Semua Bab Kania (Gairah Seorang Pembantu) : Bab 11 - Bab 20

69 Bab

Bab 10

Perasaan campur aduk tadi semakin tak beraturan ketika melihat sepasang majikannya tampak tenang duduk bersama di meja makan. Perasaan tadi Arumi bilang mau pergi senam yoga, tetapi kenapa malah berakhir nongkrong di meja makan bahkan dengan Adi yang sama-sama sibuk dengan ponselnya. Walau pun demikian, tak mengurung perasaan tidak suka Kania muncul. Dia tidak begitu senang jika ada kedamaian yang tergores diantara Arumi dan Adi. "Pak, ini sarapannya," ucap Kania seraya memberikan sepiring roti isi. "Oh, iya," sahut Adi, singkat. Menurut Kania bahkan itu terlalu singkat. Pasti ini karena ada Arumi. Jika Arumi tidak ada di sini, pasti Kania mendapatkan kalimat yang lebih romantis. Lagi-lagi Kania berdecak dalam dada. "Bu, bukannya mau yoga? Kenapa malah di sini?" tanya Kania, pada akhirnya. Terdengar basa-basi, tapi hanya Kania yang tahu kalau maksud ucapannya itu adalah 'kenapa tidak pergi saja!'. "Tiba-tiba saya malas. Mana saladnya?" "Oh, ini, Bu." Kania segera memberikan yan
Baca selengkapnya

Bab 11

Kania sudah tidak tenang sejak tadi sebab Adi belum juga kembali. Belum lagi perginya dengan Arumi yang membuat ketenangan itu sulit menghampiri dirinya.Setelah semua tugas rumah selesai, Kania pun buru-buru berjalan keluar begitu mendengar suara mobil Adi. Dia ingin tahu bagaimana keadaan Azka juga tentangnya apa yang terjadi pada kedua pasangan itu."Azka, Sayang," ucap Kania saat Azka sudah keluar dan masih di dalam gendongan Arumi."Siapin air mandi buat Azka. Ingat, Kania. Saya masih sangat kesal sama kamu. Jangan bikin yang kedua kalinya atau kamu akan saya pecat!" tegur Arumi, kali ini tidak tanggung-tanggung."I-iya, Bu. Sa-saya akan berhati-hati mulai hari ini." Kania menunduk, menyesal.Tidak! Kania tidak mau di pecat. Kalau dia pergi, itu artinya dia tidak lagi bisa melihat Adi. Tidak akan!"Ya udah, sana! Kenapa masih di sini?""Baik, Bu." Segera Kania berjalan cepat guna melakukan perintah.Dia melakukan tugasnya dengan sangat baik karena memang sudah tidak awam lagi. Na
Baca selengkapnya

Bab 12

Malam itu Kania baru saja selesai menidurkan Azka. Kata Arumi, nanti sekitar pukul sepuluh malam baru Azka di antar ke kamarnya agar bisa tidur bersama. Dan ini masih pukul sembilan malam, tapi Arumi belum juga kembali. Tadi pamitnya pergi sebentar. Tapi sudah dua jam masih belum muncul batang hidungnya.Kania usai melakukan rutinitas malamnya seperti memoles beberapa skincare malam. Kania berniat menunggu Arumi di luar kamar saja, takut kalau majikannya itu nanti semakin sensitif kalau dirinya kembali lalai.Baru saja keluar dari dalam kamar, suara dering ponselnya menginterupsi langkah. Payar ponsel yang menyala menunjukkan nama sang ibu. Entah kenapa tiba-tiba Kania merasa cemas. Karena tidak biasanya ibunya menghubunginya di jam seperti ini."Iya, Buk? Ada apa?" tanya Kania langsung begitu panggilan terhubung."Nduk, kamu ada pegang tabungan nggak? Bapak kamu, Nduk. Dia kecelakaan tadi. Lukanya lumayan berat. Ibuk nggak punya pegangan lagi," adu ibunya dari balik ponsel."Astaghfi
Baca selengkapnya

