All Chapters of Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO: Chapter 301 - Chapter 310

362 Chapters

Bab 301 Wani Piro?

Saat Elsi masuk ke dalam rumah Ravioli, mafia itu sedang berbicara dengan seseorang melalui sambungan telepon. Jono, salah satu anak buah Ravioli menahan Elsie di depan pintu ruang kerjanya. Namun saat Ravioli melihat Elsie, ia memberi kode dengan tangannya agar Jono membiarkan Elsie masuk. Jono bagaikan peliharaan yang patuh, bergeser memberi jalan untuk Elsie. Elsie memanfaatkan kesempatan itu untukberjalan masuk menemui Ravioli. Suara heels pendek sepatu Elsie terdengar berdentang saat ia berjalan di ruangan itu. Ravioli melihat Elsie dan ia memberi kode dengan jari telunjuknya agar berjalan mendekat. “Tentu, jangan kuatir, tidak akan ada masalah dalam pengiriman!” Ravioli menanggapi lawan bicaranya. “Aku jamin itu! Kamu siapkan saja sisa uang pembayarannya!” ucap Ravioli kembali sebelum ia mengakhiri pembicaraan telepon itu dan berbalik badan. “Bagus kamu ke sini, Els! Aku baru saja hendak menghubungimu!” Ravioli mengantongi telepon genggamnya dan ia beranjak dari k
Read more

Bab 302 Bila Saatnya Tiba

Bastian baru saja selesai mandi saat terdengar suara bel di depan pintu kamar hotelnya. Seharian ia sibuk bernegosiasi dengan pihak-pihak terkait dan bahkan mengajukan gugatan hukum kepada pihak-pihak yang menjadi provokator kerusuhan serta mengajukan ganti rugi. Meskipun Bastian bisa saja mengganti kerugian dengan uang pribadinya, namun ia tidak melakukan hal itu. Hal ini karena ia ingin membuat efek jera pada siapa saja yang telah menjadi provokator dan menyebabkan kerusakan pada fasilitas milik perusahaannya. Baginya, kekerasan tidak menyelesaikan masalah. Setelah mengenakan pakaian, Bastian membuka pintu kamarnya. “Selamat malam Pak,” sapa Jay saat pintu terbuka. Bastian mengangguk dan mempersilahkannya masuk. “Ada berita apa?” “Kepolisian lokal sudah memproses orang-orang yang terlibat kericuhan. Dan kalau segala sesuatunya sesuai rencana, Bapak bisa kembali ke Emerald City besok sore.” Jay melaporkan sambil ia berjalan masuk mengikuti Bastian. “Hem, bagus!” timpal Bas
Read more

Bab 303 Di Taman Belakang

Saat kembali ke apartemen ibunya, Kanaya berpapasan dengan Ayunda dan Laila di depan unit apartemen mereka. “Lho, Ibu, Bude mau kemana?” “Ibumu mau jalan-jalan di taman. Ingin menghirup udara segar dan mencari sinar matahari pagi.” Laila mendahului menjawab. Ayunda tertawa. Ia menepuk lengan Kanaya. “Kamu juga Naya, sangat baik untuk wanita yang sedang hamil besar untuk berjalan-jalan pagi. Bergerak, menghirup udara segar, agar bayimu sehat dan lancar saat melahirkan nanti.” “Iya Bu, Naya tahu. Ayo, Naya ikut kalau begitu!” Kanaya tidak keberatan untuk ikut bersama mereka berjalan-jalan pagi itu. Toh mereka hanya berjalan di taman belakang apartemen itu saja. Kanaya sudah pernah menemani ibunya ke taman itu. Dan pada jam seperti ini, banyak penghuni apartemen yang juga beraktifitas di taman. Jadi, ia pikir tidak akan ada masalah. Saat tengah menunggu lift untuk turun, pintu lift terbuka, dan keluarlah Emran. Emran baru saja sampai. Setiap hari ia memang datang ke unit apartemen
Read more

