merasa seperti terjebak dalam perangkap, di mana setiap jawaban yang ku berikan pasti akan menimbulkan kecurigaan lebih dalam lagi. Aku benar-benar merasa gugup dan menelan ludahku susah payah saat itu. "Apa yang harus aku katakan? Bagaimana cara meyakinkan Andien bahwa tidak ada yang salah dengan situasi ini?" gumamku dalam hati.Bagai
Baca selengkapnya

Bab 107 Sebuah Pengkhianatan

Aku, Raka, saat ini terkejut dengan penuturan Arif yang menyatakan jika dirinya dan Kalea kena grebek warga dan dia akan menikahi jandaku. "Apa yang kamu katakan? Kamu akan menikah dengan Kalea?" tanyaku sambil menatap tajam ke arah wajah sopirku saat ini. Arif balas menatap wajahku, tersenyum, dan kemudian mengangguk tegas ke arahku. "Iya, aku akan menikah dengan mantan istri Bapak," jawabnya dengan tegas.Aku benar-benar sangat geram saat mendengar jawaban darinya. Tidak menyangka Arif akan menikung di belakangku. Ada rasa marah bercampur kekecewaan yang menguasai pikiranku saat ini. Bagaimana mungkin dia bisa melakukan hal seperti itu padaku? Sembari berusaha menenangkan diri, kudorong pertanyaan lain."Apa maksudmu? Apa yang kalian lakukan hingga warga menggrebek kalian berdua?" tanyaku dengan menarik kerah leher Arif dengan keras. Di lubuk hati terdalam, aku mulai berpikir, "Apakah selama ini aku gagal menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh antara Arif dan Kalea? Sudah berapa
Baca selengkapnya

Bab 108 Kalea Menikah dengan Arif

Aku, Arkan, terpaku dan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Arif saat ini."Benarkah Kalea melakukan itu? Apakah aku sudah gagal menjadi suaminya dulu?" pikirku dalam hati, sembari mencoba mencerna setiap kata yang diucapkan Arif. Dia mengatakan bahwa Kalea memang benar-benar melakukan itu karena ia sudah lama tak mendapatkan nafkah batin dariku.Begitu mendengar perkataan Arif, aku seperti tersentak. Aku teringat bagaimana aku terus mengabaikan Kalea semenjak dia keguguran dan tidak bisa memiliki keturunan dariku.Hatiku merasa pilu dan tersayat, menyadari bahwa aku benar-benar telah membuat mantan istriku merana dan mencari perlindungan dalam pelukan pria lain. "Sekarang, terserah Bapak mau percaya atau tidak, aku dan Kalea akan menikah dan Bapak sudah tidak berhak atas dirinya. Bapak sudah menyia-nyiakan dirinya selama menjadi istri Bapak. Saya akan membahagiakan dirinya, setelah saya menjadi suaminya nanti," ucap Arif dengan penuh keyakinan, lalu segera beranjak berdiri
Baca selengkapnya

Bab 109 Kedatangan Raka di acara Pesta Pernikahan Kalea

Aku, Kalea, terkejut saat mendengar suara yang tak asing bagiku tiba-tiba memberikan sebuah ucapan selamat untuk diriku."Apa itu benar suaranya?" batin ku tidak yakin. Seketika aku pun menoleh ke arah belakang, di sana aku melihat sosok istri muda suamiku sedang berjalan ke arahku dengan tersenyum mengejek ke arahku. Jantungku berdegup kencang dan wajahku berubah menjadi merah padam saat melihat wajah istri muda Mas Raka ada di pernikahanku."Tidak mungkin dia ada di sini, dari mana dia tau aku menikah hari ini" pikirku.Seketika aku pun langsung berdiri dan melihat ke arahnya. "Andien ...." Aku menyebut namanya dengan lirih. Andien tersenyum miring dan berjalan mendekati diriku. "Apa kamu terkejut melihatku, Mbak Kalea? Tidak usah terkejut Mbak, aku ke sini hanya untuk menghadiri pernikahanmu dengan sopirku," ucapnya dengan senyuman menyeringai yang membuatku semakin murka."Dari mana kamu tau tentang hal ini? Siapa yang memberitahukan kepadamu tentang masalah pernikahan ini?"
Baca selengkapnya

Bab 110 Pengirim Surat Kaleng

Hari ini, aku, Rania, menggelar pesta syukuran untuk selamatan tiga bulanan kehamilanku. Rasanya hampir tak bisa kubayangkan betapa bahagianya hati ini, saat Allah memberi kepercayaan padaku untuk menjadi ibu dari anak-anak Mas Attala. Keluarga Mas Attala pun begitu menyayangiku, semakin erat menyatukan kasih sayang sejak mereka tahu aku sedang mengandung buah hati kami. "Apakah ini sebuah mimpi saja? Akuntak percaya jika kebahagiaan ini datang bertubi-tubi, aku sangat bersyukur atas semua anugerah yang Engkau berikan kepadaku," gumamku dalam hati, merasa bahagia karena bisa memenuhi harapan semuanya. Tak terasa, air mata haru pun mulai mengalir di pipiku."Terima kasih, Sayang, kamu sudah memberikan kebahagiaan untuk seluruh keluarga kita," ucap Mas Attala dengan mengelus perutku penuh kasih sayang. "Ini semua, karena Allah lah yang memberikan anugerah-Nya kepada keluarga kita, Mas," sahutku, hati kembali tersentuh dengan ucapan syukur. Betapa hidupku menjadi lebih sempurna deng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status