Semua Bab Istri Kedua CEO Ternyata Cantik Jelita: Bab 41 - Bab 50

220 Bab

Harapan yang Terkabul

Berdasarkan pengalamannya semalam, Almeera berusaha membiasakan diri untuk merawat Kaisar. Seperti pagi ini, ia mengoleskan salep di bagian ruam yang diderita Kaisar sebelum pria itu berangkat ke kantor. Selama itu pula Kaisar hanya diam mengamati, tidak mengatakan apa pun.“Apa masih gatal, Tuan?” tanya Almeera.“Sedikit,” jawab Kaisar singkat. “Nanti aku akan pulang malam, tidak usah menungguku,” lanjut Kaisar seraya memakai jasnya. Ketika Kaisar berlalu dari kamar, Almeera teringat bahwa pria itu belum membawa obat alergi. Buru-buru, ia mengambilnya dari laci lalu mengejar Kaisar. Beruntung kakinya sudah tidak nyeri, sehingga ia mampu berjalan lebih cepat. “Tuan, ini obat Anda. Siapa tahu Anda membutuhkannya nanti,” ujar Almeera.Hana yang baru keluar dari kamar turut mendengar ucapan Almeera. Hatinya pun terasa panas menyaksikan gadis itu masih bercokol di mansion. Terlebih, Kaisar malah memasukkan obat pemberian Almeera ke saku jasnya. Terbukti sudah bila rencananya untuk memic
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-11
Baca selengkapnya

Aku Tetap akan Mencarinya!

Di kampung, Gayatri juga sudah diizinkan meninggalkan rumah sakit. Dengan bantuan Willy, perempuan tua itu dibawa pulang ke rumahnya. Sepanjang perjalanan, Gayatri masih cemas memikirkan Almeera. Entah mengapa firasatnya mengatakan bahwa pernikahan dadakan yang dilakukan sang cucu bukanlah pernikahan biasa. Apalagi, suami Almeera ini sepertinya orang yang kaya dan berkuasa. Ketika mobil yang membawanya sudah tiba di pekarangan, Gayatri melihat Mirza berdiri di depan teras rumahnya. Setengah berlari, Mirza pun bergegas menghampiri Gayatri. Lelaki muda itu nampak terkejut melihat Gayatri dikawal oleh tiga orang pria bertubuh tinggi. “Nenek ke mana saja? Dari pagi tadi saya kemari, tapi tidak ada orang. Saya khawatir Nenek dicelakai oleh Pak Kasman atau Harsono,” ujar Mirza dengan raut penuh kerisauan. “Nenek baru keluar dari rumah sakit, Mirza,” jawab Gayatri.“Nenek sakit apa? Kemarin waktu saya pulang, Nenek masih baik-baik saja.” Mirza kemudian memandang Willy dan anak buahnya deng
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-12
Baca selengkapnya

Dijebak

Nada suara Hana yang penuh intimidasi, membuat Rifki menunduk ketakutan. Melihat hal itu, Almeera segera memegang bahu sang adik. Ia merasa perlu meluruskan kesalahpahaman ini agar Hana tidak berprasangka buruk. “Saya sudah mendapat izin dari Opa Barata dan Tuan Kaisar untuk membawa adik saya.”“Aku tidak bertanya siapa yang memberimu izin. Hanya saja, seharusnya kamu tahu diri sedikit. Apalagi, adikmu ini bisa menularkan virus dan bakteri di mansion,” sarkas Hana. “Adik saya sudah dinyatakan sembuh oleh dokter, Nyonya. Dan saya berjanji dia tidak akan sering keluar dari kamar,” kata Almeera. Gadis itu lantas meminta Rifki agar memperkenalkan dirinya kepada Hana dengan sopan. Sama seperti yang dilakukan sang adik terhadap Bi Yuli. Namun saat Rifki maju beberapa langkah, Hana langsung bergerak menjauh.“Mundur, jaga jarak dariku,” usir Hana. Perempuan paruh baya itu beralih menatap Almeera dengan gusar.“Cepat bawa adikmu ke kamar! Jangan sampai dia bertemu atau berpapasan denganku,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-13
Baca selengkapnya

