Semua Bab Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO: Bab 31 - Bab 40

456 Bab

Bab 31 Steamy Shower

Tatapan mata Bastian turun ke bibir Kanaya, dan Kanaya melakukan hal yang sama. Kanaya menatap bibir Bastian yang setengah terbuka membentuk lekukan lembut yang mempertegas garis bibir itu. Godaan untuk menyentuhnya begitu besar. Kanaya begitu ingin merasakan seperti apa rasanya menyentuh kedua belah bibir itu. “Ayo.” Bastian justru mengajak Kanaya kembali ke tengah ruangan dan ia menyalakan air. Mereka berdua berdiri saling berhadapan, membiarkan buliran air hangat membilas busa-busa sabun yang menempel ditubuh mereka. Perlahan tapi pasti, Bastian membersihkan sisa-sisa sabun dari tubuh Kanaya. Saat membilas tubuh Kanaya, Bastian tidak kuasa untuk tidak mendaratkan kecupan-kecupan kecil di kulit yang disentuhnya. Kanaya menggigit bibirnya menahan desahan yang keluar dari bibirnya. Ia bisa merasakan gairah yang timbul dari dalam dirinya setiap kali Bastian mendaratkan kecupan atau saat untung Jari Bastian membelai permukaan kulitnya. Kedekatan fisik serta sentuhan t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-17
Baca selengkapnya

Bab 32 Aku Pertama Baginya

Apa yang aku lakukan? Kanaya hanya bisa protes dalam hati sambil mengerutkan keningnya menatap balik Bastian. Bukankah Pak Bastian yang duluan memulai dengan masuk tanpa ijin ke dalam kamar mandi? Lalu dia juga yang mengajak mereka berdua mandi bersama! Pikir Kanaya tidak mengerti mengapa momen penuh gairah mereka malam ini menjadi tanggung jawabnya? Bastian tertawa kecil menyadari arti tatapan protes Kanaya dan apa yang gadis muda itu pikirkan. “Ini,” ucap Bastian, kemudian ia kembali memagut bibir Kanaya. Sesaat, keduanya saling memagut dengan perlahan, menciptakan suara cesapan-cesapan kecil di balik kehangatan selimut. “Paham?” tanya Bastian setelah ia melepaskan pagutannya. Kanaya tersipu malu. Rupanya Bastian menyalahkannya karena telah berinisiatif menciumnya lebih dulu. Mau bagaimana lagi? Kanaya belum pernah merasakan berciuman, dan satu-satunya laki-laki yang telah memperlakukannya dengan intim adalah Bastian. Bukankah hal yang wajar jika ia mencium Bastian?
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-18
Baca selengkapnya

Bab 33 Peran Yang Tak Disuka

“Kok belum makan?” Bastian keluar dari kamar mandi sudah rapi mengenakan baju kerjanya. Ia berjalan menghampiri Kanaya, heran melihat makanan yang masih utuh di atas meja. “Bapak— juga belum makan,” ucap Kanaya tidak yakin jika Bastian akan tinggal atau langsung pergi. Pandangannya turun ke bawah ke jari jemari yang menari dengan gugup di atas pangkuannya. Kanaya tidak tahu mengapa ia berharap Bastian akan tinggal. Padahal selama ini Bastian selalu langsung pulang. Bastian duduk di sebelah Kanaya. “Aku tidak makan, masih ada yang harus aku kerjakan. Kamu makanlah.” Tadinya ia berencana makan bersama Kanaya. Tetapi setelah menerima pesan dari Ardyan yang mengajaknya bertemu di restoran, ia mengurungkan niatnya. Ada rasa kecewa di hati Kanaya karena Bastian memilih pergi menemui Elsie dari pada menemaninya makan. Tetapi apa haknya meminta Bastian untuk tinggal? Siapa Kanaya di mata Bastian? Kanaya memaksa sebuah senyum. “Pak Bas sudah mau pergi?” Bastian yang sedang menyi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-19
Baca selengkapnya

Bab 34 Tanda-Tanda Hamil?

