All Chapters of Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul: Chapter 11 - Chapter 20

45 Chapters

Bab 11. Bertekad

Miranda duduk di sebuah sofa, ia melipat kakinya, yang sebelah kanan menindih yang sebelah kiri, keduanya menjuntai ke lantai, tangannya masih memainkan gawai, terlihat bias kekhawatiran di wajahnya yang memang terlihat begitu cantik. Ia teringat ketika ia adu mulut dengan Wisnu beberapa hari yang lalu. Ia yang selalu menyalahkan Wisnu atas rumah tangga mereka yang belum di karuniai anak. “Kenapa sih, kamu selalu menyalahkan aku? Mengatakan jika aku ini mandul? Memangnya kamu sendiri tahu kalau kamu itu bisa hamil?” Cerca Wisnu. “Mas sendiri tahu kan dokter bilang apa? Aku ini sehat, aku baik-baik saja!” “Kamu juga mendengar dokter juga mengatakan jika aku juga baik-baik saja dan kita masih belum beruntung.” “Lalu kenapa sampai dua tahun kita menikah aku belum hamil juga?” “Mana aku tahu.” “Nah kalau begitu mas Wisnu pasti yang mandul!” “Kamu selalu mengatakan seperti itu, lama-lama aku muak mendengarnya!” “Kalau kamu muak maka buktikan jika kamu itu meman
Read more

Bab 12. Sup buatan Kinanti

Wisnu mendesah berat sambil melempar ikan-ikan dengan makanan, ia belum juga berselera mengambil makanan itu, ia lebih mengingat ketika siang tadi pulang kerumah.Ia menemui Miranda yang baru pulang dari rumah ibunya, ia sengaja tidak mengatakan jika kedua orang tuanya akan kembali sore ini, dan entah mengapa ia lebih memilih mengajak Kinanti di bandingkan Miranda.Wisnu tahu alasannya, ia hanya ingin melihat ekspresi wajah Papa dan Mamanya setelah mendengar ia telah menikahi gadis lain.Tapi setelah melihat ekspresi keduanya yang bahkan sepertinya sangat mendukung, ia jadi resah sendiri.Ia tahu jika selama ini hubungan keduanya tidak begitu baik dengan Miranda, tapi ia tidak menduga jika Mamanya bahkan terlihat sangat bahagia.“Seburuk itukah perasaan Mama pada Miranda, apa benar ada sesuatu yang sama sekali tidak aku tahu dari Miranda, seperti kata Mama jika Miranda bukan wanita baik-baik, lalu apa yang Mama tutupi dariku?”“Mas ....” panggil Kinanti. Membuat Wisnu menoleh.
Read more

Bab 13. Berkemas

Wisnu sudah bersiap, padahal ini adalah hari Minggu, Kinanti sudah bangun terlebih dulu, ia sengaja membantu mbok Mimi di dapur, pembantu keluarga Wisnu untuk menyiapkan sarapan pagi ini. Kinanti memang masih merasa asing dengan rumah keluarga Hermawan, keluarga yang telah menjadi bagian dari hidupnya itu, meski ia tak pernah menyangka sebelumnya. Hari menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, Kinanti kembali ke kamar, ia membawa dua gelas teh hangat, satu untuknya dan satu lagi untuk wisnu. Tidak lupa sebungkus roti, ia biasa memakan itu jika pagi, dengan di celupkan ke dalam teh hangatnya ia merasakan betapa nikmatnya rasa roti itu. Karena teh itu masih terlalu panas, Kinanti memutuskan untuk mandi terlebih dulu, sedangkan Wisnu hanya menatapnya dengan tatapan dingin, ia hanya melihat tanpa berkata sepatah kata pun, begitu juga dengan Kinanti, mulutnya enggan untuk mengeluarkan suara. Kinanti mengambil pakaian ganti dan membawanya ke dalam kamar mandi, ia tidak mau mengganti
Read more

