“Mas ... kok tumben keluar kotanya lama, memang urusannya ribet ya?” Kata Miranda sambil memeluk Wisnu dari belakang ketika Wisnu sudah selesai mandi dan berdiri di depan cermin.“Hem!” Sahut Wisnu sambil menyisir rambutnya.“Aku kangen Mas ....”“Aku capek Mira ... lepaskan tanganmu!” kata Wisnu sambil melepaskan tangan Miranda yang melingkar di perutnya.“Capek?”“Laki-laki aneh, sudah entah berapa hari kita nggak ketemu, capek kamu bilang? Nah sudah tidak salah lagi kamu itu memang mandul mas, nggak punya nafsu!”“Terserah apa kamu bilang, aku tidak punya anak lah, aku mandul lah!”“Tapi aku yang selalu di tuntut sama Mama, aku yang selalu di ejek sama mereka, padahal anaknya sendiri yang aneh.”“Kata dokter aku ini normal Mira, aku baik-baik saja, sedang kamu, rahim kamu itu yang lemah.”“Jangan-jangan Mas memang punya simpanan?”“Sudah aku bilang aku masih capek, aku pingin istirahat, lagi pula siapa yang mau dengan pria dingin seperti aku, iyakan?”“Iya, benar juga ka
“Mas Wisnu ... Mas! Keluar kamu!” Teriak Miranda tanpa memedulikanNg mertuanya yang duduk di ruang tamu.“Heh, apa kamu tidak tahu ada orang di sini? Kenapa teriak-teriak tidak jelas?”“Semua ini pasti gara-gara Mama, mana Mas Wisnu?”“Memangnya kenapa Wisnu?” tanya Bu Sukma yang sudah tahu maksud Miranda, tapi ia sengaja berpura-pura.“Mas Wisnu tidak pulang, dia di sini kan? Dia nginap di sini kan?”“Tidak, Wisnu tidak pulang ke sini, memangnya dia tidak menghubungi kamu dia ada di mana?”“Dia pasti tidak main-main, dia mengatakan yang sebenarnya tadi!”“Mengatakan apa Mira?”“Katakan dengan siapa Mas Wisnu menikah Mam?”“Oh itu, dia sudah mengatakan padamu ternyata?”“Apa? Mama juga sudah tahu? Lalu kenapa Mama tidak mencegah pernikahan itu? Kenapa Mama seakan bersikap santai saja?”“Loh, kenapa harus aku yang repot, kan dia yang nikah?” jawab Bu Sukma semakin membuat Miranda naik darah.“Maksudku kenapa Mama tidak mencegah pernikahan itu terjadi?”“Ya ... Mama tidak
“Kamu akan membawa aku kemana?” Tanya Miranda sambil menarik tangannya.“Aku mau kita pulang, aku tidak mau kamu selalu bertengkar dengan Mama.”“Kalian berdua sama saja, aku tak akan marah jika kamu tidak nikah lagi!”“Sekarang begini, aku dan kamu tidak ada masalah apapun, jika memang kamu merasa punya masalah dengan aku, maka kita selesaikan di rumah, tidak berteriak-teriak kayak anak kecil, Mama tidak tahu apa-apa dalam hal ini.”“Siapa yang mau di madu? Tak terkecuali diriku!”“Ayo!” Tarik Wisnu kembali, ia tak menghiraukan Miranda yang masih saja berbicara dengan lantang dan kasar.Wisnu membuka pintu mobil dengan tangan kirinya, kemudian menatap Miranda tajam.“Masuk!”“Aku tidak mau, aku mau kamu pertemukan aku dengan istri muda kamu, siapa dia berani mengambil kamu dari aku.”“Masuk aku bilang!”“Aku tidak mau! Aku akan tetap di sini sampai kamu membawa Dia kemari.”“Apa telinga kamu sudah budek? Sehingga kamu tetap ngotot mau bertemu dengan dia hari ini? Bukankah
Seperti biasa, di hari yang cerah di pagi ini, Kinanti duduk di tepi ranjang tempat tidur, setelah beberapa saat setelah Wisnu berangkat ke kantor.Jari tangannya asyik memainkan gawai yang ada di tangannya, ia membuka aplikasi berwarna biru yang bersimbol huruf F.Ia kembali terusik ingin mengetahui kabar tentang Bima, entah sampai kapan laki-laki tak berperasaan itu akan selalu menempati hatinya.“Mas Bima ... seperti biasanya, kamu selalu mengupdate setiap kegiatan bisnismu, apakah sebaiknya aku menemuinya sekarang?” tanya Kinanti pada dirinya sendiri.Dengan berulangkali ia meyakinkan dirinya, Kinanti akhirnya mengambil tas selempang lalu keluar menuju mobil yang terparkir di garasi.Dengan penuh keyakinan, Kinanti menuju tempat Bima melakukan siaran langsung tersebut.Dalam beberapa menit, akhirnya mobil yang di tumpangi Kinanti akhirnya sampai, dengan langkah pasti ia menghampiri tempat tersebut.Di sana berkumpul beberapa orang, tampaknya teman bisnis yang memang sengaja