Fitnah yang Keji

Usai menebarkan kebohongan, Reni menutup pintu kamar Rifki lalu turun ke bawah. Dengan mengendap-endap, perempuan itu berjalan seperti seorang penguntit. Ia ingin memantau apakah Rifki benar-benar mematuhi apa yang dia katakan. Sementara itu, Rifki menelusuri lantai satu sesuai dengan arahan dari Reni. Beberapa pelayan yang berpapasan dengannya mencoba untuk bertanya. Hanya saja, bocah kecil itu tak mau menghiraukan. Rifki hanya fokus pada tujuan utamanya, yaitu masuk ke kamar dengan pintu yang berwarna putih keemasan. Dalam hitungan menit, Rifki sudah menemukan kamar yang dimaksud Reni. Sedikit ragu-ragu, bocah itu lantas memutar tuas pintu. Kebetulan ada seorang pelayan muda yang melihat Rifki berdiri sendirian. Ia hendak memberi teguran kepada Rifki, tetapi Reni dengan cepat mencegahnya. “Mau apa kamu, Sur?” tanya Reni menghadang langkah temannya. “Itu adiknya Nyonya Almeera, kan? Dia mau masuk ke kamar Nyonya Besar. Kita harus mencegahnya, Ren.”“Jangan, mungkin dia memang dis
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-13
Baca selengkapnya

Terusir dari Mansion

Tanpa menjawab terlebih dulu, Hana merebut cincin bermata biru itu dari tangan sang pelayan. Ia menyematkan cincin tersebut di jari manisnya dengan sorot mata dingin. Kemudian, perempuan paruh baya itu berdiri di tengah kamar, menunjukkan bahwa ia telah siap menjatuhkan hukuman yang berat kepada Rifki.Melihat situasi genting itu, Bi Yuli diam-diam mencari celah agar bisa keluar. Ia merasa iba akan nasib Rifki yang menjadi sasaran tuduhan Hana. Secepat mungkin, ia harus memberitahu Almeera bahwa adiknya sedang dalam masalah besar. Ketika Bi Yuli hendak turun, ia berpapasan dengan Almeera di tengah tangga. “Bi, kenapa di bawah sepi sekali? Ke mana para pelayan yang lain?” tanya Almeera merasa heran. “Mereka semua ada di kamar Rifki, termasuk Nyonya Besar. Anda harus menolong Rifki, Nyonya,” tukas Bi Yuli. DEG!Jantung Almeera serasa berhenti detik itu juga. Tak ayal, firasat buruk langsung menyergap hatinya. Ia sangat yakin bila Hana sudah mengetahui bahwa Rifki sempat masuk ke kama
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-14
Baca selengkapnya

Suami yang Melindungiku

Ketika Almeera selesai berkemas, terdengar suara ketukan di pintu. Bi Yuli bergegas masuk ke kamar dengan wajah penuh kekhawatiran. Pandangannya langsung tertuju ke tas besar yang sedang dibawa oleh Almeera. “Nyonya Almeera mau pergi?” tanya Bi Yuli sambil mendekati Almeera. “Bukankah Nyonya harus izin dulu pada Tuan Muda?”Almeera berhenti sejenak, menatap Bi Yuli dengan netra yang penuh air mata. “Saya tidak punya pilihan, Bi. Demi Rifki, saya harus pergi sekarang. Kalau tidak, Nyonya Hana akan memanggil polisi untuk menangkap adik saya.”Bi Yuli mencoba menahan Almeera, memegang tangannya dengan erat. “Nyonya adalah istri dari Tuan Muda dan cucu menantu dari Tuan Besar. Mereka pasti akan marah jika Nyonya pergi tanpa pamit. Nyonya harus bertahan, setidaknya sampai Tuan Muda pulang dari kantor.”Meski ditahan oleh Bi Yuli, Almeera tidak bergeming. Gadis itu justru menarik tangannya dari genggaman sang kepala pelayan, dan mengajak Rifki keluar dari kamar. “Maafkan saya, Bi. Nyonya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-14
Baca selengkapnya

Ubah Penampilanmu

Dengan perasaan yang masih campur aduk, Almeera mengajak Rifki menaiki tangga. Diam-diam, gadis itu merasa kagum terhadap ketegasan Kaisar dalam menghadapi situasi yang rumit ini. Meski terlihat keras, ia tahu bahwa Kaisar sebenarnya bertindak sebagai suami yang melindungi dirinya. “Mbak, apa pria yang menolong kita tadi Tuan Kaisar? Aku pernah melihatnya di rumah sakit,” tanya Rifki saat mereka sudah masuk ke kamar.“Iya, Dek, dia Tuan Kaisar.”“Aku mau punya kakak laki-laki yang baik dan ganteng seperti Tuan Kaisar.”Almeera tidak sempat menjawab, karena pintu kamarnya dibuka dari luar. Dan tak lama kemudian, muncul Kaisar dan Bi Yuli di depan pintu. Buru-buru, Almeera menempelkan telunjuk ke bibir supaya sang adik tidak berbicara sembarangan. Kaisar pun menaikkan alis melihat tingkah kakak beradik itu yang seperti terkejut melihat kedatangannya. “Bi Yuli, tolong keluarkan baju-baju Rifki dari koper dan temani dia sampai tidur,” titah Kaisar lantas menoleh ke arah Bi Yuli. Kepal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-15
Baca selengkapnya