Bab 13

Suara mesin mobil Arumi mengagetkan Kania yang sedang terbaring lelah di samping Adi. Segera kelopak matanya terbuka penuh bersamaan dengan degup jantung yang memburu. Tubuhnya segera duduk di atas ranjang sambil memegangi selimut agar tetap menutupi tubuhnya yang polos. Kania sejenak menatap Adi yang tak terusik sama sekali. Benar-benar nyenyak tidur pria itu. Hal yang membuat Kania jadi makin tidak tega jika harus membangunkannya apalagi harus terkejut karena kehadiran Arumi. Alhasil, Kania tetap diam walau di luar sana Arumi sudah membunyikan bel berulang kali. Ya, seperti yang Arumi lakukan biasanya, pasti Kania segera datang untuk membuka pintu. Tapi, kali ini tidak. Di luar sana Arumi justru membuang napas lelah, reaksi kalau dirinya terlalu pelupa. Arumi ingat kalau artnya itu sedang tidak di rumah. Lantas siapa yang dia tunggu untuk membukakan pintu untuknya? Suaminya? Jangan harap! Arumi bahkan yakin kalau Adi bisa tertidur di tengah perang dunia ketiga sekali pun. Sulit
Baca selengkapnya

Bab 14

Senyuman Arumi sedikit mengembang saat mendapati suaminya merespon dengan nada yang baik. Tadinya Arumi pikir akan ada lagi perdebatan yang berakhir membuatnya harus banyak-banyak membuat alasan jika harus pergi sendiri."Saya pikir bakalan perang lagi," kata Arumi menyuarakan isi hatinya pada Kania yang tengah membersihkan kamar.Kania hanya mengulum senyum kecil, tampak tak minat sebenarnya. Hal yang Arumi rasa membahagiakan, malah sangat menyebalkan di mata Kania."Perginya berdua aja, Bu?" tanya Kania ingin tahu."Sama Azka dong. Kenapa?" Kania segera menatap Arumi yang sedang memperbaiki riasannya di depan cermin. "Azka nggak ditemani, Bu? Siapa tahu nanti rewel di sana.""Ya itu gunanya kamu ada," sergah Arumi yang membuat Kania malah kegirangan dalam dada."Jadi, saya ikut, Bu?""Iya dong, Kania. Terus apa gunanya kamu saya sewa? Mau leha-leha doang? Mau makan gaji buta kamu?" tukas Arumi jadi sebal pada artnya itu.Karena Arumi saat ini sedang menatapnya, Kania lantas menggar
Baca selengkapnya

Bab 15

Adi bergerak cepat upaya melihat keadaan Kania. Dengan cepat posisinya menekuk kedua lutut tepat di depan Kania dengan wajah panik."Kamu nggak apa-apa?" tanya Adi hendak memastikan.Kania menggeleng pelan. "Nggak, Pak. Saya baik-baik aja, kok.""Kania, cepat minggir. Biar Pak Tomi yang beresin. Kamu balut aja luka kamu," imbuh Arumi, ikut khawatir.Siapa peduli tentang Arumi yang perhatian padanya? Kania bahkan enggan menanggapi. Andai saja tidak ada Arumi di sini, Kania pasti akan lebih membuat drama jika itu bisa menarik perhatian Adi."Ayo sana. Luka kamu bisa makin melebar nanti," kata Adi manakala Kania hanya bergeming."Oh, iya, Pak." Perempuan berambut panjang itu segera bangun. "Saya nggak apa-apa kok, Pak. Terima kasih perhatiannya," lanjut Kania sebelum akhirnya melenggang pergi.Diam-diam Adi berdebar. Bukan! Bukan karena dia tertarik atau apa dengan Kania, melainkan takut kalau Arumi justru mencium bau kebohongan darinya. Berharap Arumi tidak tahu apa yang dia simpan dari
Baca selengkapnya

Bab 16

Adi buru-buru menutup kaca mobil saat Kania melontarkan pernyataannya. Seketika saja dada Adi berdegup cepat, takut kalau istrinya mendengar. Padahal Arumi jauh di dalam rumah sana. Tapi lihatlah bagaimana Adi yang bahkan sulit menelan ludah, seolah tidak akan siap jika kebohongannya ini terendus oleh sang istri. "Kania, hei ... Kania!" panggil Adi upaya membangunkan Kania. Tak ada sahutan. Juga, kepala Kania sudah tampak lemah. Hal itu membuat Adi jadi takut, hingga cepat-cepat melajukan mobilnya, siap membawa artnya itu ke tempat pertolongan pertama. ***Sekitar sepuluh menit yang lalu Kania sudah siuman. Ternyata perempuan itu hanya shock melihat darahnya mengucur banyak. Untuk keadaannya, Kania sudah membaik sepenuhnya. Hanya tinggal menunggu tenaganya kembali pulih. Berharap membuka mata yang dia lihat adalah sosok Adi yang tampan dengan dada bidang yang amat menggoda itu, justru tampilan Arumi yang muncul di depan matanya. "Eh, udah siuman kamu, Kania?" tanya Arumi yang te
Baca selengkapnya

