All Chapters of Tuan Jake, Nyonya Laura Ingin Bercerai: Chapter 31 - Chapter 40

256 Chapters

31. Sejauh Apa Hubungan Mereka?

“Fidella—”“Melihatmu seasing ini ….” Fidel menjeda bicaranya, gadis itu menunduk dan meremas jemarinya. “Aku yakin kamu pasti lupa bahwa aku pernah menyelamatkan hidupmu,” lanjutnya. “Makanya sekarang kamu membenciku.”“Aku tidak membencimu, Fi,” tanggap Jake. “Dan aku tidak akan melupakan bahwa kamu pernah menyelamatkan hidupku.” Fidel tertawa lirih, ia kembali mengangkat wajahnya.Jake bisa menemukan manik cokelatnya yang tampak mengkilat tetapi itu karena netranya terbingkai oleh air mata.“Tapi kamu berubah, Jake.”“Apa yang berubah dariku memangnya? Aku hanya—““Jake yang aku kenal tidak akan pernah membentakku,” potongnya. “Baiklah—” ia tersenyum tegar. “Aku dan Tante Alina bisa pulang sendiri.”Fidel berjalan pergi meninggalkan Jake yang mematung di tempatnya. Sedangkan kepala pria itu berputar untuk melihat ke arah lobi, tempat di mana Laura berdiri di sana sebelumnya tetapi kini ia tak tampak lagi.‘Dia sudah pergi naik taksi?’ tanyanya dalam hati.Jake membuang napasnya,
Read more

32. Wanita Yang Memenangkan Hati Zafran

“Laura?” tegur Daniela karena Laura hanya termangu setelah ia mengatakan bahwa ia akan melihat gaun untuk pernikahannya.“Y-ya?”“Apakah ada gaun di sini?” tanyanya. “Aku harap kamu mengatakan, ‘ada, banyak’ jadi aku tidak akan menangis.”Meski tak tahu apa maksudnya, Laura mengangguk menjawabnya. “Ada, banyak.”“Oh, syukurlah ….”“Tapi mungkin tidak sesuai seleramu,” kata Laura. “Atau bahkan lebih buruk dari yang kamu pikirkan.”“Aku belum melihatnya. Jadi aku tidak akan menilai sebelah pihak.”Mendengar hangatnya tanggapan gadis itu, Laura akhirnya membuka pintu lebar-lebar, dan satu langkah menyisih saat mempersilahkannya masuk.“Silahkan masuk,” ucapnya. “Ada beberapa yang sudah aku gantung, tapi yang di dalam box itu juga masih banyak,” tunjuk Laura pada gaun-gaun yang telah ia rapikan dan simpan di dalam cover gown, dan pada box besar yang masih ada di lantai juga.“Aku akan melihatnya, terima kasih, Laura.”Laura mengangguk, membalas senyum Daniela yang tak sepanik sebelumnya s
Read more

33. Hubungan Suami-istri

“T-tidak mungkin!” sanggah Laura. “Dokter bilang kalau aku hanya mengalami gangguan pencernaan, Pak Zafran. Makanya aku sering mual beberapa waktu terakhir ini,” lanjutnya.Mendengar hal itu, sepasang alis lebat Zafran berkerut, “Kenapa kamu mengalami gangguan pencernaan, Laura?” tanyanya keheranan.“Efek samping obat yang aku minum,” jawabnya.“Ada baiknya kamu periksa lagi,” saran Zafran. Dagunya mengedik pada Laura saat tatapan cemasnya belum mau pergi. “Wajahmu terlihat pucat.”Laura mengangguk, “Iya, terima kasih.”Laura menunjukkan senyumnya pada Zafran, memperlihatkan dirinya yang kuat meski ia sebenarnya ingin menyerah karena merasa energinya telah terkuras habis.“Laura?” panggil suara Daniela dari ruang ganti.“Iya.”“Bisakah kamu melihat kami?”“Tunggu sebentar!”Ia berjalan lebih dulu untuk menuju pada asal suara, sedangkan Zafran mengekor di belakangnya. Mereka tiba di ruang ganti dan melihat Daniela yang telah mengenakan gaun pengantin pilihannya, model ball gown, off t
Read more