Manusia Bermuka Dua

Rasanya bagai bermimpi tatkala Almeera menerima black card dari Kaisar. Bagaimana tidak. Kartu tersebut adalah alat pembayaran yang hanya dimiliki oleh para konglomerat. Namun, Kaisar malah memberikan benda berharga itu kepada dirinya, yang hanya berstatus sebagai istri kontrak.Sebenarnya Almeera ingin bertanya lebih lanjut, tetapi ponsel Kaisar tiba-tiba berdering. Melihat nama Akbar yang tertera di layar, tanpa ragu Kaisar mengangkat telepon dari asistennya itu.“Halo, Akbar,” tanya Kaisar dengan nada formal.“Tuan Kaisar, investor kita dari London sudah tiba di bandara. Mereka akan berkunjung ke kantor sekitar jam sebelas siang,” kata Akbar.Kaisar mengerutkan alisnya. “Tolong sambut mereka dulu. Aku akan ke kantor setelah menemui Rico.”“Baik, Tuan Kaisar,” jawab Akbar sebelum panggilan itu berakhir. Sesudah memasukkan ponselnya ke saku jas, Kaisar menoleh ke arah Almeera yang masih berdiri sambil memegang black card pemberiannya.“Aku harus pergi sekarang,” katanya sembari meng
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-15
Baca selengkapnya

Merasa Bersalah

Karena Rifki sedang tidur siang, Almeera memutuskan untuk menjenguk Karenina. Sepulang dari vila, ia memang ingin melihat kondisi Karenina. Hanya saja berbagai persoalan yang mendera, membuatnya belum sempat melakukan hal itu.Dengan membawa handuk kecil dan semangkuk air hangat, gadis itu masuk ke kamar istri pertama Kaisar. Suara langkah kakinya yang lembut hampir tidak terdengar di lantai berkarpet tebal. Kamar Karenina selalu tenang, hanya ada suara lembut alat medis yang memantau kondisi wanita yang masih koma itu. “Suster, apa boleh saya mengelap tangan dan kaki Nyonya Karenina dengan air hangat?” tanya Almeera kepada perawat yang menjaga Karenina.“Boleh, Nyonya, silakan.” Tanpa diminta, perawat tersebut meninggalkan Almeera supaya lebih leluasa berbicara dengan Karenina. Almeera pun meletakkan mangkuk yang ia bawa di atas nakas, lalu duduk di kursi samping ranjang.Dengan hati-hati, gadis itu mulai membasuh telapak tangan dan kaki Karenina, gerakannya lembut dan penuh kasih
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-16
Baca selengkapnya

Tersadar dari Tidur Panjang

Usai sang dokter menyanggupi permintaannya, Hana segera memutus sambungan telepon. Matanya yang jeli dan tajam menangkap keberadaan Almeera yang berdiri di dekat pintu. Tak ayal, amarahnya yang belum padam kembali muncul ke permukaaan. “Kenapa kamu masih berdiri di situ, hah? Pergi dari sini!” perintah Hana dengan berang. Tak ingin memperpanjang masalah, Almeera bergegas meninggalkan kamar Karenina. Air matanya mengalir deras saat menaiki anak tangga ke lantai dua. Di satu sisi, ia sangat mencemaskan kondisi Karenina, tetapi di sisi lain ia juga tak mau membuat Hana semakin murka. Kini, hanya kamar sang adik yang bisa menjadi tempat persembunyian Almeera. Setibanya di kamar Rifki, Almeera pun terduduk di tepi ranjang. Gadis itu langsung terisak sembari menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Rongga dadanya terasa sesak, mengingat semua tuduhan yang dilemparkan oleh Hana.Rifki, yang mendengar suara isakan kakaknya, segera mendekat. “Mbak Meera, ada apa?” tanya Rifki dengan suara p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
22
DMCA.com Protection Status