All Chapters of Kania (Gairah Seorang Pembantu) : Chapter 21 - Chapter 30

69 Chapters

Bab 20

"Oke, oke. Duluan ya?" seru Adi pamit pada teman-teman seta kerabat.Di tengah langkah menuju mobil, Adi diam-diam melirik istrinya yang berjalan santai bahkan tangannya masih enggan dilepas."Arumi," panggil Adi.Yang bersangkutan menoleh. "Hmm?"Sebelum bertanya, Adi membasahi kerongkongannya terlebih dahulu. "Gimana pendapat kamu kalau seandainya aku ketahuan selingkuh?"Arumi tertegun sejenak. Kakinya otomatis berhenti berjalan dengan pandangan yang tak lepas dari sang suami. Pertanyaan Adi barusan terlalu asal. Pertanyaan itu begitu tiba-tiba dan juga terdengar seperti lelucon. Tentunya Arumi tertawa kecil. "Kamu selingkuh, Mas? Emang ada yang mau?"Adi berdehem kecil. "Kan aku bilang seandainya."Arumi seperti menimbang-nimbang dalam kepalanya, jawaban apa sekiranya yang akan diberikan jika pertanyaan suaminya ini benar-benar terjadi. Sambil mengusap-usap dagunya, Arumi pun menatap sang suami dengan pandangan menyipit, "Aku bakal tinggalin kamu biar kamu bisa bahagia sama piliha
Read more

Bab 21

"Arumi, dengerin aku dulu."Arumi sudah terlalu keki hingga tak berminat lagi mendengarkan ucapan suaminya. Inilah yang Arumi benci dari Adi. Suaminya itu terlalu berpikiran sempit. Adi mau dirinya hanya fokus pada rumah, yang seharusnya bisa dikerjakan oleh art.Prinsip Arumi saat menikah dulu adalah hidup dengan visi-misi yang sama. Sama-sama mau menerima posisi serta peran masing-masing sesuai dengan apa yang seharusnya.Arumi mampu menjalankan tugas seorang istri. Dia mau mengandung anak, melahirkan, hingga membesarkan anak. Bukankah seharusnya itu sudah cukup? Adi itu berkecukupan. Dia mampu menyewa seorang pembantu. Tapi kenapa pemikirannya justru menyimpang hingga merasa kalau Arumi harus bersikap layaknya istri-istri di jaman dulu.Di mana kebebasan seorang perempuan terbatas. Seolah-olah perempuan tercipta hanya untuk menjadi budak nafsu, serta asisten pribadi untuk suaminya? Itu terlalu norak bagi Arumi. Sampai kapan pun, jika dirinya masih sanggup, Arumi hanya akan menjalan
Read more

Bab 22

Sebelum keluar dari 'tempat persembunyiannya', Adi berupaya keras menangkan debaran jantungnya. Dia membuang napas begitu banyak, berharap nanti Arumi tidak menyadari apa-apa darinya. "Eh, Mas. Kamu di sini? Ada liat Kania, nggak?" tanya Arumi begitu mendapati potret yang suami muncul. Adi mengangkat bahunya. "Nggak tuh. Kayaknya masih di kamar Azka, nggak?" jawab Adi, benar-benar berharap sang istri tidak curiga. "Duh, biasanya udah muncul tuh anak. Udah deh. Aku ke kamar Azka dulu, ya?" Adi mengangguk. "Aku buatin sarapan mau nggak?" serunya sebelum Arumi lebih menjauh. Tentu saja istrinya itu menoleh dengan pandangan yang semakin keheranan. "Kamu kenapa sih, Mas? Ada yang aneh deh dari kamu. Kamu nyembunyiiin apa dari aku?" tanggap Arumi. "Nggak." Adi menggeleng cepat. "Cuma buat sarapan masa jadi aneh sih?" "Terserah deh." Arumi benar-benar tidak percaya dan malah membuatnya jadi kebingungan sendiri. Kakinya kembali berjalan tak menjawab dulu pertanyaan Adi tadi. Setelah A
Read more

