Home / Rumah Tangga / Maaf, Aku Memilih Mundur / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Maaf, Aku Memilih Mundur: Chapter 71 - Chapter 80

90 Chapters

Bab 71

“Dimana sih, kata Siska disini. Bener ‘kan ini tempatnya?”Seorang wanita cantik tampak menggerakkan tubuhnya, berputar ke segala arah. Tak hanya itu, kepala wanita itu pun terlihat celingak celinguk ke kanan dan kiri. Memindai segala tempat dan sisi yang bisa dijangkau oleh netranya. Namun, hingga lebih dari satu jam berlalu. Wanita itu masih juga belum menemukan apa yang ia cari. Terik matahari kian membakar tubuhnya. Membuat bulir keringat mulai mengalir dan membasahi wajah serta bajunya. “Awas aja si Siska. Kalo sampe ketauan dia lagi ngerjain aku!” rutuk Devi yang mulai kesal dan kelelahan. “Liat aja, apa yang bakal aku lakuin ke si sipit itu!”Akhirnya, ibu dua anak tersebut memilih untuk beristirahat sejenak. Kemudian mengayunkan kaki, menyambangi sebuah warung kopi yang berjejer di pinggir jalan. Meski ada lima buah warung kopi sekaligus, tapi mereka sama sekali tak menjadikan itu sebagai sebuah beban. Sebab mereka yakin jika rezeki sudah tertakar dan tak akan tertukar. “Iy
last updateLast Updated : 2024-09-02
Read more

Bab 72

“Ada hak apa kau mengatakan hal itu?”“Atas dasar apa kau melayangkan tuduhan menjijikan seperti itu?”“Taukah kau, siapa yang kau sebut wanita licik itu?”Deretan kalimat menohok dilontarkan oleh sosok yang kini berdiri tepat di belakang tubuh Yessi. Tanpa mengenal rasa takut, Yessi segera berbalik. Ia bukanlah wanita yang mudah diintimidasi. Dengan pongah dan tatapan mata meremehkan, Yessi menyisir sosok wanita bermata sipit itu, dari ujung kaki hingga ujung kepala. “Siapa kau? Dan apa hubunganmu dengannya?”“Aku tak mengenalmu. Jadi ada baiknya bagimu, untuk tak usah ikut campur urusanku dengan wanita itu,” desis Yessi dengan nada ancaman. ‘Melihat dari penampilannya, sepertinya dia bukanlah orang sembarang,’ batin Yessi yang masih terus memperhatikan sosok di hadapannya. Tak kalah dengan Yessi, wanita bermata sipit yang tak lain adalah Siska, sahabat Devi, kini menatap tajam pada mantan kakak ipar sahabatnya. Ia memang tak mengenal persis siapa Yessi, namun ia bisa menebak sifa
last updateLast Updated : 2024-09-04
Read more

Bab 73

“Kenapa menatapku begitu?”“Kau bertanya apa maksudku? Bukankah harusnya aku yang bertanya seperti itu padamu?”Siska menatap Yessi dengan tatapan yang sulit diartikan. Sebab wanita itu malah melayangkan pertanyaan padanya. “Apa maksudmu mengundang mereka duduk disini?” Yessi kembali mengulangi dan memperjelas maksudnya. “Apa kau ingin mencoba mempermalukan aku?”“Ha ha ha ha ha, lucu sekali mantan kakak iparmu ini, Dev. Benar benar lucu!” Bukan menjawab Siska malah justru tertawa hingga terpingkal pingkal. “Sebenarnya, apa yang ibumu berikan saat kau bayi. Sampai ketika dewasa begini, kau begitu sangat genius.”Semua orang yang berada di warung kopi tersebut tampak saling berbisik. Kala mendengar ucapan Siska yang seolah tengah bermaksud menyanjung Yessi, padahal hal itu sebenarnya dilakukan untuk membuat Yessi malu. Mendengar bisik bisik dan tatapan miring pada dirinya, sontak membuat Yessi berang dan semakin merasa kepanasan. Jika saja bisa dilihat, asap sudah mulai menguar, kelu
last updateLast Updated : 2024-09-05
Read more

