Semua Bab Mantanku, Kakak Iparku : Bab 41 - Bab 50

99 Bab

41 Setelah Kita Cerai Nanti

“Iya, entar gue kasih. Tapi beneran lho, kita jadi kencan malem ini?” desak Deo. Veren memandang wajah Deo yang galau dengan saksama. “Lo sirik ya sama anniversary Kak Aro?” tebaknya. “Lagian ‘napa pas kita udah satu tahun nikah lo nggak bikin anniv juga?” “Kita kan bakalan cerai setelah dua tahun nikah, jadi ngapain pake bikin anniv?” sahut Deo. “Iya, iya, serah. Yang penting abis dari kampus lo langsung anterin gue ke salon,” perintah Veren. Mau tidak mau Deo mengangguk setuju. *** Sehabis isya, Veren tidak hentinya memamerkan rambut curly-nya yang habis di-creambath. Dari sebelum Deo mandi sampai dia selesai mandi, Veren masih juga menyisiri rambutnya yang lembut dan wangi. “Sebagus apa sih rambut lo?” tanya Deo penasaran sambil datang mendekat. “Boleh gue cium nggak?” “Ogah!” tolak Veren tegas. Tetapi Deo tetap mendekat tanpa ragu. “Gue kan butuh bukti, entar jangan-jangan duit gue bukan lo pake ke salon.” “Apa sih, kan elo sendiri yang nganterin gue. Masa g
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-02
Baca selengkapnya

42 Pasangan Unik

“Lo nggak nyesel nggak ikut makan gratis?” goda Veren saat mereka sudah berada di atas motor dan sedang menelusuri jalan raya. “Enggak, kalo gue ikut ibarat gue makan duren sekalian kulitnya!” seru Deo mengimbangi deru kendaraan yang ada di sekitarnya. “Yang ada nyangkut di tenggorokan!” “Bisa ae lo, butiran debu!” ledek Veren. Deo terkekeh geli. Septian dan Belinda rupanya sudah sampai di tempat yang mereka sepakati siang tadi. Veren mengernyitkan keningnya ketika Deo membawanya ke alun alun kota. “Kok ke sini, Yo?” katanya heran. “Di sini tempat ketemunya, entar kalo mau ke tempat lain nggak masalah. Eh, itu si Asep sama ceweknya!” tunjuk Deo ke arah dua orang manusia yang sedang duduk santai di angkringan. “Udah lama, Sep?” sapa Deo begitu dia mendekat.”Hai Bel, kenalin ini istri gue.” Septian dan Belinda menoleh. “Hei Yo, baru lima belas menitan lah. Hai Ver!” balas Septian ketika melihat Veren. “Minum dulu, Yo!” Belinda menawari kemudian menoleh memandang Veren. “Kenali
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-03
Baca selengkapnya

43 Gombalan Receh

“Nggembel teroooossss!” sahut Deo menyela serangan gombal sahabatnya sementara Veren tertawa geli mendengarnya. “Nggombal Yo, bukan nggembel.” Dia meralat. “Lo mau digombalin juga nggak?” tanya Deo tiba-tiba. “Emang lo bisa?” Veren balik bertanya dengan nada menantang. “Bisa,” sahut Deo yakin, satu tangannya terulur membetulkan rambut Veren yang tertiup angin. “Gue pengin banget bisa gombalin elo ...” Dia berhenti sebentar untuk berpikir. “Tapi?” Veren menatapnya dengan penuh tanda tanya. “Tapi gue nggak bisa merangkai kata-kata,” lanjut Deo. “Karena pas di deket lo, gue selalu keabisan kata-kata.” “Hahahahhah!” Veren tertawa ngakak keras sekali sampai Septian dan Belinda terlonjak kaget. “Gombalan lo receh banget!” Deo tersenyum miring melihat istrinya yang cablak ini. Pandangannya teralihkan ke atas langit lagi. “Kenapa tempat ini lo kasih nama bukit harapan?” tanya Veren penasaran. “Bukit bintang lebih bagus gue rasa.” “Gue sama Septian yang sepakat kasih nama kek gitu,”
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-04
Baca selengkapnya

