All Chapters of Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO: Chapter 21 - Chapter 30

456 Chapters

Bab 21 Mainan Baru

Kanaya menyelipkan rambutnya ke belakang telinga dengan gelisah sembari berjalan perlahan menghampiri Bastian yang duduk di sofa. Bastian menatap sosok Kanaya yang berjalan menghampirinya bagaikan siluet seorang gadis ramping dengan sepasang tungkai kaki yang Indah. Aroma lembut dan segar yang sempat ia rasakan kala itu berhembus kembali menyapa indera penciumannya. Campuran aroma lavender, jeruk bergamot dan grapefruit yang samar, membangkitkan rasa menggelitik di dalam dirinya. Kanaya yang memerah pipinya menunduk malu dan gugup. Kedua tangannya memegang erat handuk yang melilit tubuhnya, seakan takut jika satu-satunya penutup tubuhnya itu akan terlepas. Ingatan Kanaya akan rasa sakit yang ia alami saat malam pertama mereka kembali menghantuinya. Ia menguatkan tekad untuk bisa mengandung anak Bastian meskipun harus kembali menahan rasa sakit itu. Bastian beranjak saat Kanaya hampir mendekatinya dan mereka pun berdiri berhadapan. “Kamu menginginkan ini kan?” tanya Ba
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more

Bab 22 Menuju Puncak

Bastian merasakan gejolak dalam dirinya begitu besar. Gadis itu tidak tahu efek yang dia timbulkan saat tangannya menyentuh inchi demi inchi permukaan kulitnya, bahkan menyentuh daerah sensitif syaraf primalnya. Gadis itu sungguh tidak tahu jika sedang membangunkan singa yang sedang lapar, haus dan dahaga! Menatap wajah bersemu merah dihadapannya, Bastian begitu ingin memagut kedua belah bibir ranum itu. Namun keteguhan hati untuk tidak membawa rasa dalam hubungan mereka, menahan keinginannya. Sebagai ganti, ia menyentak tubuh Kanaya dengan tiba-tiba hingga kedua tubuh mereka berbenturan, sebelum ia dengan cepat menggendongnya. “Aahh! P-Pak Bas!” Kanaya memekik karena terkejut dengan gerakan Bastian yang mendadak itu. Kedua tangannya secara refleks berpegangan erat pada leher Bastian dan kedua kakinya terkait melingkari pinggang pria itu. Bastian tidak menggubris teriakan Kanaya dan dengan cepat membawanya ke atas ranjang. Ia menghempaskan Kanaya di tengah ranjang, s
last updateLast Updated : 2024-06-11
Read more

Bab 23 Jatah Dua Istri

Bastian masuk ke dalam mobilnya, dan ia duduk termangu dalam diam. Apa yang baru saja ia lakukan? Batin Bastian saat teringat kembali apa yang terjadi di dalam kamar itu baru saja. Bastian bisa merasakan kala bukan hanya tubuhnya yang menginginkan Kanaya, namun juga jiwanya. Keinginan itu demikian besar sehingga ia melakukan lebih dari yang seharusya. Cumbuan-cumbuan yang ia lakukan serta begitu lihainya kedua tangannya menjelajahi tubuh Kanaya. Bagaimana mungkin ia melakukan itu? Apa itu artinya ia telah mengkhianati Elsie? "Kita sudah sampai Pak." Pemberitahuan Rafles membuyarkan lamunan Bastian. Ia melihat ke luar jendela dan tampaklah rumah dua lantai di kawasan elite yang ditempatinya bersama Elsie. Saat ia meraih tas kerjanya, Bastian baru menyadari jika ia belum memakai kembali cincin kawinnya. Ia pun segera mengambil cincin yang selalu dikenakannya selama tiga tahun terakhir itu. Elsie sedang berbaring di ranjang sambil bercakap-cakap dengan Rico melalui video ca
last updateLast Updated : 2024-06-11
Read more