Bab 304 Cedera Kepala

“Tidak ada yang salah dengan kepala ibumu, Kanaya.” Ardyan menatap foto hasil MRI yang baru saja dilakukan. Ia dan Kanaya sedang menganalisa hasil ronsen di ruangan praktek Ardyan. Setelah dibawa Emran ke rumah sakit ERC, ayunda langsung ditangani oleh dokter di sana. “Tapi, kenapa kepala ibu tiba-tiba sakit?” Kanaya merasa heran, sebab ibunya begitu kesakitan, sampai-sampai wajahnya pucat pasi. Ardyan mendekati foto ronsen yang ada di LED film viewer dihadapannya. “Kamu lihat ini? Ini adalah foto MRI kepala ibumu saat mengalami serangan jantung beberapa bulan yang lalu.” Ardyan menunjuk sebuah foto, lalu jarinya menyentuh satu titik di foto itu. “Ini adalah cedera di bagian memori yang aku pernah sebutkan sebelumnya.” Kanaya ingat Ardyan pernah menjelaskan sebab ibunya mengalami amnesia. Salah satunya adalah cedera di bagian memori karena kurangnya pasokan oksigen kala serangan jantung itu terjadi. “Dan ini, adalah foto yang diambil tadi siang. Kamu lihat bedanya?” tanya Ardyan
Read more

Bab 305 Emerald Utara

Ardyan sedang berjalan masuk ke dalam kantornya saat telepon genggamnya berbunyi. “Halo Bas…” sapanya sambil tersenyum. “Halo Dy. Sibuk?” Suara Bastian terdengar dari ujung sambungan teleponnya. “Yaah, biasa saja,” jawab Ardyan sambil terkekeh pelan. “Sori, aku tidak angkat teleponmu tadi.” Seakan tahu apa yang akan Bastian tanyakan, ia segera menjelaskan. “Jangan kuatir, mertuamu baik-baik saja. Dia sudah ditangani, dan seharusnya tidak ada masalah.” Di Anabath, Bastian mengerutkan keningnya. “Mertua? Apa maksudmu?” Ardyan berdecak dan memutar bola matanya dengan heran. “Kamu meneleponku untuk menanyakan Ayunda kan? Ibunya Kanaya?” “Dia baik-baik saja, sepertinya ingatannya mulai pulih,” ujar Ardyan, lalu cepat-cepat menambahkan, “Walaupun belum pulih secara keseluruhan.” Bastian terkejut mendengarnya. Ia tidak tahu jika Ayunda sakit. Dan mendengar sebagian ingatan Ayunda pulih, Ia teringat rencananya bersama Kanaya. “Bagian mana dari ingatannya yang pulih?” Seperti mengeta
Read more

Bab 306 Rumah Sakit North Emerald

“Dokter Adryan, dokter di rumah sakit sudah memeriksa keadan ibu Kanaya. Mereka bilang, ibu sudah masuk pembukaan 2.” Emran yang masih terhubung dengan Adryan melaporkan setelah Dokter di rumah sakit pemerintah itu memeriksa Kanaya. Ardyan menggaruk tengkuknya. Kehamilan Kanaya baru mencapai usia 35 minggu. Seharusnya masih ada 5 minggu lagi sebelum dia melahirkan. Ardyan sama sekali tidak menduga. “Kalian sedang apa di sana?” Ia pun heran kenapa Kanaya dan Emran bisa pergi ke daerah Emerald utara, mengingat kemungkinan besar Kanaya sudah merasakan nyeri-yang bisa dikatakan kontraksi itu tadi pagi. Itu jika ia mengurut benang merah dari apa yang dikatakan Bastian. Nyeri perut yang dirasakan Kanaya di pagi hari kemungkina besar adalah pembukaan satu, namun karena hanya terjadi sekali atau dua kali, Kanaya tidak menyadarinya. Ditambah lagi kejadian yang menimpa Ayunda hari itu, mungkin membuat Kanaya tidak terlalu mempermasalahkan nyeri yang sempat dirasakannya. “Bu Ayunda bilang
Read more

Bab 307 Menggigil Tanpa Sebab

Pesawat Bastian baru saja mendarat di Bandar Udara Emerald City. Sembari berjalan keluar pintu pesawat, Bastian menyalakan ponselnya. Dan seketika itu juga berbagai notifikasi muncul di layar telepon genggamnya. Bastian membuka pesan pertama yang masuk, dari Ardyan-temannya yang mengatakan untuk segera menghubunginya. Ia pun segera menghubungi temannya itu, mengingat ia sendiri mengatakan pada Adryan untuk segera memberinya kabar jika terjadi sesuatu. “Bas!” Suara Ardyan terdengar entah antusias atau gugup atau panik. Yang jelas temannya itu tidak bisa mengontrol volume suaranya sehingga terdengar keras memanggilnya. “Ada apa Dy?” Bastian mengerutkan keningnya sembari ia berjalan menuruni tangga pesawat. “Bas, Kanaya…” Suara Ardyan bergetar. Barulah jelas bagi Bastian, Ardyan- temannya itu sedang panik. Bastian menghentikan langkahnya. “Kanaya? Ada apa dengannya?” Tiba-tiba saja Bastian diliputi perasaan tidak enak. Angin malam yang berhembus mengenai wajahnya terasa begitu din
Read more