44 Dia Bukan yang Terbaik

Veren menarik napas panjang, dari situ Deo tahu kalau isterinya begitu terganggu dengan kedatangan mantannya tadi. “Ganti baju sana, udah malem banget ini.” Deo menyuruh. “Yo, lo udah dapet cewek inceran lo belom?” tanya Veren, mengacuhkan permintaan Deo. “Paling baru sebatas lirik sana lirik sini,” jawab Deo. “Apa sih yang bisa gue lakuin dengan status masih jadi suami orang kek gini?” Veren mengangguk setuju. “Kalo misal mantan gue ... anu, itu ... minta kesempatan kedua ...” “Apa, balikan?” potong Deo galak. “Dia pemabuk lho, lagian lo lupa kalo elo hampir bunuh diri gara-gara putus sama dia?” “Dulunya dia nggak mabuk kok, Yo!” bantah Veren. “Baru semalem doang gue lihat dia mabuk dan itu karena dia putus sama gue ...” “Itu di depan lo, emang lo tau kalo di belakang dia minum atau nggak?” sergah Deo. “Dia juga pernah nuduh kalo elo bunting duluan kan? Polos boleh, bego jangan.” Veren meremas-remas tangannya, Deo tahu apa yang sedang dipikirkannya. “Lo nggak berencana bali
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-05
Baca selengkapnya

45 Mau Punya Istri Berapa?

“Ya udah, jadinya saya ke sini sendiri.” “Oh ...” Deo mengangguk paham. “Masuk-masuk malah lihat kamu yang lagi makan tapi sambil bengong,” sambung Tania, sukses membuat Deo jadi mati gaya. “Ya udah, sana buruan pesen.” Deo mempersilakan seraya tersenyum garing. Tania mengangguk pelan kemudian berjalan pergi meninggalkan meja Deo untuk memesan menu. Deo melanjutkan makan rotinya sambil bermain ponsel. Kira-kira lima belas menit kemudian, Tania kembali sambil membawa senampan penuh makanan. “Saya numpang makan di sini, ya?” katanya sambil menaruh segelas es teh di depan Deo. “Ini, biar nggak seret.” “Tau aja lagi seret nih tenggorokan,” komentar Deo penuh terima kasih. “Minuman kamu kan udah abis,” tunjuk Tania dengan dagunya. “Makasih ya, Tan.” Deo mengambil es teh itu dan meminumnya sedikit, seraya berharap semoga Septian masih betah nongkrong di fakultas sebelah sampai Tania selesai makan. Apa pun alasannya, Deo tidak ingin sahabatnya itu salah paham, mengira dir
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-06
Baca selengkapnya

46 Mimpi Menikah Lagi part 2

“Apa ... Kak Aro suka main kasar ya?” gumam Veren. “Mungkin nggak sih kalo dia suka mukul Kak Freya gitu?” “Nggak mungkin lah, KDRT namanya!” bantah Deo. “Kak Aro emang dingin orangnya, tapi gue yakin dia nggak mungkin main tangan sama kakak ipar.” “Kalian ngomongin apa, kok kasak kusuk gitu?” terdengar suara Gennaro dari arah samping, membuat Deo dan Veren terlonjak kaget. Gennaro dan Freya sudah tiba di depan Deo dan Veren yang sedang duduk di anak tangga. “Kalian ngapain kasak kusuk gitu?” ulang Gennaro dengan nada heran. “Eh anu, itu ...” “Deo laper, Kak. Buru-buru ngajakin pulang!” potong Veren asal. “Lah ...?” Deo bengong, namun Veren buru-buru menyikutnya. “Tapi kalo Kakak masih mau di sini, kita duluan aja pake taksi online.” “Iya, Kak.” Mau tidak mau, Deo mengangguk membenarkan ucapan Veren. “Kita duluan aja ya?” “Nggak usah, kita bareng aja.” Freya menggeleng. “Udah selesai kan, Mas?” “Udah, cuma ninjau doang kok.” Gennaro mengangguk kemudian memimpin kel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-07
Baca selengkapnya

47 Ketika Isteri Mengigau

Disentuhnya layar ponsel itu untuk melihat jam berapa dia terbangun. Ternyata sudah lewat tengah malam. Tiba-tiba ponsel Deo merosot saat dia mengubah posisinya, dan ponsel itu sukses menimpa wajah Veren yang terlelap tidur di sebelahnya. “Aduh!” rintih Veren dengan mata yang masih terpejam. “Soriii,” bisik Deo seraya memungut ponselnya kembali. “Lo ‘napa sih, cuilan tempe? Kebangun tengah malem buta ...” racau Veren dengan suara yang tidak jelas. “Gue mimpi nikah lagi,” kata Deo jujur. “Baru aja mau ijab qobul ...” “Dasar lo ... cerai aja belom, udah kebelet nikah aja.” Veren bergumam. “Kelarin dulu yang lama, baru lo ambil yang baru ...” Deo menaikkan sebelah alisnya, bingung. Isterinya ini sadar atau mengigau sambil tidur? Kenapa responnya seperti orang yang sedang diajak ngobrol? “Tau deh, Ver. Jodoh gue yang asli udah nggak sabar kali ya?” komentar Deo sambil berusaha mengingat-ingat mimpi itu lagi. “Elo kali ... yang nggak ... sabaran ...” gumam Veren dengan in
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-08
Baca selengkapnya