Bab 74

“Lebih baik kita pulang, berada disini pun tak akan membuat sesuatu menjadi lebih baik.”“Nggak, Bii! Mereka harus tau! Aku nggak mau mereka mengira jika Devilah yang bersalah. Karena-” Siska dengan tegas menolak dan membantah ucapan suaminya. Pria yang ia panggil ‘Abii’ itu meminta sahabatnya menyudahi drama ini. Namun, ini masih belum cukup bagi Siska. Sudah cukup dengan Devi hanya diam, menerima semua tuduhan buruk yang dilontarkan kepada wanita itu. Kali ini Siska ingin semua orang tahu, jika sahabatnya itu tidak bersalah. “Sayangku, kamu pasti pernah mendengar kalimat ini. Akan percuma menjelaskan sesuatu pada orang bodoh, karna mereka hanya akan percaya pada kebodohannya,” ujar Arya mencoba menjelaskan pada istrinya. “Biarkan mereka berkutat pada pemikiran mereka sendiri.”“Iya, Bii … aku tau, tapi ‘kan.”Wanita berkacamata itu ingin menyela, namun ternyata suaminya itu belum selesai dengan kalimatnya. “Sebab kita tak perlu berkoar-koar menjelaskan apapun tentang kita. Kenap
last updateLast Updated : 2024-09-07
Read more

Bab 75

“Puas kamu sekarang? Dasar!”Siska masih bersungut-sungut, merasakan kekesalan yang mendalam pada sahabatnya. “Bii, habis ini kita cuci mobil, ya. Bila perlu ganti mobil. Biar gak kena virus gatel!” Wanita bermata sipit itu masih mengomel dan semakin menjadi-jadi. Melihat hal tersebut membuat Devi tertawa kecil. Ia tahu betul bagaimana sikap keras kepala temannya itu. Sementara Arya masih fokus menyetir, tanpa mengacuhkan obrolan istrinya.“Udahlah, Sis. Yang penting kita ke sana. Setelah itu, pulang ke rumah dan selesai masalah,” ucap Devi mencoba menenangkan temannya. “Sabar dikit napa. Jangan marah-marah gitu, ntar cepet keriput baru tau rasa!”“Sip. Aku setuju sama kamu, Dev.” Arya ikut merespons ucapan Devi. “Sayang, daripada kamu kayak cacing kepanasan gitu. Mending buka marketplace. Tuh liat, keranjang kamu udah 99+.”Siska tak merespon, ia hanya melirik ke arah sang suami yang melayangkan senyum manis ke arahnya. “Gak usah senyam-senyum gak jelas gitu! Sengaja mau tebar peso
last updateLast Updated : 2024-09-08
Read more

Bab 76

“Bisa nggak sih kamu jangan terlalu baik sama mereka? Kamu gak lupa ‘kan dengan apa yang mereka lakuin selama ini?”Devi menghela nafas panjang, matanya masih tertuju pada sosok Yogi yang terlihat begitu rapuh. “Aku ingin membantu mereka, Sis.”“Biar apa coba? Buang waktu tauk!” Siska kembali melayangkan kalimat bernada sinis. Matanya terus menatap ke arah yang sama dengan arah pandang sahabatnya. “Entahlah, aku hanya merasa bersalah. Mungkin, bisa aja karena aku, Yogi jadi begini.” Devi menoleh, mengalihkan pandangan ke arah sang sahabat. Disaat yang sama, wanita berkacamata itu juga menoleh. Membuat tatapan mereka bertabrakan. Arya mengangguk mengerti. Ia tahu betul perasaan bersalah yang dirasakan Devi. “Aku setuju denganmu, Dev. Dengan nama kemanusiaan, aku rasa kita memang harus melakukan sesuatu.”“Cih! Kemanusiaan? Benarkah?” Seringai Siska tampak mengerikan saat mengajukan pertanyaan perihal apa yang dikatakan sang suami. “Kalian ini kenapa sih sebenernya?”“Masih belum lupa
last updateLast Updated : 2024-09-09
Read more

Bab 77

“Aku gak nyangka, sehancur ini mereka. Tapi, aku juga bingung, harus kasian atau-”“Sayang ….”Arya kembali bersuara, mencoba menghentikan sang istri yang masih terus membicarakan keluarga dari mantan suami sahabat mereka, Devi. Siska langsung menoleh ke arah sang suami, dan melihat gelengan kepala laki-laki itu. Bahkan, Arya dengan sengaja berbicara dengan bahasa mata agar Siska mengerti alasannya menghentikan ocehan wanita itu. “Kenapa, Dev?” tanya Siska kemudian. Sesaat setelah dirinya mengikuti arah kode mata sang suami. “Kamu masih mikirin keluarga mantan suami mu itu?”“Aku hanya tak habis pikir, bagaimana mungkin Bang Handoko bisa setega itu pada Yessi. Yang aku tau, dia pria yang baik dan sangat menyayangi Rossi, anak mereka, tapi-”“Dev, sebagai sahabat baikmu, aku cuma mau bilang. Stop memikirkan sesuatu yang diluar kendali dan jangkauan mu. Tau gak, jika hukum negara tak bisa berlaku, ingatlah hukuman dari Yang Kuasa itu tak akan pernah salah sasaran. Siapa yang tau kalo
last updateLast Updated : 2024-09-13
Read more