Bab 14. Berkunjung kerumah besan

“Aku dan Kinanti mau pulang ke rumah!” “Ke rumah siapa? Rumah Kinanti atau rumah Kamu dan Miranda i?” Tanya Mamanya lagi. “Rumahku, Ma!” Pak Hermawan langsung bangkit mendengar perkataan Wisnu. “Apa kamu sudah gila? Kamu mau membuat perang besar? Bisa-bisanya kamu akan membawa pulang Kinanti, apakah kamu tidak akan berpikir jika mereka akan bertengkar?” “Mereka tidak akan bertengkar Pa, saya bisa jamin.” “Dengan apa kamu menjaminnya, apa selama hidup bersama Miranda kamu sudah benar-benar mengenal dia? Seujung kuku pun, Mama rasa kamu tidak mengenal siapa istri kamu itu, dan aku melarang kamu membawa Kinanti pulang bersamamu, jika mau pulang kamu pergi saja sendiri.” “Tapi Ma ....” “Nggak ada tapi-tapi. Kinanti! masukkan semua pakaianmu lagi, kita akan segera pulang ke rumah kamu. Kami akan menemui kedua orang tuamu, membicarakan masalah resepsi pernikahan kalian.” “Kenapa Mama masih bersikeras mengadakan pesta? Aku tidak setuju!” “Pestanya menggunakan uan
Read more

Bab 15. Besanku sahabatku

Mobil yang di kendarai oleh keluarga Sukma, berhenti di pelataran sederhana yang tidak begitu luas, tempat yang kini tidak asing lagi bagi Wisnu.Sukma dan suaminya terlihat keluar, sedangkan Kinanti masih terpaku di tempat duduknya, ia masih belum yakin jika ia akan melangsungkan pesta pernikahan di kediaman mertuanya, baginya itu semuanya tidak perlu untuk di lakukan, menurutnya itu semua akan membuang-buang waktu saja.“Hus, apa kamu tidak akan keluar?” Usik Wisnu yang memperhatikan Kinanti masih saja diam termenung.“Eh i-iya, Mas sendiri?”Wisnu turun, kemudian ia dengan berlari mendekat ke arah Kinanti yang hendak turun.Ia mengulurkan tangannya, Kinanti yang melihat itu tertegun sebentar. Wisnu mencoba memberikan senyumnya.Melihat senyum ramah Wisnu, Kinanti menerima uluran tangan suaminya. Baru beberapa jam mereka berdebat gara-gara pulang kerumah Wisnu, kini senyum itu begitu manis.“Apa arti senyumnya itu, bikin aku salfok (salah fokus) saja.” Batin Kinanti.Wisnu m
Read more

Bab 16. Akhirnya Miranda tahu

“Mas ... kok tumben keluar kotanya lama, memang urusannya ribet ya?” Kata Miranda sambil memeluk Wisnu dari belakang ketika Wisnu sudah selesai mandi dan berdiri di depan cermin.“Hem!” Sahut Wisnu sambil menyisir rambutnya.“Aku kangen Mas ....”“Aku capek Mira ... lepaskan tanganmu!” kata Wisnu sambil melepaskan tangan Miranda yang melingkar di perutnya.“Capek?”“Laki-laki aneh, sudah entah berapa hari kita nggak ketemu, capek kamu bilang? Nah sudah tidak salah lagi kamu itu memang mandul mas, nggak punya nafsu!”“Terserah apa kamu bilang, aku tidak punya anak lah, aku mandul lah!”“Tapi aku yang selalu di tuntut sama Mama, aku yang selalu di ejek sama mereka, padahal anaknya sendiri yang aneh.”“Kata dokter aku ini normal Mira, aku baik-baik saja, sedang kamu, rahim kamu itu yang lemah.”“Jangan-jangan Mas memang punya simpanan?”“Sudah aku bilang aku masih capek, aku pingin istirahat, lagi pula siapa yang mau dengan pria dingin seperti aku, iyakan?”“Iya, benar juga ka
Read more

Bab 17. Selalu Bertengkar

“Mas Wisnu ... Mas! Keluar kamu!” Teriak Miranda tanpa memedulikanNg mertuanya yang duduk di ruang tamu.“Heh, apa kamu tidak tahu ada orang di sini? Kenapa teriak-teriak tidak jelas?”“Semua ini pasti gara-gara Mama, mana Mas Wisnu?”“Memangnya kenapa Wisnu?” tanya Bu Sukma yang sudah tahu maksud Miranda, tapi ia sengaja berpura-pura.“Mas Wisnu tidak pulang, dia di sini kan? Dia nginap di sini kan?”“Tidak, Wisnu tidak pulang ke sini, memangnya dia tidak menghubungi kamu dia ada di mana?”“Dia pasti tidak main-main, dia mengatakan yang sebenarnya tadi!”“Mengatakan apa Mira?”“Katakan dengan siapa Mas Wisnu menikah Mam?”“Oh itu, dia sudah mengatakan padamu ternyata?”“Apa? Mama juga sudah tahu? Lalu kenapa Mama tidak mencegah pernikahan itu? Kenapa Mama seakan bersikap santai saja?”“Loh, kenapa harus aku yang repot, kan dia yang nikah?” jawab Bu Sukma semakin membuat Miranda naik darah.“Maksudku kenapa Mama tidak mencegah pernikahan itu terjadi?”“Ya ... Mama tidak
Read more

Bab 18. Siapa Kinanti?