48 Ajakan ke Maldives

“Oh, di antara dua negara?” ulang Deo. “Berarti si Maladewa ini pihak ketiga dong? Kan kata kamu dia letaknya di antara dua negara itu ...” Tania terdiam sejenak, ekspresi wajahnya lucu sekali saat dia berusaha keras untuk mencerna ucapan Deo barusan. “Serius Kei, malah ngajak bercanda!” katanya tertawa. “Abisnya saya cuma bisanya ngajak kamu bercanda, saya mana bisa ngajak kamu liburan?” komentar Deo ikut tertawa. “Makanya biar saya yang ngajakin kamu,” ucap Tania blak-blakan. “Eh ...?” “Sama isteri kamu juga, maksud saya!” sambung Tania cepat-cepat. “Gimana Kei, apa kamu sama isteri kamu bersedia?” “Tapi Tan, ‘napa kamu nggak ngajak temen-temen kamu dulu?” kata Deo heran. Agak janggal aja, sekalinya ada yang ngajakin liburan tujuannya langsung ke Maldives. “Justru saya ini lagi ngajakin temen saya,” sahut Tania. “Kamu sama isteri kamu kan temen saya. Gimana?” “Oh ...” Deo meringis. “Boleh juga tuh, Tan. Tapi nunggu celengan tuyul saya penuh dulu, ya? Entar baru kita nyampe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-09
Baca selengkapnya

49 Tangan Dingin Gennaro part 1

“Lo sendiri kapan berangkat ke Maldives?” Kali ini Veren yang bertanya. “Boro-boro berangkat, gue aja belom bilang apa-apa sama Tania.” Deo mengangkat bahunya. “Menurut lo aneh nggak sih, dia tiba-tiba ngajak elo liburan ke Maldives?” ujar Veren dengan nada heran. “Lo udah berapa lama kenal sama dia?” “Baru beberapa bulan sih,” kata Deo apa adanya. “Gue juga nggak tau, tapi kalo gue lihat dia kayak nggak punya banyak temen di kampus. Gue jarang lihat dia jalan sama temennya.” Veren kelihatan berpikir. “Lo bilang dia mahasiswa baru, ya?” katanya. “Mungkin dia masih kesulitan beradaptasi.” Deo terdiam. Mungkin juga, batinnya. Tidak semua mahasiswa baru bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan kampus, apalagi kalau dia sangat pemalu atau pendiam. *** Di tempat yang berbeda di kediaman orang tua Deo, Gennaro mengulurkan beberapa botol skincare mahal kepada Freya yang sedang menotol-notol bekas memar yang ada di pelipisnya. “Aku kan udah bilang, tiap kamu keluar kamar, kamu tutu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-10
Baca selengkapnya

50 Tangan Dingin Gennaro part 2

“Buat apa kamu sembunyikan keindahanmu itu, Frey?” tanya Gennaro yang kini berdiri tegak menjulang di depan Freya yang seolah menciut menjadi lebih kecil dari biasanya. “Kamu udah cukup banyak melihat keindahan yang aku punya,” jawab Freya dengan suara bergetar. “Sekarang jauh-jauh dariku.” “Keindahan yang kamu berikan belum sebanyak uang yang udah aku kucurkan buat kamu,” ujar Gennaro seraya menyingkirkan tangan Freya yang sedang memagari dirinya sendiri dari jangkauannya. “Jadi kamu menilai aku dari sebatas uang?” kecam Freya. “Orang seperti kamu lebih cocok bermain dengan banyak wanita di luar sana!” Gennaro berdecak. “Aku kan udah bilang kalau aku hanya setia pada satu wanita,” kata Gennaro seraya bersiap mengeksekusi tubuh mungil Freya yang terbalut gaun tidur merah menyala yang justru membuat gairah dalam dirinya meluap-luap. “Udah Mas, tolong hentikan siksaan kamu ini ...” mohon Freya. “Sssshhh ... siapa yang mau nyiksa kamu?” Gennaro menggelengkan kepala. “Aku cuma ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status