“Selamat malam Bos,” sapa Ezra saat Bastian keluar dari kamar. Sejak beberapa menit yang lalu Ezra sudah menunggu Bastian. Namun bosnya itu masih berada di dalam kamar istri mudanya. Bastian tidak membalas sapaan Ezra. Ia langsung berjalan melewati asistennya itu dan pergi keluar rumah, masuk ke dalam mobil. Bos kenapa? Ezra heran melihat suasana hati Bosnya yang kurang baik padahal baru saja keluar dari kamar istri muda. Tidak berpikir panjang, Ezra segera mengikuti Bastian masuk ke dalam mobil. “Caffeine Cuisine!” perintah Bastian dengan nada kesal. “Baik Pak,” jawab Rafles dengan segera melajukan mobil keluar halaman rumah. Suasana di dalam mobil menjadi tegang. Tidak ada yang berani berbicara seakan tidak berpenghuni. Ezra pun ragu untuk bicara. Yujuannya datang menemui Bastian asalah untuk memberi laporan. Tetapi bagaimana ia akan melapor kalau suasana hati Bosnya sedang seperti ini? “Kamu mau apa?” Suara Bastian yang setengah menggelegar mengagetkan Ezra.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-20
Baca selengkapnya

Bab 35 Wanita Lain

“Sayang, kamu di mana sih? Kenapa tidak jawab pesanku?” Wajah cemberut Elsie tampak di layar telepon genggam Bastian. Pesan? Pesan apa? Bastian tertegun sesaat, karena ia tidak tahu Elsie mengiriminya pesan. “Maaf Sayang, aku sedang meeting, belum sempat lihat pesanmu.” Bastian beralasan. Elsie mengerucutkan bibirnya, tidak puas dengan jawaban Bastian. “Aku cuma ingin tahu kapan kamu pulang,” protes Elsie dengan mendayu. “Iya, sebentar lagi aku pulang ya,” jawab Bastian dengan lemah lembut menenangkan istrinya. “Kamu, meeting sama siapa sih? Kok sampai malam begini?” Masih tetap cemberut Elsie bertanya. “Sama Ardyan.” Bastian menyerongkan tubuhnya ke kiri, mendekati Ardyan. Tampaklah sosok Ardyan di layar telepon genggam Bastian. “Hi Elsie!”sapa Ardyan sambil tersenyum canggung. Diam-diam ia mendengarkan percakapan suami istri itu dan menjadi bingung. Jika bukan dari rumah, lalu Bastian mandi di mana sebelum bertemu dengannya tadi? Lalu Bastian serong ke kanan. “Terus,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-21
Baca selengkapnya

Bab 36 Barter Ijin

“Naya, kamu jangan terlalu lelah bekerja. Jangan lupa makan. Jaga kesehatanmu.” Terdengar suara bergetar Ayunda di antara batuk-batuk kecilnya melalui percakapan telepon.“Ibu jangan kuatir. Naya baik-baik saja. Bos Naya di sini baik sekali. Semua yang Naya butuhkan sudah disediakan oleh kantor.” Kanaya tidak sepenuhnya berbohong. Selama ia tinggal di Sunset Summit, semua kebutuhannya sudah disediakan meski ia berbohong mengenai di mana ia berada dan pekerjaan apa yang sedang ia kerjakan.“Syukurlah Naya. Ibu senang kalau kamu betah bekerja di sana. Kamu sangat beruntung mendapat Bos yang pengertian.”“Iya, Bu.” Kanaya tersenyum miris mendengar ucapan ibunya. Seandainya ibunya tahu apa pekerjaan yang sedang ia jalani, mungkin ibunya tidak akan setuju.“Naya harus segera pergi Bu. Ibu baik-baik ya sama Bude. Harus tetap semangat dan optimis untuk bisa sembuh.” Kanaya memutuskan untuk mengakhiri percakapan mereka sebelum airmatanya tidak lagi dapat dibendung. “Tentu Sayang. Kamu lah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-22
Baca selengkapnya

Bab 37 Ultimatum Mantu

“Saya tahu apa yang Papa lakukan.” Bastian menatap pria berusia lima puluh dua tahun yang ada di hadapannya. Pria itu adalah Felix Gunawan, mertuanya. Bastian sudah berjanji pada Elsie untuk pergi menemui Felix, dan siang itu ia menemui Felix dikantornya. Namun, setelah mengetahui sepak terjang mertuanya, Bastian tidak bisa begitu saja mengucurkan dana seperti permintaan Elsie. Felix tertawa canggung. “Apa maksudmu Bastian? Papa tidak mengerti.” Bibir Bastian melengkung membentuk sudut terangkat ke atas. Ia menaruh sebuah amplop di atas meja. “Kenapa Papa tidak lihat saja apa isinya?” Dengan ragu Felix mengambil amplop itu dan ia membuka isinya. Ia menarik nafas dalam melihat tumpukan foto-foto dirinya dalam beberapa pertemuan rahasia. “Papa bisa jelaskan. Ini tidak seperti apa yang kamu pikirkan.” Felix berusaha berkilah. Bastian tersenyum dan bangkit dari duduknya, berjalan menuju jendela. Ia menatap keluar ke halaman gedung yang berada di daerah pergudangan yang terletak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-22
Baca selengkapnya