“Kamu akan membawa aku kemana?” Tanya Miranda sambil menarik tangannya.“Aku mau kita pulang, aku tidak mau kamu selalu bertengkar dengan Mama.”“Kalian berdua sama saja, aku tak akan marah jika kamu tidak nikah lagi!”“Sekarang begini, aku dan kamu tidak ada masalah apapun, jika memang kamu merasa punya masalah dengan aku, maka kita selesaikan di rumah, tidak berteriak-teriak kayak anak kecil, Mama tidak tahu apa-apa dalam hal ini.”“Siapa yang mau di madu? Tak terkecuali diriku!”“Ayo!” Tarik Wisnu kembali, ia tak menghiraukan Miranda yang masih saja berbicara dengan lantang dan kasar.Wisnu membuka pintu mobil dengan tangan kirinya, kemudian menatap Miranda tajam.“Masuk!”“Aku tidak mau, aku mau kamu pertemukan aku dengan istri muda kamu, siapa dia berani mengambil kamu dari aku.”“Masuk aku bilang!”“Aku tidak mau! Aku akan tetap di sini sampai kamu membawa Dia kemari.”“Apa telinga kamu sudah budek? Sehingga kamu tetap ngotot mau bertemu dengan dia hari ini? Bukankah
Read more

Bab 19. Hujan lebat.

Seperti biasa, di hari yang cerah di pagi ini, Kinanti duduk di tepi ranjang tempat tidur, setelah beberapa saat setelah Wisnu berangkat ke kantor.Jari tangannya asyik memainkan gawai yang ada di tangannya, ia membuka aplikasi berwarna biru yang bersimbol huruf F.Ia kembali terusik ingin mengetahui kabar tentang Bima, entah sampai kapan laki-laki tak berperasaan itu akan selalu menempati hatinya.“Mas Bima ... seperti biasanya, kamu selalu mengupdate setiap kegiatan bisnismu, apakah sebaiknya aku menemuinya sekarang?” tanya Kinanti pada dirinya sendiri.Dengan berulangkali ia meyakinkan dirinya, Kinanti akhirnya mengambil tas selempang lalu keluar menuju mobil yang terparkir di garasi.Dengan penuh keyakinan, Kinanti menuju tempat Bima melakukan siaran langsung tersebut.Dalam beberapa menit, akhirnya mobil yang di tumpangi Kinanti akhirnya sampai, dengan langkah pasti ia menghampiri tempat tersebut.Di sana berkumpul beberapa orang, tampaknya teman bisnis yang memang sengaja
Read more

Bab 20. Akhirnya ...

Wisnu mengangkat tubuh Kinanti, kemudian ia membaringkannya di atas tempat tidur. Ia sedikit panik, karena hingga saat ini Kinanti belum juga menunjukkan akan sadar.Wisnu mengambil minyak kayu putih, ia membalurkan ke seluruh tubuh Kinanti, kembali tangan itu merasakan betapa halusnya kulit yang kini masih terasa dingin itu.Wisnu menepuk-nepuk pipi Kinanti, namun tidak juga membuat Kinanti terusik. Mana lagi tak ada orang di rumah, entah semua pembantunya juga pergi kemana Wisnu tidak juga melihat mereka.“Kin ... sadarlah, jangan buat aku cemas seperti ini, aku bingung apa yang harus aku lakukan untuk membuat kamu sadar, sementara di luar masih hujan begitu lebatnya.”Wisnu mengambil selimut, ia menutupi seluruh bagian tubuh Kinanti dengan selimut itu, kurang puas dengan itu Wisnu masuk ke dalam selimut itu. Wisnu memeluk Kinanti untuk menyalurkan kehangatan pada Kinanti.Tiba-tiba timbul rasa yang tidak dapat di bendung, ia semakin memeluk Kinanti dengan erat, semula ia hany
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status