Bab 78

“Tidak … lepaskan aku, tolong ….”Suara e-rangan dan teriakan Yessi terdengar pilu. Tak ada yang tahu nasib dari wanita itu usai dibawa oleh atasan dan juga rekan bosnya tersebut. “Aku mohon, jangan seperti ini. Setidaknya perlakuan aku seperti layaknya manusia-”Suara wanita berambut pirang tersebut terputus, setelah sekepalan kain masuk ke dalam mulut wanita itu. Senyum seringai sosok tinggi besar yang kini menatap ganas pada Yessi tersebut, terlihat menakutkan. Tak hanya itu, bahkan saat ini sosok tersebut sudah bersiap untuk kembali melanjutkan aksinya. Dengan bibir yang ditarik sebelah, hingga menimbulkan senyum tak simetris, sosok yang kini hanya memakai kaos tanpa lengan berwarna hitam tersebut, mulai berjalan perlahan. Mendekat ke arah Yessi yang sejak tadi berusaha menjauh dari jangkauannya. “Mau kemana cantik? Bukankah, kau yang menawarkan diri ikut denganku. Lalu kenapa sekarang kau malah menjauh?” ujar sosok tersebut sambil membelai lembut wajah wanita di hadapannya.
last updateLast Updated : 2024-09-15
Read more

Bab 79

“Nak Arya-”“Baiklah, aku tak punya banyak waktu. Mungkin sudah cukup aku membantu kalian sampai disini saja,” ujar Arya dengan nada tegas. Namun, tanpa disangka. Kejadian setelahnya malah membuat Jubaedah ternganga tak percaya. Sebab, di depan matanya ia melihat kejadian yang sudah lebih hari setengah tahun ini tak ia lihat. “Yo-yogi ….”Ya! Saat ini, Yogi sudah dalam posisi berdiri tepat di sisi kiri Arya. Meski laki-laki itu masih tampak ragu dengan kepala yang tertunduk, tapi bagi Arya ini satu langkah yang akan mempermudah rencana mereka. ‘Bagus, ini berhasil.’Arya sekilas menoleh ke sisi kiri, kemudian mulai mengayunkan kakinya. Namun sebelum itu … “Anda cukup berjalan di sisinya, tanpa harus memperlakukan dia secara istimewa,” tutur Arya tegas. Pria itu tak menyebutkan nama, namun Jubaedah tetap mengangguk. Sebab wanita paruh baya tersebut sadar. Jika pria yang kini tengah membelakangi dirinya memang sedang berbicara k
last updateLast Updated : 2024-09-16
Read more

Bab 80

“Jadi, kau masih mengingat mereka?”Sebuah anggukan kepala dihadiahkan pada Arya, sebagai jawaban atas pertanyaan laki-laki itu. Puk! Kemudian, dengan tegas Arya menepuk pundak pria yang kini masih terus menatap dirinya. “Perbaiki dirimu! Setidaknya, sebelum kau bertemu mereka.”“Bukankah, kau ingin Rayyan dan Roni mengenalimu dan kembali memanggil ‘Ayah’ kepadamu?” tegas Arya pada mantan suami Devi tersebut. “Rayyan … Roni …,” ucap Yogi lirih dengan wajah sendu. Bahkan selaput embun sudah mulai menutup pandangannya. Arya terus memberikan afirmasi positif pada pria itu, berharap itu bisa sedikit membuat Yogi menemukan kembali semangatnya untuk sembuh. Setelah memastikan Yogi aman dan tak akan kembali berulah hingga menimbulkan masalah. Kemudian … “Ya sudah, kalian istirahatlah. Saya pamit undur diri. Masih banyak hal yang harus saya kerjakan,” tukas Arya pada pasangan ibu dan anak tersebut. Jubaedah kembali mengucapkan terima kasih berkali-kali. Wanita paruh baya itu sangat bers
last updateLast Updated : 2024-09-18
Read more
PREV
1
...
456789
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status