"Terima kasih ya, Kania. Kamu udah ngertiin saya," ucap Adi sembari memeluk Kania lebih erat. Di tempat lain, Kania justru bergeming mendengarnya. Logika sedang berperang dengan perasaan. Hati berkecamuk hebat menuntut untuk mendapatkan hak, sementara otak memaksa untuk berpikir kritis bahwa setiap keputusan memiliki konsekuensi. "Pak," panggil Kania, pelan. "Hmm?" gumam Adi. "Apa yang terjadi jika sekiranya Ibu tahu tentang kita?" Giliran Adi yang bergeming. Entahlah, dia pun bingung menjawabnya. Kembali mengulang kisah dengan sang istri di dalam kepalanya, memang akhir-akhir ini mereka tampak tak baik. Tapi, jika harus mengungkap tentang dirinya dan Kania saat ini, sepertinya Adi masih enggan. "Biarkan saja dulu seperti ini, ya?" sahut Adi setelah lama diam. Dia menarik diri upaya menatap wajah Kania. "Kamu mau tetap diam, kan?"Kania menelisik lebih dalam pahatan wajah Adi serta kilat matanya yang legam yang tak pernah tidak membuat Kania berdebar, lantas mengukir senyum keci
Baca selengkapnya