Bab 23

Arumi masih tidak paham siapakah orang yang dimaksud oleh pembantunya itu. Akan tetapi, karena bukan menjadi urusannya atau mungkin wewenangnya untuk mengatur kehidupan pribadi Kania, membuat Arumi banyak-banyak mengabaikan. Paling tidak untuk urusan asmara, Arumi tidak membatasi Kania sama sekali. Asalkan masih dalam tahap wajar dan tidak merugikan siapa pun."Menurut kamu Kania itu cantik nggak sih, Mas?" tanya Arumi sembarang."Uhuk." Tanpa sengaja Adi malah terbatuk. "Apaan sih? Pertanyaan kamu kayak nggak ada yang lain aja.""Lah, aku cuma nanya gitu doang. Lagian salah ya aku nanya gitu? Respons kamu aneh banget.""Ya nggak gitu. Kan ada pertanyaan lain gitu. Semisal, kapan kita pacaran lagi. Atau kapan kita mulai memikirkan masa depan?" sergah Adi berupaya untuk mengabaikan tentang Kania.Arumi seketika saja menatap sang suami yang tengah lahap menyantap roti buatan pria itu. "Membahas masa depan yang seperti apa, Mas? Emang masa depan yang kayak gimana lagi yang kamu mau? Buka
Read more

Bab 24

"Iya, Bu–""Kania!" tekan Adi manakala Kania menyahut suara Arumi alih-alih dirinya.Keduanya kembali bertemu tatap dengan masing-masing kejengkelan yang ada. Adi benar-benar tidak percaya kalau gadis polos ini bisa berubah sedemikian rupa. Sangat jauh berbeda dengan Kania yang sebelumnya."Kenapa, Pak? Apa yang salah? Saya cuma bantuin Bapak nyahutin suara Ibu. Bukannya Bapak pernah bilang kalau Bapak kesal Ibu marah-marah terus?" gumam Kania masih ingat betul bagaimana di berbicara tentang hal itu."Itu berbeda! Saya sayang sama istri saya, saya cinta sama dia! Saya nggak akan terima kalau ada yang mencoba merusak pernikahan saya. Apalagi kamu, Kania! Saya bisa pecat kamu sekarang juga sekiranya kamu nggak juga berhenti bersikap konyol seperti ini!" Urat-urat dileher pria itu tampak semuanya.Dia benar-benar gusar sekarang. Kalau saja tidak ada Arumi, sudah sejak tadi Adi membentak Kania atau bahkan melepas amarah dengan meratakan seluruh barang-barang yang ada seperti kebiasaannya.
Read more

Bab 25

Perasaan bersalah semakin menjalar didalam hati Aditama Atmaja, pria yang sudah mencurangi istrinya itu. Pikiran positif sang istri benar-benar ampuh mengoyak hatinya sampai merasa kalau menatap mata Arumi saja dirinya seperti sudah tidak pantas. "Hua ... cilup ... ba!" Arumi terdengar bercanda dengan sang buah hati. Begitu terlihat aura seorang ibu yang baik dari pancaran sinar wajah wanita cantik itu. Azka cekikikan sebab guyonan sang ibu yang super menggelitik. Jika saja bayi mungil itu bisa berbicara, pastinya dirinya ingin mengatakan pada sang ini untuk menjadi perempuan yang kuat dan hebat. Karena pada dasarnya, Azka mengetahui semua perbuatan ayahnya dan ibu asuhnya itu. Pancaran mata yang benar-benar tulus, terpapar jelas dari kedua mata sang buah hati. Sayang, Arumi tidak akan tahu apa yang mencoba dijelaskan si bayi mungil itu."Kita kau ke mana nih? Keliling-keliling aja atau gimana?" tanya Adi setelah separuh perjalanan di tempuh. Arumi mengalihkan pandangannya. "Ummm,
Read more

Bab 26

Di sisi yang lain–sebelum Arumi mendapatkan panggilan dari Kania pada ponsel suaminya.Kania tengah sibuk merapikan rumah dengan senandung ceria dari bibirnya yang berpoles warna merah. Sesekali dia menatap diri di pantulan cermin lemari di sekitarnya, lantas senyum-senyum sendiri karena membayangkan aksinya tadi pagi dengan Adi.Dia berputar, menari sendirian dengan suasana hati yang benar-benar menyenangkan.Tak lama, dering ponsel Kania menginterupsi. Dengan decak sebal dari bibirnya, tangannya merebut benda pipih itu yang menunjukkan nama sang ibu di dalam sana.Seketika kerutan dahi Kania tercetak. Detik berikutnya, keresahan yang sempat menerpa itu langsung lepas saya ingat tentang hubungannya dengan Adi. Kali ini, apa pun yang dibutuhkan orangtuanya atau mungkin adiknya tidak akan terkendala apa pun. Semuanya akan di tanggung olehnya tentunya dengan bantuan laki-laki yang dia sematkan dalam hatinya."Halo, Buk? Ada apa? Ibu butuh uang berapa?" tanya Kania tanpa basa-basi."Halo
Read more