Bab 24 Morning After

Bastian menyugar rambutnya yang basah pagi itu. Ia duduk bersandar di meja kerjanya, sambil membaca sebuah dokumen. Pagi tadi, seperti janjinya, ia telah menunaikan kewajibannya pada Elsie. Namun bukan berarti pikirannya telah jernih seperti harapannya. Bahkan pagi ini di kantornya pun ia masih teringat Kanaya. Kedua mata almond yang menatapnya dengan lugu masih terbayang di benaknya. "Pasti karena aku ingin sekali punya anak," gumam Bastian sambil menghempaskan dokumen di tangannya itu ke atas meja. "Zra, ke kantorku, sekarang!" Perintah Bastian melalui interkom kantornya. "Ada yang bisa saya bantu, Bos?" Mendengar suara Bastian yang terdengar jengkel, Ezra datang secepat mungkin. "Dua orang sekuriti yang kemarin ada di sini, aku mau kamu pindahkan mereka ke tempat lain!" perintah Bastian dengan kesal. Bastian teringat memar ditangan Kanaya, dan tiba-tiba ia sangat geram. "Di mutasi Bos? Alasannya apa?" Ezra terkejut karena Bastian tidak pernah mengurusi masalah mut
last updateLast Updated : 2024-06-12
Read more

Bab 25 Menjadi Mata-mata?

Sifa membaca kembali daftar bahan-bahan makanan dan kebutuhan yang ia perlukan. Hari ini ia tengah berada di sebuah supermarket, berbelanja kebutuhan sehari-hari untuk rumah di Sunset Summit. Setelah membayar semua belanjaannya, Sifa keluar mencari taksi. Namun, Tuba-tiba saja dua orang laki-laki mendekatinya. “Sifa Indriyani? Ikut kami, Ibu ingin bicara,” dualar salah satu dari laki-laki itu. Ibu? Sifa tertegun dan menatap kedua laki-laki itu dengan heran. Ia tidak mengenal mereka berdua dan siapa orang yang mereka sebut ibu? “Ibu hanya ingin bicara. Ayo!” Kedua laki-laki itu langsung menggiring Sifa di kedua sisinya. “Pak, pak, pak! Mau di bawa ke mana saya?” protes Sifa saat kedua orang itu membawanya masuk ke dalam sebuah mobil. “Ikut saja, tidak perlu banyak tanya!” sergah salah satu dari mereka. Di dalam mobil pun Sifa tidak bisa melawan, karena diapit oleh kedua orang itu. Tidak lama mobil berhenti di sebuah restoran, dan Sifa digiring masuk ke dalam restoran
last updateLast Updated : 2024-06-12
Read more

Bab 26 Masakan Kanaya

“Non, ini udah belom?” Kanaya menoleh ke arah wajan. Di dalam wajah itu ada beberapa potong iga sapi yang sedang digoreng. Siang itu Kanaya berinisiatif memasak sendiri makan siang mereka. Ia sedang ingin makan iga sapi dengan sambal dabu-dabu resep yang diajarkan ibunya. “Sebentar lagi Bi, tunggu biar agak kecoklatan. Biar lebih enak.” Kanaya lanjut memotong tomat, cabai, bawang merah serta jeruk kunci untuk membuat sambalnya. Tiba-tiba saja terdengar suara panggilan telepon yang ternyata berasal dari telepon milik Sifa. “Halo Pak Ezra?” Sifa langsung menjawab panggilan telepon itu sembari berjalan menjauh dari dapur untuk menghindari suara bising di dapur. Kanaya hanya menoleh sesaat dan lanjut memotong bahan-bahan yang ada didepannya. “Sifa, coba cek apa ada jas Bapak tertinggal di sana?” tanya Ezra melalui panggilan telepon itu. “Oh Iya Pak, ada kemarin malam. Disimpan Non Kanaya di kamarnya. Saya nggak cuci karena kata Non mau di laundry saja, takut rusak kalau
last updateLast Updated : 2024-06-13
Read more

Bab 27 Makan Bersama

Kanaya dan Sifa sedang bersiap-siap menyantap makan siang mereka saat tiba-tiba pintu depan rumah terbuka tutup, lalu suara langkah kaki mendekat. Mereka berdua langsung beradu pandang. Siapa yang datang? Padahal keduanya tidak mendengar ada suara mobil berhenti di depan rumah. “Ba-Bapak?” seru Kanaya dan Sifa berbarengan saat melihat Bastian berjalan ke arah ruang makan. Keduanya benar-benar terkejut. Mereka berdua sama sekali tidak menyangka jika Bastian akan datang siang itu. Terlebih Ezra baru saja meninggalkan rumah mereka. Mau apa Bastian datang tanpa pemberitahuan di siang bolong seperti ini? Bastian hanya datang mengunjungi Kanaya jika mereka akan melakukan ‘pembuahan’. Lalu untuk apa dia datang kali ini? Apa dia mau melakukannya siang ini? Batin Kanaya dengan was-was. Pada saat itulah Kanaya melihat kotak makan di tangan Bastian. Kotak makan yang sama yang ia siapkan untuk Ezra. Itu berarti… “Bapak, silahkan duduk Pak, kebetulan Non Kanaya baru selesai masak.” S
last updateLast Updated : 2024-06-13
Read more