Bab 308 Mencari Jalan Keluar

Rosa datang ke Sunnyside Estate untuk mengembalikan beberapa barang Elsie yang ada di apartemennya. Saat ia datang, asisten rumah tangga yang sudah mengenalnya dengan baik mempersilahkannya untuk langsung masuk ke dalam kamar Elsie. Namun siapa sangka, saat ia masuk, ia tidak sengaja mendengar percakapan Elsie dengan Ravioli! Rosa mengelus dadanya, merasa lega saat ia berhasil keluar dari dalam kamar Elsie tanpa diketahui. Dengan bergegas ia berjalan keluar dari rumah besar itu dan pergi dengan cepat dari halaman rumah dengan mengendarai mobilnya. Setelah melewati pagar Sunnyside Estate, mobil yang dikendarainya berhenti di pinggir jalan. Tubuh Rosa masih bergidik mendengar rencana Elsie dan Ravioli untuk menghabisi Kanaya. Bagaimana mungkin Elsie tega melakukan hal seperti itu? Dulu saat ia masih ikut meledek dan membuli Kanaya bersama Elsie, ia pikir kekesalan Elsie hanya sebatas rasa kesal seorang istri pada madu suaminya. Namun semakin berjalannya waktu, perbuatan Elsie
Read more

Bab 309 Perjuangan Seorang Kanaya

“Aahhh…” Kanaya merintih pelan merasakan sakit di perutnya. Hawa dingin menghampiri tubuhnya, membuat syaraf-syarafnya terbangun. Kedua matanya masih sulit untuk dibuka, namun samar ia mendengar suara dua orang bercakap-cakap. “Sepertinya dia bisa melahirkan secara normal. Pembukaannya bertambah dengan cepat. Kita tidak perlu mengoperasinya.” “Kamu benar, sepertinya tidak lama lagi pembukaannya akan lengkap. Kita tunggu saja sampai dia siuman.” Kanaya tidak mengenali suara itu, namun sepertinya mereka tengah membicarakan dirinya. “Rasanya tidak sabar untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Mereka akan langsung membayar uangnya begitu bayinya lahir, kan?” “Ya, tapi jangan lupa selesaikan pekerjaan dulu. Kalau tidak, orang kaya itu tidak mau membayar pekerjaan kita!” “Baik. Aku minum kopi dulu sebentar. Biar tidak mengantuk…” “Ayo, aku juga perlu minum kopi.” Kanaya mendengar langkah kaki menjauh dan suasana menjadi hening. Ia tidak lagi mendengar suara kedua orang itu. Dengan seku
Read more

Bab 310 Tatapan Pertama

Kanaya begitu kelelahan, namun ia memaksakan diri mengangkat kepalanya untuk melihat bayi mungil yang masih berwarna kemerahan itu. Airmata menetes di pipi Kanaya melihat perawat tengah membersihkan putranya. Ingin rasanya ia mendekat, untuk melihat lebih jelas seperti apa putranya itu. Setelah dibersihkan, perawat melilitkan kain bedong di tubuh putranya dan menggendongnya. “Biarkan— aku melihatnya…” ucap Kanaya dengan suara parau. Ia menatap dengan penuh harap. Sambil menggendong bayi itu, perawat tersenyum miring. “Baiklah, tapi sebentar saja…” Perawat itu mendekat sementara bayi mungil itu masih menangis dengan suara melengking. Airmata Kanaya menetes tak berhenti kala menatap putranya itu. Kulitnya masih berwarna merah, dan rambutnya berwarna kecoklatan, persis seperti rambut Bastian. Dan wajahnya… Kanaya tersenyum melihat wajah anaknya. Tidak hanya Bastian yang mewarisi genetiknya di wajah anak mereka. Kanaya pun melihat versi kecil dirinya di wajah putranya itu.
Read more
PREV
1
...
2930313233
...
37
DMCA.com Protection Status