Bab 38 Di Hotel Royal

Kanaya berdiri di depan lemari pakaian hanya mengenakan handuk yang dililit di tubuhnya. Ia menatap jejeran baju miliknya. Sebagian adalah pakaian yang ia bawa dari rumah, dan sebagian lainnya disediakan saat ia pindah ke rumah itu. Kanaya mendesah putus asa teringat permintaan Bastian melalui pesan singkat. “Pakailah sesuatu yang kusuka.” Tetapi saat Kanaya bertanya padanya apa yang dia suka, pria itu tidak memberi jawaban. “Apa yang harus aku pakai?” ucap Kanaya pelan sambil memilah-milih pakaian yang ada di dalam lemari itu. Ia sama sekali tidak tahu apa yang Bastian suka. Benak Kanaya berkelana memikirkan Elsie. Elsie adalah wanita yang dicintai Bastian. Jadi pasti apa yang dipakai oleh Elsie adalah semua hal yang disukai Bastian. Seingat Kanaya, Elsie adalah seorang wanita sosialita yang modis dan fashionable. Apa yang dia kenakan dari ujung rambut hingga ujung kaki adalah barang-barang bermerk, glamor dan mewah. Kanaya tidak punya itu semua. “Aaahh!” Kanaya k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-23
Baca selengkapnya

Bab 39 Ingin Aku Menyentuhmu?

“Maaf Pak, maksud saya, ini kan restoran. Apa Pak Ezra tidak salah lantai?” Kanaya bertanya lebih lanjut. Ia yakin mereka turun di lantai yang salah. Mungkin Ezra lupa atau apa. Ezra tersenyum. “Tidak, Bu. Bapak memang ada di sini. Mari, Bapak sudah menunggu.” Kanaya yang masih tercengang tidak percaya. Namun segera mengikuti Ezra masuk ke dalam restoran. Seakan sudah mengenali Ezra, pelayan restoran itu mempersilahkan mereka masuk begitu saja, melewati banyak pintu dan akhirnya berhenti di depan sebuah ruangan bertuliskan VIP. “Saya antar sampai di sini. Ibu silahkan masuk saja. Bapak ada di dalam.” Setelah mengatakan hal itu, Ezra pun pamit undur diri karena masih ada tugas lain yang harus ia kerjakan. Ezra turun kembali ke lantai dasar. Di dalam lift, pikirannya kembali pada hubungan Bastian dan Kanaya. Hal yang wajar jika Kanaya merasa heran. Sebab Ezra sendiri juga tidak menyangka jika bosnya itu akan mengajak istri sirinya makan berdua di restoran mewah di hotel itu, se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-23
Baca selengkapnya

Bab 40 Kristal Penuh Makna

“Apa ini Pak?” Kanaya beralih menatap Bastian. Bastian membuka kotak merah itu dan mengambil isinya. Sebuah gelang emas dengan hiasan berbagai macam batu-batuan berwarna-warni yang terangkai dibagian atasnya. “Ini di sebut fertility bracelet,” terang Bastian sambil menunjukkan gelang itu kepada Kanaya. “Batu-batu kristal yang ada di sini dipercaya bisa meningkatkan kesuburan dan mempercepat kehamilan.” Bastian menerangkan sambil memasangkan gelang itu dipergelangan tangan kiri Kanaya. Ia lalu mengangkat tangan Kanaya sehingga berada dekat dengan keduanya. Kanaya menahan nafasnya, menunggu apa yang akan dilakukan Bastian. “Yang putih kebiruan ini di sebut moon stone, dipercaya bisa menyeimbangkan hormon,” terang Bastian sambil menunjuk salah satu batu yang ada di gelang itu. Perlahan Kanaya menghembuskan nafas lega. Ternyata Bastian hanya menerangkan padanya tentang gelang itu. Ia lalu menunjuk batu lain yang berwarna biru kehijauan. “Yang ini namanya turquoise. Dip
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
46
DMCA.com Protection Status