Aku, Rania, terkejut mendengar apa yang baru saja diungkapkan Kalea. Tidak pernah terbayang sebelumnya bahwa Kalea, sahabatku ini, kini harus merasakan pahitnya ditinggalkan oleh Mas Raka.Aku tak bisa berbuat banyak, hanya menatap wajah Kalea yang menangis tersedu-sedu di hadapanku, mencoba menjadi tempat bersandar di saat dia menunjukkan sisi lemahnya yang jarang terlihat selama ini."Dia yang membuatmu menangis begini, Kalea, tidak pantas mendapat perhatianmu lagi, sebaiknya lupakan laki-laki seperti Mas Raka. Sudah pernah aku katakan kepadamu, jika dia hanya sebuah benalu dalam kehidupan pasangannya," kataku pelan, berusaha menenangkan hatinya yang saat itu terluka.Kalea tersenyum miris, mengepalkan jari-jari tangannya hingga menghentakkan ke dadanya, seakan mencoba meluapkan rasa sakit dan penyesalan di dalam hatinya. "Tahu, nggak, Ra? Aku merasa ini semua adalah karma yang harus aku jalani, karena pernah menghancurkan kebahagiaanmu dulu." Sejenak, kukenang kembali masa lalu y
Baca selengkapnya