Bab 28 Cuek VS Perhatian

Bastian duduk di sofa. Ia baru saja selesai berbicara dengan Erza menanyakan pekerjaan kantor yang ia tugaskan kepada asistennya. Tidak jauh dari tempatnya duduk, Kanaya sedang mencuci tangan setelah mengupas buah apel untuk ia sajikan kepada Bastian. Kanaya datang menghampiri Bastian dan menaruh sepiring potongan buah apel ke atas meja. “Buahnya, Pak.” Lalu ia duduk di sofa lain yang tidak terlalu jauh dari Bastian. Kanaya masih saja menjaga jarak dari Bastian. Ia tidak ingin terlalu terikat secara personal dengannya, karena khawatir ada sesuatu yang timbul diantara mereka. Bastian mengangkat wajahnya dari layar telepon genggamnya dan menatap Kanaya yang duduk jauh darinya. “Sini,” panggilnya sambil menepuk tempat kosong di dekatnya. Kanaya diam tidak bergerak. Ia ragu. Haruskah ia pindah duduk dekat Bastian? “Kanaya, aku tidak suka mengulang ucapanku,” ucap Bastian dengan nada protes. Mendengar nada suara Bastian itu, Kanaya tidak ingin mencari masalah sehingga ia pu
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more

Bab 29 Kembali Ke Sunset Summit lagi?

“Halo Yang, kamu sudah selesai kerja?” Elsie menghubungi Bastian melalui telepon petang itu. “Aku masih ada meeting malam ini, Elsie. Sepertinya aku pulang larut malam,” jawab Bastian sambil mengurut keningnya. “Jangan terlalu capek bekerja. Kan ada Ezra dan asistenmu yang lain yang bisa kamu suruh.” Terdengar suara Elsie yang sedikit menggerutu. “Maaf sayang, untuk meeting kali ini, harus aku yang datang. Klien ini dari luar kota, jadi tidak bisa aku delegasikan,” ujar Bastian beralasan. Terselip rasa bersalah di hatinya saat harus berbohong kepada Elsie. Tapi, mau bagaimana lagi? Bastian sudah bertekad untuk memiliki keturunan dengan segera. Lagipula Ia dan Kanaya sudah sepakat untuk bisa hamil bulan ini. “Ya sudah, kalau begitu.” “Maaf ya Sayang,” ucap Bastian lagi dengan nada lembut. “Yang, kamu sudah telepon Papa? Mengenai hal yang waktu itu aku ceritakan?” Saat Bastian pikir Elsie sudah akan mengakhiri percakapan, istrinya itu justru menanyakan hal lain. “Papa t
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

Bab 30 Busa Sabun

Hal pertama yang dirasakannya saat membuka pintu kamar mandi adalah aroma segar dan lembut lavender, bergamot dan grapefruit yang langsung menyapa indera penciumannya. Bastian lanjut melangkah dan menutup pintu kamar mandi nyaris tanpa suara. Dan seperti dugaannya, Kanaya sedang asik menyanyikan lagu besutan DJ Norwegia di bawah guyuran air yang memancar di atas kepalanya. Gadis itu bernyanyi dengan penuh semangat, membelakangi pintu. Tubuh polos tanpa sehelai benang itu bergoyang mengikuti irama lagu yang ia nyanyikan. Kedua tangannya terangkat, membilas shampo yang ada di rambutnya . “Listen to my heart, let the rhythm control ya I'll be there when you need my love…” Kanaya tidak menyadari kedua mata yang menatapnya dengan tanpa berkedip, menikmati konser solo yang begitu memikat tatapan dan urat nadi di tubuhnya. “Just follow the beat of my drum, it goes… pam pam pam…” Kanaya lanjut bernyanyi, kali ini tangannya bergerak di udara seakan-akan dia tengah bermain drum.
last updateLast Updated : 2024-06-16
Read more
PREV
123456
...
46
DMCA.com Protection Status