Bab 17

Kania tidak mendapatkan perhatian yang dia inginkan dari Adi selama di dalam rumah sakit tadi. Hanya perawat yang menyiapkan apa pun yang dia butuhkan. Terlihat Adi hanya sibuk mengurus pembayaran serta mengurus obat-obatan untuk pembantunya itu. "Gimana? Udah baik?" tanya Adi setelah tiba di dalam mobil. "Udah, Pak." Kania menjawab singkat. Adi lantas mengangguk lalu siap kembali pulang. Di dalam perjalanan, sesekali Adi melirik ke arah Kania yang terus saja diam. Sikap perempuan ini seolah menggambarkan Kania yang dulu. Yang polos lugu, dan takut-takut kalau menatapnya apalagi harus berbicara dengannya. Adi jadi berpikir, apa Kania juga sudah mulai menanamkan rasa bersalah. Apa ini saatnya Adi mengatakan kalau dia ingin dirinya dan Kania lebih menjaga jarak. Karena memang pada dasarnya, hubungan mereka itu salah dan harus segera di hentikan. Adi pun berdehem upaya merebut atensi Kania. "Kania, boleh saya ngomong sesuatu?" Gadis desa itu segera menoleh. "Ngomong aja, Pak." En
Baca selengkapnya

Bab 18

Malam ini rencana pergi ke acara pernikahan sepupu Arumi pun terlaksana. Di dalam sana–di kamarnya, terkuat Arumi sudah bersiap-siap. Dia tengah mengenakan dres berwarna biru gelap yang kontras dengan skin tonenya yang cerah.Ck!Bibirnya berdecak sebal sebab resleting dresnya sulit dinaikkan. Sudah berupaya keras sedari tadi iya mengatupkan busananya itu, tapi tetap saja tidak tertutup."Ihhhh!" desisnya semakin gusar sendiri.Tak berselang lama, Arumi jadi kaget saat seseorang membantunya mengancingkan."Padahal bisa minta tolong loh," kata Adi, sosok yang baru saja datang.Arumi berdehem kecil sambil merapikan rambutnya. "Ma-makasih," ucapnya, malah jadi gugup.Seperti biasa, Adi hanya tersenyum sambil mengangguk. Beberapa saat, kedua pandangan suami istri itu bertemu di pantulan cermin di depan mereka.Malam ini Arumi tanpa sangat cantik. Persis seperti pertama Adi meminangnya yang kebetulan waktu itu Arumi juga mengenakan warna gaun yang serupa.Efek rindu rupanya telah membuncah
Baca selengkapnya

Bab 19

Setibanya di lokasi acara, Kania di minta oleh Arumi untuk membawa Azka. Kebetulan pula bayi mungil itu sudah mulai mengantuk. Jadi tidak tega jika harus mengajaknya masuk ke dalam di tengah keriuhan acara resepsi."Kamu nggak mau gandeng aku?" bisik Adi saat Arumi sudah ada di dekatnya. Perempuan itu refleks memukul lengan padat sang suami demi menyembunyikan rasa salah tingkahnya. "Apaan sih, Mas? Nggak malu banget ihh!" "Malu apanya? Kan cuma gandengan. Kalau tadi kita cium-"Ucapan Adi tertelan kembali saat Arumi dengan cepat menutup mulut sang suami. Entah kenapa pula tiba-tiba laki-laki itu penuh dengan kejutan. Entah itu dari sikap atau pun perkataan yang membuat Arumi tidak tahan untuk tak tersenyum malu-malu. "Kamu!" ancam Arumi dengan mata melotot. Adi hanya tersenyum sambil mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Tiba-tiba saja suara pekikan Azka terdengar hingga Arumi dan Adi seketika menengok ke belakang. "Azka, kenapa, Sayang?" tanya Arumi, sedikit panik. Asi ikut mendek
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status