34. Terwujud Di Saat Semuanya Telah Berantakan

Melihat wajah Laura yang tampak tertekan, Elsa urung memintanya untuk masuk ke dalam mobil. Ia kembali membawa langkahnya untuk berjalan mendekat pada Laura dan merentangkan kedua tangannya begitu tiba di hadapannya. Elsa tersenyum seolah sedang mengatakan, ‘Berat ya? Kamu boleh memelukku, Lau.’Laura tidak bisa menahan senyumnya. Memandang Elsa, ia tahu bahwa temannya ini hanya ingin membuatnya tahu bahwa ia tak sendirian. Selalu seperti inilah Elsafana Mahika yang ia kenal sejak Sekolah Menengah Atas. Meski Laura dulu tak begitu dekat dengannya, tetapi satu hal yang ia kenal dari Elsa adalah, ia seorang gadis yang ceria.Laura maju selangkah dan memeluknya, sedetik kemudian mereka tertawa.“Percayalah aku ada di sini,” kata Elsa. “Apapun yang ingin kamu lakukan, kamu tahu aku selalu mendukungmu. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan, Lau.”“Terima kasih, Sa.”Elsa mengangguk. Ia kemudian bersedekap saat mengatakan, “Karena Jake tidak datang hari ini, upaya damai akan dianggap tida
Read more

35. Dua Garis Merah

“Masuklah, Fi,” kata Laura dengan satu langkah menyingkir, mempersilahkan dan memberi jalan untuk Fidel masuk ke dalam rumah. Laura menyaksikan gadis dengan dress di atas lutut itu kemudian duduk di sofa. Ia menyapukan pandang ke seluruh ruangan secara singkat sebelum tatapannya berhenti pada Laura yang berdiri tak jauh darinya. “Mau minum apa, Fi? Aku bisa—” “Tidak perlu, Lau,” potongnya. “Aku buru-buru, kamu tidak perlu membuatkan minuman untukku.” Ia melemparkan senyumnya yang manis pada Laura. Tak ingin memaksakan kehendaknya karena Fidel dengan terang telah menolaknya, Laura akhirnya memutuskan untuk duduk berseberangan dengannya. “Apa yang ingin kamu katakan?” tanya Laura. Gadis itu memiringkan kepalanya sekilas ke kiri, gerakannya terlihat anggun, seolah apapun yang dia lakukan bisa menghipnotis orang lain. “Aku tahu soal gugatan ceraimu pada Jake,” jawabnya lirih. Ia menunduk sejenak sebelum wajahnya yang cantik kembali ia perlihatkan. “Turut sedih mendenga
Read more

36. Dicampakkan Wanita Cacat

“Ada apa, Mam?” tanya Jake, mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi sehingga ibunya histeris seperti ini. Alina datang dengan wajah yang tampak tertekan. Ia berdiri di depan Jake, mata mereka bertemu di bawah cahaya lampu ruang makan. Kebisuan memerangkap mereka selama beberapa lama sebelum suara gemetar Alina menghancurkannya. “Mama dipermalukan,” jawab Alina, air mata masih belum berhenti dari sepasang netranya. “Siapa yang mempermalukan Mama?” “Mama datang ke pesta ulang tahun teman Mama dan bertemu dengan ibunya Fidel,” jawabnya. “Dia bertanya kenapa kamu diceraikan oleh perempuan itu!” lanjutnya menggebu. Ia mengusap dadanya beberapa kali, seolah sedang meredam gejolak yang menjadi kemelut di dalam sana dan membakar hatinya dengan rasa marah. Alina terisak-isak, “Dia mengungkit soal kamu dan Fidel yang hampir menikah, dan menyebut ini adalah balasan karena kamu meninggalkan Fidel demi menikahi perempuan pincang itu tapi akhirnya diceraikan!” Alina meraih kerah kemeja
Read more

37. Langkahku Menujunya Terasa Gamang

“Tolong jangan bersikap seperti ini!” bentak Jake. Ia menatap Alina yang duduk merosot di lantai begitu menjumpai bahwa pisau itu menggores telapak tangan anak lelakinya sendiri alih-alih menyayat pergelangan tangannya.Jake meraih pisau dari genggaman Alina dan melemparnya menjauh sebelum benda itu memakan korban.“Kenapa kamu mencegah Mama, Jake?” tanya Alina. “Mama sebaiknya mati jika kamu hanya diam saja dan tidak melakukan yang Mama minta, atau kamu lebih rela Mama dan keluarga kita dipermalukan oleh banyak orang.”“Mama … tidak akan ada yang mati! Tolonglah ….” pinta Jake. “Jangan melukai diri sendiri atau memiliki keinginan untuk bunuh diri begini!”“Akan Mama lakukan, asalkan kamu bersedia menikah dengan Fidel.”Jake memandang Alina. Matanya memanas. Kepalanya tak bisa berpikir jernih saat ia merasakan telapak tangannya yang mengucurkan darah ini perlahan memberinya rasa perih.Ia membuang kasar napasnya, sebelum akhirnya memberi sang ibu jawaban, “Akan aku pikirkan nanti,” k
Read more