Wisnu mengangkat tubuh Kinanti, kemudian ia membaringkannya di atas tempat tidur. Ia sedikit panik, karena hingga saat ini Kinanti belum juga menunjukkan akan sadar.Wisnu mengambil minyak kayu putih, ia membalurkan ke seluruh tubuh Kinanti, kembali tangan itu merasakan betapa halusnya kulit yang kini masih terasa dingin itu.Wisnu menepuk-nepuk pipi Kinanti, namun tidak juga membuat Kinanti terusik. Mana lagi tak ada orang di rumah, entah semua pembantunya juga pergi kemana Wisnu tidak juga melihat mereka.“Kin ... sadarlah, jangan buat aku cemas seperti ini, aku bingung apa yang harus aku lakukan untuk membuat kamu sadar, sementara di luar masih hujan begitu lebatnya.”Wisnu mengambil selimut, ia menutupi seluruh bagian tubuh Kinanti dengan selimut itu, kurang puas dengan itu Wisnu masuk ke dalam selimut itu. Wisnu memeluk Kinanti untuk menyalurkan kehangatan pada Kinanti.Tiba-tiba timbul rasa yang tidak dapat di bendung, ia semakin memeluk Kinanti dengan erat, semula ia hany
“Hari ini aku ada pertemuan dengan beberapa karyawan, dan semuanya membawa pasangan, jadi ....” ucap Wisnu pada Kinanti sambil menyeruput teh hangat yang baru di hidangkan Kinanti.Kinanti berhenti melipat selimut yang saat ini di pegangnya. Ia menatap Wisnu.“Lalu?” Ucapnya pelan.“Aku ingin kamu pergi bersamaku.”“Kemana?”“Ke acara tahunan kantor, mau kan?”“Kenapa tidak istri pertama mas Wisnu yang di ajak!”“Selama ini aku tidak pernah mengajak dia, sebab dia tidak pernah bersedia, dia lebih mengutamakan kepentingan dia.”“Terus ... boleh dong aku juga menolak?”“Aku tidak membiarkan kamu menolak, aku akan memaksamu!”“Apa bedanya aku dengan dia, aku juga sama-sama istri, jadi aku juga berhak untuk tidak ikut!”“Kenapa? Berikan alasanmu?”“Karena aku hanya istri kontrak belaka, aku tak mau pergi dengan pasangan sementaraku.”“Jika aku menjadikan kamu istriku untuk selamanya, apakah kamu mau?”Kinanti hanya diam, ia tidak sama sekali tidak menyahut.“Aku mohon? Per
Kinanti diam terbungkam, ia sama sekali tidak menyangka jika istri Wisnu adalah teman masa SMA nya, ia sama sekali tidak menduga jika Miranda adalah madunya.Dulu semasa SMA, Miranda adalah orang yang paling begitu membenci dirinya, sebab semua laki-laki yang mendekati Miranda adalah orang yang telah terlebih dulu mendapatkan penolakan dari Kinanti.Bahkan kekasih Kinanti, Bima, calon suami yang meninggalkan dirinya, pernah berselingkuh dengan Miranda, atau ....Kinanti terduduk, ia lemas, membiarkan Wisnu terus memanggil dirinya, ia tak peduli.Yang ada dalam benak Kinanti saat ini adalah pertanyaan demi pertanyaan yang ingin mendapatkan jawaban.“Apakah Mas Bima meninggalkan aku juga karena Miranda? Tapi ... mana mungkin?” masih banyak pertanyaan lainnya, yang sungguh membuat Kinanti jadi tidak nyaman.“Kin ... kamu jangan diamin aku kayak gini, bilang ada apa?”“Aku tidak kenapa-kenapa, aku tidak menyangka jika maduku adalah teman aku sendiri. Aku akui syok.” Jujur Kinanti.
Kinanti sibuk dengan gawai di tangannya, bahkan ia tidak menyadari jika kini Wisnu datang menghampirinya. Ia duduk di sebuah sofa panjang di ruang tamu. Wajah teduh yang dingin itu seakan tak mengusik Kinanti, terbukti Kinanti yang masih memainkan gawai di tangannya, membuka galeri yang masih memamerkan kemesraannya dengan Bima. Wisnu mendekatkan dirinya kepada Kinanti, kepalanya agak melongok kedepan, sehingga Wisnu dengan bebas bisa melihat foto Kinanti yang di peluk dari belakang oleh Bima dengan begitu mesra. Dan Kinanti seakan tak mau berhenti menatapnya. Wisnu merasa darahnya berdesir. “Ah, mana mungkin aku cemburu, dia bukan siapa-siapa bagiku, dia hanyalah seorang wanita yang akan melahirkan anakku.” Semakin lama wisnu melihat betapa lama Kinanti masih tetap pada posisi sebelumnya, ia merasa hatinya tidak rela jika Kinanti masih memikirkan laki-laki lain sedangkan saat ini status Kinanti adalah istri sahnya. Wisnu mendehem, sontak membuat Kinanti terkejut dan