Bab 27

"Kania, tenang!" gertak sang ibu, sudah tidak tahan lagi. Reaksi Kania benar-benar diluar prediksi Hayati. Apalagi mendengar setiap kalimat yang mengudara dari lisan sang putri."Gimana Kania mau tenang, Buk!?" balas perempuan itu dengan suara yang memekik. Matanya mulai memerah, basah. Bibirnya bergetar hebat, kian sakit rasanya tatkala menatap binar mata sang ibu. "Coba katakan, Buk. Gimana caranya Kania bisa tenang di tengah semua takdir buruk ini? Padahal baru aja Kania merasa bahagia tapi kenapa Tuhan mengambil semuanya gitu aja? Kenapa!""Nggak ada yang ngambil apa pun dari kamu, Kania. Kamu yang kurang bersyukur. Harusnya bukan dengan cara ini kamu menghadapi masalah!" sergah Hayati, sudah habis kesabaran melihat putrinya. Kuat-kuat Hayati memegangi dua bahu Kania menjaga pandangan perempuan itu agar tak beralih."Sekarang Ibuk tanya, dosa apa yang udah kamu buat sehingga kamu bisa dapat ujian seberat yang kamu maksud ini? Dan ditengah dosa itu, apa Tuhan yang kamu bilang nggak
Read more

Bab 28

"Lho, kenapa ditolak, Mas? Siapa tahu Kania nelpon karena ada yang penting?" ujar Arumi ketika panggilan dari Kania ditolaknya begitu saja."Duh, palingan juga nanya tentang rumah. Nggak penting itu," sahut Adi, beruntung karena bisa langsung menolak panggilan tersebut."Siapa tahu nggak?"Adi menatap lama ponselnya. "Tuh, nggak di telpon lagi, 'kan? Berarti memang nggak penting. Lagian kalau emang penting ngapain dia nelpon aku, kan bisa ke kamu langsung."Arumi lantas mengangguk-angguk, ikut memikirkan hal yang sama. Dia juga jadi merasa aneh, kenapa Kania malah menghubungi suaminya alih-alih dirinya.Tak lamar, perjalanan yang memakan waktu hampir dua jam itu pun akhirnya usai. Kedua sudah tiba di pelataran parkir rumah Adi sebelum menikah, alias rumah orangtuanya.Tanpa basa-basi keduanya langsung masuk, yang lantas saja memuat tuan rumah kaget bukan kepalang. Karena mengingat sudah hampir satu tahun terkahir, tidak lagi pernah kedua sejoli itu mampir atau sekadar menghubungi kelu
Read more

Bab 29

Di tempat lain, ada Arumi yang tampak ragu-ragu ingin bercerita pada ibu mertuanya tentang prahara rumah tangganya yang saat ini sedang ada sedikit masalah. Memang, ini mungkin masih bisa dikategorikan masalah umum yang dirasakan setiap pasangan yang sudah menikah. Hanya saja, Arumi merasa kalau dirinyalah yang salah sehingga ingin meminta pencerahan dari orang yang mungkin lebih tahu. "Ma," panggil Arumi, pelan. Dia masih tampak ragu-ragu. "Hmm? Kenapa, Nak?" Arumi masih enggan bercerita. Seolah banyak pertimbangan dalam kepalanya, apakah masalah ini pantas diceritakan atau malah tampak berlebihan. "Hei? Kenapa kamu?" tegur sang ibu saat mendapati Arumi malah diam."Itu ... Arumi pengen cerita dikit sama Mama." Diyah lantas mengajak Arumi untuk duduk sebentar. Sebenarnya ibu mertuanya itu pun sudah curiga sejak awal. Seperti ada yang salah, hanya saja enggan untuk langsung bertanya. Takutnya dirinya malah dibilang ikut campur masalah rumah tangga anak. "Kenapa? Coba cerita?"
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status