38. Sudah Terlambat

“Jika kamu sedang bercanda, ini tidak lucu, Zafran!” kata Jake.“Apakah hal seperti ini masih bisa kamu sebut sebagai sebuah candaan, Jake?” Desah napas Zafran seolah mengatakan bahwa ia tak habis pikir atas kalimat yang baru saja ia dengar ini.Amarah terdengar kental dari caranya berucap.Dan mendengar Zafran yang marah, membuat Jake seketika terdiam. Sejenak ia tak tahu harus melakukan apa.“Laura … tidak pernah mengatakan bahwa dia sedang hamil,” katanya. “Jadi bagaimana bisa dia—”“Tanyakan pada dirimu sendiri, Jake!” potong Zafran masih dengan giginya yang menggertak. “Apa yang kamu lakukan pada Laura sampai dia tidak mengatakan bahwa dia sedang hamil?”“Kami—”“Itu karena kamu tidak pernah menganggapnya ada,” katanya. “Karena kamu menganggap apapun yang disampaikan oleh istrimu adalah sebuah bentuk aduan yang kekanakan. Makanya dia tidak mau mengatakan seperti apa kondisinya padamu.”Jake termangu, ia bisa menemukan keengganan berbalut rasa muak dari cara Zafran menghardiknya.
Read more

39. Seperti Itukah Rapuhnya?

“Aku tidak peduli dengan larangan Zafran!” kata Jake, membulatkan tekad.Dengan langkah yang berat, dan meski Zafran tak mengizinkannya mengikuti ke mana Laura dibawa pergi, Jake tetap mengayunkan kakinya untuk menyusul.Rupanya, ruang pemulihan pasca kuret yang dimaksudkan oleh dokter tadi adalah sebuah ruang rawat yang cukup besar. Jake tidak perlu mempertanyakan lagi siapa yang meminta Laura untuk ditempatkan di dalam ruang terbaik di sini. Itu sudah pasti adalah Zafran.“Tapi di mana dia?” tanyanya pada diri sendiri.Pria itu tak tampak batang hidungnya, entah ke mana perginya, atau mungkin memang ada urusan yang sedang ingin ia selesaikan di luar.Atau ....Entahlah!Tetapi bagi Jake, ini adalah sebuah kesempatan.Ia berjalan mendekat, merapat ke arah jendela. Menyaksikan seorang wanita dengan selimut biru menutupi tubuhnya. Yang belum lama ini ia sangka sebagai mayat, tengah terbaring di dalam sana.Kini, Laura tampak begitu rapuh. Atau ... memang seperti itulah dia sejak dulu?
Read more

40. Menghapus Jelaga Hati

“Itu bukan salahmu,” ucap sebuah suara bariton seorang pria yang datang dari sebelah kanannya. Seolah lepas dari pengawasannya, Laura tidak tahu sejak kapan pria itu berdiri di sana dan mengamatinya hingga memutuskan untuk membuka suara. Zafran. Laura menunduk, menyeka air matanya, menyembunyikan kesedihannya meski ia tahu itu adalah sebuah kesia-siaan. Daripada orang lain, Zafran adalah orang yang paling mengerti luka Laura sebab ia adalah saksi peristiwa yang merenggut kebahagiaannya yang akan menjadi seorang ibu. Langkah pria itu terdengar bergema saat ia berjalan untuk mengikis jarak, guna mendekatkan dirinya pada Laura yang masih duduk di atas ranjang rawatnya. “Yang terjadi sekarang ini bukan salahmu, Lau,” kata Zafran sekali lagi. Suaranya serak dan juga parau. “P-Pak Zafran menginap di sini?” tanya Laura, tak ingin menunjukkan wajahnya pada Zafran. “Di luar,” jawabnya. “Kamu tidak boleh diganggu setelah operasi semalam.” Mendengar jawaban itu barulah Laura mengangkat
Read more
PREV
123456
...
26
DMCA.com Protection Status